Devan Arsenio Luther

5.9K 377 9
                                    

Ketika cinta hadir tanpa kita sadari kapan waktunya. Menerobos pagar hati yang tiba-tiba menjadi rapuh dengan sendirinya.

***

Aca mematung di ruangan itu, menatap lurus pria tampan yang duduk di sofa. Pria yang selalu memenuhi mimpinya di kala malam tiba.

"Jeng... jeng... terereng... rereng!!! Kenapa ada syuting drama India di sini sih? Pake acara tatap-tapan gitu. Pegel gue liatnya." Omelan Ethan terdengar dari belakang Aca yang belum bisa bergerak sedikit pun.

"Udah lama lo, Dev? Sorry, gue lagi sibuk banget nih," ucap Ethan seraya menempatkan diri di kursi kerjanya. Sedangkan Devan masih menatap Aca yang sedang sibuk mencari map merah yang tadi dipegangnya.

"Nyari apa lo, Bet? Nih, map-nya udah gue ambil tadi. Lo aja yang kebanyakan bengong." Ethan tersenyum miring mengejek adiknya yang mulai tersulut emosi. Pria itu memang memiliki panggilan kesayangan untuk Aca, yaitu Bety Lafea.

"Abang jahat!" rajuknya dengan mimik muka dibuat-buat seraya menghampiri Ethan.

"Minta uang, Bang, ganti uang taksi Adek ke sini tadi."

"Lihat nih Dev, kelakuan adek gue, nggak ada manis-manisnya jadi cewek."

Acamemutar bola mata sebal lalu melirik Devan yang dari tadi diam membisu.

"Oh iya, lo bilang kan di restoran bokap lo lagi cari pelayan, bawa aja nih si Bety. Kalau cuma pegang nampan dia bisa kok," celetuk Ethan lagi.

"Abang!" Aca mencubit kulit Ethan dengan keras.

"Sakit, dodol!" Pria itu mengusap lenganya yang terasa perih. Ia pun bangkit untuk mengambil air mineral di kulkas dan memberikannya pada Devan.

"Thanks." Devan meraih minuman itu, lalu meneguknya sedikit. "Gue pulang deh, Than, kalau lo lagi sibuk. Lain kali gue ke sini lagi ya." Devan bangkit dari duduknya.

"Yah, sorry banget nih. Jadi gak enak gue. Next deh ya kita ngobrol lagi."

Devan tersenyum maklum. "Santai aja. Gue paham kok."

Ethan pun menepuk bahu Devan, lalu melirik Aca yang masih manyun di dekat kursi kerjanya. "Eh, sekalian deh, tolong anterin si Bety pulang. Pengangguran dia nggak punya duit buat ongkos pulang."

Aca melebarkan matanya mendengar ocehan Ethan. Ia hendak protes namun terhenti setelah mendengar ucapan Devan.

"Boleh."

Ethan pun tanpa membuang waktu langsung mendorong sang adik keluar ruangan, mengikuti langkah Devan.

***

Sepanjang perjalanan, Aca hanya terdiam, memalingkan wajah keluar jendela untuk menyembunyikan kegugupannya. Pertemuan pertama mereka setelah kepergian Velove serta kecelakaan yang merenggut sebagian ingatannya secara tiba-tiba seolah membuat jarak di antara mereka.

"Abang apa kabar?" tanya Aca, memberanikan diri untuk menatap Devan di sampingnya. Diam-diam, ia menelusuri wajah yang sudah dua tahun ini hanya ada dalam mimpinya. Kulitnya masih sama, putih bersih, jarang terkena matahari karena Devan benci panas. Bibirnya tetap merah tanpa tersentuh nikotin. Ah, pria yang selalu Aca rindukan, Ji Chang Wook versi Aca. Pria itu mengenakan kemeja biru yang lenganya tergulung sampai siku, membuatnya terlihat semakin tampan.

"Kenapa nanya gitu? Lo lihat sendiri gue baik-baik aja, hidup gue nggak kayak drama Korea yang lo tonton, banyak meweknya," jawab Devan tanpa menatap Aca.

Pria itu jadi teringat saat dulu ia harus keliling beberapa mal hanya untuk mencarikan DVD drama Korea terbaru saat itu, menemani Aca menonton konser boyband yang menurut Devan sangat tidak macho, membuatnya pusing tujuh keliling ketika harus menggantikan Ethan mengawal adiknya karena saat itu Ethan masih kuliah di Amsterdam. Namun, dua tahun tidak bertemu, Devan merasa Aca banyak berubah, lebih dewasa dan lebih cantik walaupun kebiasaan malas keramasnya itu masih tetap ada.

Biarkan Berlalu (Terbit Di Innovel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang