Dalam hidupku, aku selalu ingin memilih dimana pilihan itu akan memudahkan ku dan juga membahagiakanku.
Tetapi sayangnya, tidak ada lagi pilihan dalam hidupku sejak saat itu.
Sejak malam itu, dan sejak pilihan terakhirku malam itu, aku selalu menjalani hidupku tanpa sebuah pilihan.
Karena tidak ada yang kutuju, maka disana tidak akan ada pilihan. Bahkan, jika aku memiliki tujuan itu akan sama saja.
Pilihan, tidak lagi ditakdirkan untukku.
Aku selalu melewati setiap hariku tanpa adanya sebuah kepastian. Bahkan aku tidak tau kepastian macam apa itu dan juga tujuan hidup seperti apa itu.
Aku...
Benar-benar tidak bisa merasakan semua itu lagi.
Aku mungkin ingin luka ini berhenti.
Aku mungkin ingin penderitaan ini berhenti untuk terus melukaiku.
Dan mungkin aku ingin sebuah kebahagianku bersama-nya seperti dulu.
Tapi, setiap keinginan yang kumiliki akan selalu berakhir menjadi sebuah luka.
Bahkan aku tidak tahu apa yang sedang ku lakukan saat ini.
Berkelahi dengan Shinhan dengan sebuah kemarahan yang besar dalam diriku. Ketika aku memukulnya, dia membalas, begitu pun sebaliknya. Kami saling melukai satu lain.
Tapi meski kini wajah penuh luka, entah kenapa aku masih merasa belum cukup. Oleh karena itu, aku meneruskan semua ini hingga akhir.
Perasaan itu,
Luka itu,
Dan semua tentang kemarahan, keinginan dan kefrustasian yang tidak pernah bisa ku ungkapkan pada siapapun, aku....melampiaskan pada setiap pukulan yang ku keluarkan.
Masalah sebelumnya, tetang hubunganku dengan Sehun. Itu saja sudah membuatku muak dan sesak hingga aku sulit bernafas. Dan sekarang, aku harus merasa terluka lagi karena melihat kedekatan Sehun dengan Eunha.
Bagaimana Sehun memperlakukan Eunha, bagaimana Sehun tersenyum dan menyayangi gadis itu. Seperti apa yang dilihatnya ketika didalam Ruang Osis tadi.
Aku tidak tahu perasaan rumit seperti apa yang kini ku rasakan. Hanya saja, aku merasa marah dan tidak suka melihat cara Sehun memperlakukan Eunha.
Cemburu?
Mungkin.
Apa aku terlihat menyedihkan? Ah, tidak.
Apa aku terlihat menjijikkan sekarang?
Benar. Itu lah aku.
Seorang pecundang menjijikkan yang tidak bisa berbuat apapun.
Perasaan rumit yang kurasakan, entah sampai kapan itu akan berakhir. Mungkin, jika aku melampiaskannya pada orang lain dengan sepuasku, perasaan itu akan hilang.
Karena itulah, aku kembali menghantam Shinhan dengan pukulannya dengan kuat. Membuat anak itu tersungkur. Tidak perduli dengan semua anak yang kini melihat semua ini, tidak perduli dengan pandangan dan juga anggapan mereka terhadapku, atau masalah yang akan ku terima nanti.
Aku hanya ingin...
Perasaan menyiksa ini segera pergi.
Mengunci tubuh Shinhan, aku diatas tubuhnya. Melampiaskan semuanya pada orang itu. Terus menghantamkan pukulanku padanya, tidak perduli tentang luka parah yang kubuat pada Shinhan dan juga keadaan orang itu yang semakin memburuk karena diriku. Aku terus melukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth
FanfictionKisah tentang hubungan rumit Kim Jongin dengan mantan sahabatnya, Oh Sehun. Tentang Jongin yang mengorbankan dirinya untuk kebaikan dan kelanjutan hidup Oh Sehun dengan menyimpan sebuah kebenaran. Membiarkan sebuah kesalahan orang lain (yang disayan...