Prolog

36 3 0
                                    

DRAP DRAP DRAP

Langkah kaki kecil itu sedikit tak beraturan saat ia harus menyeimbangkan langkahnya dengan langkah besar di depannya. Terlebih tanah-tanah yang berwarna coklat gelap bercampur dengan salju itu membuatnya tidak jarang terpeleset meski tidak sampai terjatuh. Mata biru anak kecil itu menoleh ke samping, dimana hanya ada pepohonan tinggi menghiasi pandangannya.

"Mom?" ucapnya pelan.

Namun sayang, wanita yang terlihat sedang tergesa-gesa itu tidak mengindahkan panggilan sang anak kecil. Ia tetap memilih menarik tangan kecil itu menuju sebuah tempat yang ia tujui.

Cukup lama mereka berjalan cepat dari pedesaan dimana tempat mereka tinggal. Anak kecil dengan paras cantic dan bermata biru itu tidak kuasa menahan suhu dingin yang tidak normal di hutan tersebut. Sampai akhirnya mereka tiba di sebuah rumah yang terlihat nyaman meski dikelilingi pepohonan yang menyeramkan dan menjulang tinggi ke langit.

"Baby, jangan pernah tinggalkan rumah ini sama sekali sampai fajar datang. Aku sudah berbicara pada pemilik rumah ini agar kau bisa tinggal di sini lalu aku akan kembali ke rumah," ucap wanita itu dengan ucapan yang bergetar sembari mengusap wajah anaknya lembut.

Sang anak menarik lengan baju ibunya. "Mom... Daddy kemana?"

Wanita itu menggigit bibir bawahnya kencang dan mendongak untuk menghentikan air mata yang siap menurun ke pipinya agar anaknya tidak melihat wajah sedihnya. Ia menghela napas panjang lalu kembali menatap anaknya dengan senyuman kecil.

"Dia akan kembali. Akan kembali bersamamu, Kath."

Panggilan Kath untuk anak itu membuatnya semakin menggenggam lengan baju sang ibu. "Jangan pergi, Mom. I'm scared with that monster."

GROAAAAAARRR

Keduanya terkejut mendengar suara lolongan serigala yang cukup kuat. Wanita itu segera mendorong anaknya masuk ke dalam rumah. "Kunci rumah ini lalu bersembunyi di balik lemari!"

"Mom!" Teriakan Kath tidak ia hiraukan. Ia menutup pintu tersebut kencang lalu berlari ke arah pepohonan yang lebih lebat dibandingkan tadi. Kath tentu tidak ingin berada di rumah itu sendiri. Namun suara langkah yang banyak membuatnya ketakutan dan mengunci rumah tersebut dengan cepat.

Ia mendengar langkah banyak dan geraman itu melewati rumah dimana ia berada dan semakin lama semakin menghilang. Kath berlari ke arah jendela yang telah dipagari besi di samping rumah tersebut dan melihat sosok ibunya yang diterkam ganas oleh sekelompok serigala bertubuh besar.

"No....No—MOM! MOOOM! MO—mmmm!!!" Suaranya terpendam saat sebuah tangan besar menutupi mulutnya. Ia memberontak takut dan juga menangis melihat sang ibu yang berteriak kesakitan. Ia ditarik menjauh dari jendela sampai akhirnya tenaganya habis dan membuatnya tak sadarkan diri.

.

Sebutir demi sebutir salju telah turun dari langit yang penuh dengan gumpalan awan penuh kapas. Salju-salju itu sudah menumpuk menghias di sebuah hutan yang penuh dengan pepohonan cemara. Suasana yang hening membuat hutan tersebut terasa lebih mencekam dibandingkan keindahan yang terpampang jelas di tempat tersebut.

Dari balik pepohonan cemara yang rimbun, tampak seseorang berjubah coklat tua yang menutupi dirinya dari kepala sampai bagian lututnya, berjalan menyusuri jalan di atas salju yang bertumpuk. Wajahnya sama sekali tidak terlihat karena tertutupi oleh masker. Sesaat napasnya terasa memburu karena dingin yang menusuk tubuhnya lebih terasa bersamaan dengan langkahnya yang semakin naik. Sejenak ia berhenti dan menompang tubuhnya di salah satu pohon cemara dengan menggunakan salah satu tangannya.

Ia mengangkat wajahnya dan menatap ujung jalan yang mulai tidak ditumbuhi oleh pepohonan. Mata biru lautnya menatap cahaya jingga yang muncul dari ujung jalan tersebut. Menerangi di tengah turunnya salju. Aneh memang, karena itu hutan ini disebut hutan Bis, yang memiliki arti 'aneh'.

Baru saja ia akan melangkah, suara lolongan yang panjang dan mengerikan terdengar dari arah belakangnya. Kepala orang itu menoleh ke belakang dan mendapati seekor serigala dengan tubuh yang lebih besar dari serigala normal. Gigi-gigi yang tajam itu terlihat saat serigala itu menatap tajam orang berjubah coklat itu. Napasnya memburu sama seperti kuku-kukunya yang menajam.

Orang bermata biru itu menatapnya tanpa ekspresi. Ia kembali membalikkan kepalanya lalu berlari sekencang mungkin ke arah ujung jalan. Tentu saja pergerakan itu membuat sang serigala mengejarnya dengan keempat kakinya cepat untuk menerjang sang manusia.

Langkah kaki orang itu tak bisa secepat si serigala. Jantungnya berdetak cepat bersamaan maksimalnya kekuatan saat ia berlari. Serigala itu mulai mendekat pada tubuh yang masih berlari ke arah ujung jalan. Saat di rasa cukup dekat untuk diterkam, sang serigala meloncat ke tubuh orang itu dan membuat mereka berdua terjatuh mengguling ke sebuah hamparan salju.

BRUK!

Keduanya terlempar dengan jarak yang agak jauh. Sang serigala terbangun dengan cepat dan menatap tajam ke arah orang yang masih terbaring menelungkup pada salju. Perlahan tubuh manusia itu bergerak dan kepalanya terangkat ke arah sang serigala.

Serigala itu menggeram tertahan. Matanya seakan-akan menggambarkan keterkejutan yang hebat. Sebab orang tersebut memiliki mata yang sebiru langit cerah dan bibir merah muda yang merekah. Terlebih orang tersebut adalah seorang perempuan.

Perempuan yang ia yakini bahwa ia mengenalnya cukup dalam. Tapi tidak sedalam yang ia kira.

WINTER WAR (Remake)Where stories live. Discover now