Part 10: Road to the Seccond Stage

61 9 0
                                    

“kau tau tentang kapal itu dojoon aah??” nayeon menatapku bingung.

“sepertinya.. dan jika tebakanku benar, mereka pasti akan ke tempat ini..” kataku kapal itu berhenti tepat di depan tempat pengangkutan. 4 orang muncul dari kapal itu, salah seorang dari mereka yang sepertinya sudah cukup tua mengenakan sebuah armor seperti gear terbang yang di pakai ayah, tapi tanpa sayap dan berwarna perak.

“lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?? Mereka bertiga masih belum sadar..” nayeon terlihat sedikit panik.

“kita tidak punya pilihan lain, mereka sudah melihat kapal kita di tempat pengangkutan.. aku akan mencoba menahan mereka..” kataku mencoba berlari keluar. Saat itu aku teringat akan cerita chika imo tentang pedang eskalibur yang dapat menyerap elemen lain. “nayeon aah.. boleh aku pinjam pedangmu??” tanyaku.

“eeh?? Untuk apa??” tanya nayeon memberikan pedang miliknya. Aku hanya merespon dengan tersenyum. Setelah mengambil pedang nayeon, aku berlari keluar ke arah tempat pengangkutan.

sesampainya disana 2 orang di bagian depan berhenti dan langsung memasang posisi siaga menatapku tajam. “siapa kau??” tanya pria tua yang berada di belakang.

“seharusnya aku yang bertanya seperti itu.. kalian siapa dan apa yang ingin kalian lakukan disini??” tanyaku.

“haahh,, kita tidak punya waktu.. bunuh dia..” kata pria yang berada di samping pria tua itu.

dua orang di bagian depan mencabut pedang perak dari pinggang mereka dan mulai menyerangku. Aku mencabut pedang biru milikku dan mengangkatnya ke atas, lalu menebaskannya ke arah mereka. tebasan api biru meluncur dengan cepat ke arah mereka berdua. melihat itu pria yang ada di kanan menggerakan pedang peraknya ke depan, saat itu tebasan api biruku seperti terhisap masuk ke dalam pedang itu.

“tch.. sudah kuduga..” gumamku dalam hati.

pria itu menebas pedang miliknya, saat itu tebasan api biru yang kutebaskan sebelumnya berbalik dan meluncur cepat ke arahku. aku menebas api biru itu dengan pedangku membuat api itu menghilang. 

aku berlari ke arah pria yang ada di sebelah kanan. Aku lalu mengangkat pedang biruku membuat api biru berputar dan mengelilingi pedangku.
“menyerang dengan teknik yang sama?? Dasar bodoh..” pria itu menatapku dengan ujung pedang yang mengarah ke arahku.

melihat itu aku tersenyum dan langsung memegang pedang milik nayeon terbalik dengan ujung mengarah ke arah siku, dan menebas pedang biruku. “aku tau pedang kalian tidak akan bisa menahan elemen kegelapan..” gumamku dalam hati, saat pria itu menyerap tebasan api biruku, aku menebas pria itu dengan api hitam dari pedang nayeon. Pria itu terkejut dan tidak bisa menghidari tebasan itu membuatnya terlempar ke arah reruntuhan.

saat itu pria yang berlari dari kiriku sudah berada tepat di belakangku dengan pedang berada di bagian atas mencoba menebasku. Aku berputar membuat pedangnya melewati punggungku. Aku menebas pedang silver miliknya dengan pedang hitam nayeon yang ada di tangan kananku dan langsung menebasnya dengan pedang biru milikku yang berada di tangan kiri. Pria itu terlempar ke arah dua orang yang lain dan jatuh di depan mereka berdua.

“maaf pangeran bambam, pedang hitam itu memiliki elemen kegelap— Akkk!! Pa..pangeran bamb..” tiba-tiba saja pria yang sedang berdiri mencabut pedangnya dan dengan cepat menusuk dada kirinya membuat kata-kata pria itu terhenti.

“aku benci saat orang lemah memangilku seperti itu...”

“pangeran bambam?? Adik chorong imo? Kalau begitu pria yang di sampingnya?” gumamku dalam hati melihat pria tua di samping pangeran bambam.

“namaku Koutaro Renji.. siapa namamu anak muda??” pria tua itu menatapku tersenyum.

“namaku park dojoon..” aku menyarungkan kedua pedang di tanganku.

“melihat caramu bertarung.. sepertinya kau tau tentang kelemahan pedang yang mereka gunakan..”

“aku hanya menebak saja..” kataku membalas senyumannya.

“haaahh,, tidak perlu berpura-pura.. dari teknikmu bertarung, aku tau kalau atsushi yang mengajarimu.. apa kau muridnya?? Katakan saja dengan jujur.. aku tidak akan menyakitimu..” jendral koutaro tersenyum.

“haruskah aku jujur?? Dia terlihat tenang.. sepertinya dia tidak akan menyerang.. lagipula dia sudah tua, dulu mungkin dia orang yang sangat kuat.. tapi dengan penampilannya sekarang.. sepertinya tidak apa-apa..” gumamku dalam hati. Setelah beberapa saat berpikir “aku sudah mendengar cerita tentangmu jendral koutaro.. orang yang kau katakan adalah ayahku..” 

“aahh,, benarkah? jadi kau anak atsushi yahh..” senyumnya melebar.
saat itu aku merasakan aura membunuh yang sangat besar darinya, secara refleks aku langsung mencabut kedua pedang dari pinggangku. Tiba-tiba jendral koutaro menghilang dari pandanganku. Aku merasakan angin bergerak cepat, dan langsung menahan tebasan pedang yang datang dari arah kiriku.

New World Story 2Where stories live. Discover now