Tiga

21 3 0
                                    

Tidak pernah terpikirkan oleh Kath jika ia bisa menapaki kakinya di kota kecil yang menjadi legenda antara werewolf dan Werewolf Hunter. Ia cukup terpana melihat kota Brickstone yang hampir seluruh tanahnya ditutupi salju meski tipis. Seperti yang dikatakan oleh Jerry, kota ini merupakan dataran tinggi dimana suhu di musim panas tidak akan sama dengan suhu dimana mereka tinggal. Pantas saja jika werewolf memilih tempat seperti ini karena suhu tubuh mereka yang panas.

Kini ia sampai di sebuah ruangan dimana ia akan tinggal selama ia menyelesaikan misinya. Dengan langkah ringan menaiki tangga, salah satu tangannya melempar-lempar kunci yang kini menjadi miliknya dalam waktu yang belum ia tentukan. Setidaknya ia sudah membayar, bukan? Thanks to Jerry.

Gedung itu sebenarnya bisa dikatakan sebagai apartemen. Namun apartemen lama yang sudah berdiri kokoh selama puluhan tahun. Orang-orang yang tinggal di sana hanya beberapa pasangan tua yang tidak memiliki kerabat lagi dan segelintir orang-orang tanpa ada keterangan. Katherina tidak memperdulikan mereka semua, karena ia di sini bukan untuk melakukan kegiatan sosial.

CKLEK.

Pintu kamar barunya ia tutup dan kunci. Ia bergerak ke arah jendela dan menatap kota Brickstone cukup jelas karena tempatnya cukup tinggi. Mata birunya menatap datar sekeliling lalu beralih pada jam tangan hitam di pergelangan kiri tangannya. Ia masih memiliki waktu untuk membereskan barang-barangnya terlebih dahulu lalu beristirahat. Jarak dari rumah Jerry ke kota ini menghabiskan waktu selama satu hari penuh menggunakan kereta api.

Kath melirik single bed yang dilapisi kain kumal di atasnya. Langkahnya bergerak sedikit ke arah nakas yang berdiri tak jauh. Jari telunjuknya menyapu bagian atas nakas tersebut dan menatap debu tebal di jarinya. Matanya memandang langit di luar jendela yang begitu kelabu. Kath teringat jika kota Brickstone jarang sekali terkena matahari saking tebalnya awan-awan tersebut.

Perempuan itu melangkah kembali ke ranjang, menarik kain kumal yang setia melapisi kasur dan membuangnya ke sudut ruangan. Sepertinya ia akan tidur ditemani debu-debu di kasur. Helaan napas keluar dari celah bibir merahnya itu. Ia menaruh asal tasnya di lantai lalu membuka mantel coklatnya, menyisakan tubuh berkulit putihnya yang hanya memakai bra hitam. Katherina duduk di lantai lalu membuka tasnya. Tampak benda berkilau dan juga buku ia keluarkan.

Buku ini merupakan satu-satunya buku yang menjelaskan seperti apa werewolf itu. Jerry menuliskan semua informasi yang ia dapat mengenai manusia serigala itu di buku tersebut selama ia masih menjadi anggota Werewolf Hunter. Dari informasi dasar sampai dengan bagaimana cara membunuh werewolf sesuai garis keturunannya.

Sementara benda berkilau tersebut merupakan benda yang digunakan untuk membunuh werewolf tepat di kepala atau jantung. Itu adalah peluru perak. Satu tas miliknya sudah berisi peluru perak sampai penuh dan juga sebuah pedang berlapis perak dengan ukuran satu lengan yang ia sembunyikan di tas koper.

Jerry mengatakan bahwa werewolf tidak sama dengan vampire. Kekuatan mereka sangat besar bersama dengan tubuh mereka saat berubah menjadi serigala. Mereka akan semakin kuat menjelang dan saat bulan purnama. Maka lebih baik menghindari waktu disaat bulan purnama itu ada.

Kath membuka halaman buku tersebut dan terdapat tulisan-tulisan yang menceritakan bagaimana garis keturunan werewolf asli berada di kota ini. Tampaknya semua informasi ini bisa ia gunakan untuk mencari siapa garis keturunan terakhir dari kaum tersebut untuk membunuh mereka.

'Jangan lakukan hal bodoh, Kath. Kau tahu dengan melakukan itu akan memecah perdamaian yang sudah berjalan selama berpuluh tahun.'

Kath menutup buku tersebut lalu mendengus kesal. Bagaimana bisa ia tidak melakukan hal tersebut disaat keluarganya dibunuh oleh sekelompok manusia serigala? Jika kasus itu diproses dan pemerintah mengungkapkan siapa pelakunya, maka ia tidak akan seperti ini. Ya, Kath hanya ingin membalaskan apa yang sudah diperbuat oleh manusia serigala itu.

"Maaf, Jer. Tapi kau tahu apa yang kuinginkan selama berada di sini," gumam perempuan itu dengan menaruh bukunya di bawah bantal. Ia membaringkan tubuhnya di atas Kasur tanpa alas itu lalu menghela napas panjang. Saat ia menutup matanya ia teringat akan ucapan terakhir Jerry saat ia akan berangkat.

'Come back alive, Kath. I'm waiting for you.'

Bibir merah itu bergerak tersenyum kecil. "I'll try, Jerry."

Katherine beristirahat sampai malam hari tiba. Waktu yang menunjukkan pukul dua belas malam merupakan waktu yang tepat untuk memulai pemburuan malam hari dan pengumpulan informasi daerah. Setelah memakan roti sisa kemarin, Kath segera menyiapkan senjata dan memakai jubahnya untuk penyamarannya. Tidak lupa ia melumuri tubuhnya dengan minyak khusus pemberian Jerry untuk mengecoh baunya. Bermodalkan peta lama milik Jerry, Kath memulai pemburuannya larut malam itu.

Lolongan yang menyeramkan menggema di pelataran hutan cemara daerah Brickstone. Tampak di balik pepohonan cemara yang jauh di dalam hutan tersebut, sekelompok hewan berbulu dengan gigi taring yang tajam itu berkumpul. Mereka saling menggeram dan menggigit bangkai manusia tak bersalah di atas salju yang sudah kemerahan karena darah.

Kelompok serigala bertubuh di atas normal itu menikmati santapan mereka masing-masing. Tanpa mereka sadari sesuatu melesat sangat cepat dan menusuk kepala salah satu serigala tersebut. Raungan suara serigala yang menyakitkan terdengar hingga menggema di hutan tersebut dan menghilang begitu saja.

Kematian kawannya membuat serigala-serigala itu meraung panik dan mencari siapa yang berani melakukan hal ini pada kawan mereka. Baru saja mereka akan bergerak mencari, tiba-tiba saja dua buah peluru yang mengkilat kembali menerjang kepala serigala yang tersisa tiga. Yang satu berhasil mengenai jantungnya lagi dan satunya lagi mengenai sisi kaki.

"GRAAAAAAAAWWWWW!!!!"

Erangan kesakitan itu menggema sangat keras. Manusia normal yang mendengarnya akan merasakan nyeri dan berdenyut pada telinga mereka. Lain hal jika yang mendengarkannya satu komplotan serigala, maka mereka akan merasakan kemarahan tiada tara karena salah satu kawanannya dibunuh. Dua pasang mata serigala itu menatap geram sosok yang kini berdiri di sebelah batang pohon cemara.

Sosok manusia berjubah.

Mereka yakin sosok itu adalah manusia namun tidak bisa melihat seluruh wajah manusia itu. Langkahnya begitu ringan mendekati kelompok serigala itu. Bau manusia itu pun sudah tidak bisa terdeteksi kuat oleh mereka karena ada bau yang mengganggu indra penciuman mereka.

Seakan-akan tidak ada rasa takut jika salah satu hewan yang selamat itu menerjang sosok tersebut. Begitu tenang sampai sang serigala mengaung keras dan berlari menerjang sosok tersebut. Dengan gerakan lihai, salah satu tangan sosok tersebut terangkat, mendorong sisi kepala serigala yang sudah dekat padanya ke samping, sementara sebelah tangannya yang memegang sebilah pisau seukuran setengah tangan manusia bergerak menghunuskan sisi tajamnya pada leher serigala tersebut dalam-dalam.

"Khh---!" Serigala yang menyerang langsung mengerang sampai menghadapi kematiannya. Tubuh hewan itu melemas bersamaan cairan merah pekat mengalir dari tubuh dan pisau tersebut. Manusia itu mencabut pisaunya lalu menjatuhkan tubuh yang tertancap di pisaunya ke tanah.

Serigala yang tersisa bernapas pendek ketakutan sembari menarik kaki belakangnya yang sudah mati rasa. Sesekali ia melolong meminta bantuan pada kawanannya yang entah berada dimana. Manusia itu melangkah mendekat sampai posisi tubuhnya berada di atas serigala tersebut. Hanya satu yang bisa serigala malang itu lihat, sepasang mata biru yang menghanyutkan tanpa ada emosi di dalamnya.

GRAAAAAAAAAAAAAAAAAAKHHHH----!

WINTER WAR (Remake)Where stories live. Discover now