Bab 2 - Teteh Geulis

316 40 7
                                    

"Aku hamil" ucap seorang wanita melempar dua buah alat tes kehamilan yang terdapat dua garis merah ke arah seorang pria yang masih bergulum dengan selimut tebalnya.

"Apa?!" pria itu terduduk dengan terkejut, berharap apa yang baru ia dengar hanyalah sebuah halusinasi.

Namun dua buah benda yang sekarang ada di tangannya, sudah menjadi bukti bahwa apa yang dikatakan wanita yang beberapa bulan terakhir ini selalu menemani tidurnya itu benar - benar sedang hamil.

Wanita itu dengan santai berjalan dan duduk di kursi meja rias, memoles bedak tipis dan lipstik merah mawar yang menjadi warna favoritnya pada bibir tipisnya. Sangat berbeda dengan ekspresi panik yang pria itu tunjukan sekarang.

"Kamu gak perlu setakut itu Wondy. Aku nggak minta kamu nikahin" ucap wanita itu sedikit tersenyum meremehkan.

Wondy membulatkan matanya, menduga - duga apa yang ada di pikiran Tiffany saat ini "Apa bayi yang ada di kandunganmu, bukan darah dagingku?"

"Aku berani bersumpah, kalau bayi ini darah dagingmu. Akhir - akhir ini, hanya kamu yang jadi pelangganku"

"Lalu kenapa kamu nggak minta pertanggung jawabanku Tiffany? dan nggak menuntut aku menikahimu?" tanya Wondy semakin bertanya - tanya.

Pasalnya, Wondy adalah pria muda yang sukses dalam menjalankan bisnisnya. Selain harta ia juga mempunyai wajah tampan, dan juga rayuan yang bisa membuat semua wanita di sekitarnya rela untuk menyerahkan tubuh mereka.

Bahkan, banyak wanita diluar sana yang mengaku - ngaku telah mengandung darah dagingnya, karena ingin menjadi istri dari pria ini. Namun lagi - lagi Wondy dapat membuktikan bahwa ia bukan ayah dari anak yang mereka kandung.

Dan apa kali ini, ada seorang wanita bayaran yang mengaku mengandung darah dagingnya, tetapi wanita itu tak meminta Wondy untuk menjadi suaminya. Apa Tiffany tidak ingin hartanya?

Tiffany memutar bola matanya jengah atas pertanyaan bodoh pria itu. Ia membalikan tubuhnya ke belakang, untuk bisa memandang wajah pria yang sedang duduk di atas ranjang tanpa kain yang melekat di tubuhnya, menampakkan dada bidang yang dapat membuat siapa saja nyaman berada di dekapan pria itu.

"Apa kamu mencintaiku?" tanya Tiffany dengan wajah serius.

Wondy tertawa atas pertanyaan konyol Tiffany, mana mungkin seorang pria bernama Wondy akan jatuh cinta dengan wanita bayaran "Tidak"

"Lalu kenapa harus menikah, kalau nggak ada di antara kita berdua yang saling mencintai?" ucap Tiffany dengan tawa lepas.

"Aku hanya minta satu hal. Setelah bayi ini lahir, aku akan menyerahkannya padamu. Rawat dia, dan tidak ada hubungan apapun di antara kita setelah itu" lanjut Tiffany setelah tawanya berhenti.

"Kau yakin Akan menyerahkan bayimu begitu saja?"

"Aku yakin" Tiffany berdiri dan berjalan ke arah lemari, mengganti handuk yang melilit tubuhnya dengan gaun berbelahan dada rendah.

"Aku tak bisa meninggalkan duniaku hanya karena ada janin di dalam perutku" lanjutnya dengan senyum yang di paksakan.

"Baiklah, kalau itu maumu. Aku setuju!"

Sebejat apapun Wondy mempermainkan wanita untuk bersedia tidur dengannya, ia tetap manusia yang memiliki hati nurani. Ia tak mungkin tidak bertanggung jawab atas darah dagingnya sendiri. Jika memang bayi itu adalah darah daging Wondy.

.

Sebuah ingatan yang tidak mendapat izin terlintas begitu saja di dalam bayangan Wondy. Kenapa ia harus mengingat potongan kelam dari masa lalunya bersama Ibu dari Irene.

God Daddy (Series #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang