Empat

31 3 2
                                    


"Kita harus pergi sekarang."

"Aku akan menghalau mereka, kau pergilah!"

"No—"

"Diane! Selamatkan putri kita... she's our precious!"

"Mom? Dad?"

"...I love you, Katherina."

Tak!

Kedua mata Katherina terbuka lebar karena terkejut ketika sebuah benda kecil mengenai jendelanya. Matanya menoleh pada jendela dan rupanya matahari sudah terlihat meski tidak terlalu cerah. Seluruh tubuhnya terasa remuk akibat kelelahan dan jam tidurnya yang bisa dibilang sangat kurang. Beruntung suara keras itu membangunkannya dari mimpi yang membuat Kath teringat kedua orang tuanya disaat penyerangan werewolf tersebut. Tapi yang membuatnya sedikit heran adalah kalimat terakhir yang sama sekali berbeda dengan suara ayah dan ibunya. Seperti suara seorang lelaki yang samar-samar tidak Kath ingat siapa pemiliknya.

Tak!

Lagi-lagi benda kecil itu menghantam jendelanya. Dengan malas Katherina bergerak dari atas kasurnya ke jendela. Memakai mantelnya untuk menutupi tubuhnya yang memiliki luka lebam dan gores di kedua lengannya. Katherina mendorong jendelanya keluar dan memandang ke bawah. Matanya yang semula masih ingin terpejam, kini terbuka lebar karena sosok yang tengah tersenyum santai padanya.

"Apa aku mengganggu tidurmu?" Seorang Alvian bertanya dengan suara yang berteriak karena jarak antara dirinya dengan Katherina cukup jauh.

Katherina merapatkan mantelnya karena dingin mulai membuat lebamnya semakin nyeri. "Jadi aku harus bangun untuk mendengar pertanyaanmu itu?" Tanya Kath tanpa ada nada sarkastik diucapannya. Alvian mengusap tengkuknya dengan cengiran bingung sehingga perempuan itu mendengus pelan. "Kau harus bertanggung jawab, Tuan. Karena kau membangunkan diri yang lapar ini."

Alvian mengacungkan jempolnya pada perempuan itu. "Kutunggu kau di sini!"

Katherina memutar bola matanya. Membiarkan seorang lelaki tampan di luar dengan suhu serendah ini? Oh, ia mungkin sudah gila. "Di dalam! Maka Kakek Merry akan membuatkanmu segelas kopi atau apapun yang kauminta. Tapi pastinya tidak dengan alkohol, tuan. Aku tidak akan mau membopongmu di cuaca seperti ini."

Sebelah tangan Katherina bergerak menyuruhnya masuk. Tanpa meminta jawaban dari sang lelaki, Kath segera menutup jendelanya dan membuka mantelnya. Ia bergegas masuk ke kamar mandi dan berusaha menghilangkan bercak darah juga bau anyir yang menempel di seluruh tubuhnya, tidak lupa mengobati luka yang berada di tubuhnya. Cukup lama ia berada di kamar mandi, lalu ia keluar dan mengganti bajunya dengan sweater dengan kerah menutupi sebagian lehernya, jeans hitam yang tentunya tidak ia gunakan kemarin malam, dan mantel baru berwarna krem. Tanpa riasan wajah dan hanya mengikat rambutnya. Simpel tapi hangat.

Tak lupa ia menyemprotkan parfum wangi lembut coklat. Setidaknya wangi itu bisa menyembunyikan bau darah dan minyak yang tersisa. Dengan sepatu boot coklat sebetisnya, ia melangkah keluar dari kamar dan menuruni tangga yang sering berdenyit ketika diinjak. Mata birunya menangkap Alvian yang tengah melamun menatap keluar jendela. "Tuan Brickwall?"

Lelaki itu tampaknya tersentak menoleh pada Katherina yang masih berdiri di dekat tangga. Mata hijau kelam Alvian bertumbukkan dengan mata biru cerah Katherina. Mereka berdua seakan sedang menyelami dalam-dalam pada mata lawannya. Jantung Alvian tiba-tiba berdebar keras dan ia bisa mendengar debaran itu.

'Sialan ..., semoga dia tak mendengar jantungku! Gaze, diamlah!'

Alvian menarik napas dalam-dalam laluu menghembuskannya pelan. Tanpa perlu memutuskan pandangan, Alvian mendekati sang perempuan pencuri hatinya perlahan. Ia memiringkan sedikit kepalanya sembari tersenyum tipis. "Kau tampak sangat ... Mengagumkan."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 18, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

WINTER WAR (Remake)Where stories live. Discover now