"lova, lu bukan asli sini ya ?" tanya raka sambil nyetir mobil
"bukan, emang keliatan ya pendatangnya ?" melihat ke arah raka yang serius bawa mobil
raka sama sekali gak jawab pertanyaanku dia sibuk dan fokus nyetir mobil sesekali dia lihat arah kanan dan kiri entah apa yang dia cari terlihat dia sibuk seperti mencari tempat mungkin dia akan ngajak aku makan ah sepertinya aku mulai kegeeran.
"va " panggil raka
"iyah" jawabku dengan singkat
gak lama dia memberhentikan mobilnya di pinggir jalan sepertinya ada hal yang ingin dia sampaikan tapi kira-kira apa ya dari tadi dia membuat aku penasaran dengan diamnya, terbesit rasa takut dalam benakku dengan raka yang tadinya kasar berubah jadi lembut, yang tadinya cerewet jadi diam apa-apaan situasi kaya ini, ini membuatku gak nyaman
seketika kami saling diam di mobil raka terlihat sedang resah kerap beberapa kali dia memegang dahinya
"raka ,, are you okay ?" tanyaku memecah keheningan dalam mobil
"oh ya, I'm fine" jawab dia dengan nafas yang sedikit berat
dia melihat ke arahku raka mukanya pucet banget ntah apa yang terjadi apa dia kecapean atau memang dari awal dia sakit.
"heh raka muka kamu pucet banget" spontanitas aku memegang wajahnya dengan kedua tanganku , rasanya panas yah raka sakit ini
"gue gak apa-apa ko lepasin ah" dia melepaskan tanganku dengan kasar dari wajahnya
ini gak baik kalau aku tersulut emosi setidaknya harus ada yang aku lakukan untuk membuatnya sedikit nyaman karena aku gak bisa nyetir mobil terlebih lagi aku gak tau jalan, aku hanya terdiam melihat raka seperti menahan sakitnya dan kebiasaanku disituasi seperti itu aku meremas remas kedua tanganku kadang aku gigit-gigit kuku jari tangan itulah kebiasaan burukku jika dalam keadaan cemas.
tokk,,, tokk terdengar seseorang dari luar sana menegtuk pintu kaca mobil tepat di sebelah raka, raka melihatnya lalu membuka kaca jendelanya
"lu gak apa-apa kan ? kebetulan gue ada di belakang lu tadi dan mobil lu tiba-tibe berhenti" jelas seorang pria di luar sana
entah siapa laki-laki itu melihat keadaan raka seketika expresi wajahnye berubah menjadi tegang dan cemas, raka tak membalas ucapan laki-laki itu dia langsung membuka pintu mobilnya dia pindah duduk di kursi belakang dia tidak duduk melainkan tiduran di jok belakang mobil.
"oh hi saya ando sodaranya raka" memperkenalkan dirinya
"oh hi kak aku lova" jelasku
"raka kenapa ka ?" tanyaku penuh dengan keheranan
"oh gak apa-apa ko kamu gak usah khawatir" terang kak andi kepadaku
"ah thaingeao (yang artinya syukurlah dalam bahasa korea)" lega nya denger dia gak apa-apa
"kamu pake bahasa apa tadi ?" tanya kak ando sambil membawa mobil
"korea kak, kebetulan aku blasteran korea indonesia" jelaku pada kak ando
"oh pantesan, ini kamu mau di antar ke mana ?"
"ke daerah husein kak jalan padjajaran" jelasku
"loh bukannya itu daerah rumahnya nilam" nampak wajah penasaran nya
"dia kan sodara aku kak"
"oh gitu, pantesan tenang aja bentar lagi nyampe kok"
sesekali aku melihat ke belakang memastikan cowo yang tertidur di belakangn baik-baik aja, mungkin kak ando memperhatikan aku yang memperhatikan dia kak ando hanya tersenyum melihat tingkahku entah apa yang ada dalam pikirannya yang jelas aku hanya ingin mengucapkan "terimakasih" kepdanya ya kepada raka.
-----------------------------------------------------------------------------------------
"assalamualaikum" salamku sembari masuk kedalam rumah
"waalaikumsallam" terdengar seseorang membalas salamku
dia adalah mbahku mbah darto namanya laki-laki tampan ke 3 setelah papa dan kakek, mbah terkejut melihatku bersama seorang laki-laki
"eh nak ando sama siapa kesini masuk dulu" kakek mempersilahkan kan ando untuk masuk
"ova tolong bikinin teh untuk ando ya "pinta mbah
"oh gak usah mbah lagian andi cuma sebentar nganter ova aja di mobil ada raka lagi kurang sehat" jelas ka ando
mendengar raka kurang sehat dari ka ando mbah bergegas jalan ke arah mobil raka yang di parkirkan di garasi rumah, mbah jelas terlihat khawatir sampai-sampai salah mengenakan sendal, mbah membuka pintu raka.
"raka kamu baik-baik aja kan ? ayo masuk ke dalam dulu istirahat sebentar" pinta mbah ketika melihat keadaan raka
raka sama sekali tidak terganggu oleh suara mbah pada akhirnya mbah dan kak ando membawa raka masuk kedalam dan tidur di kamar yang aku tempati selama aku di bandung, karena jaraknya cukup dekat dan di lantai dasar, dengan sigap mbah nelfon dokter bian dia adalah dokter keluarga kami kak ando pamit pulang dulu arena dia mau ngambil mobilnya yang tadi ditinggal. mbah memintaku untuk mengambil air hangat dalam wadah dan handuk kecil mbah juga mengambil baju ganti yang ada dalam tas raka.
"ini mbah air sama handuknya" menyodorkan wadah berisi air hangat dan handuk
"ova kamu sekarang lap muka raka, sama tangannya yah mbah mau nelfon dokter lagi, tumben banget lama datangnya" jelas mbah sambil pergi keluar kamar dan menelfon dokter
sesuai permintaan mbah aku mengelap wajah dan tangannya raka dengan dan handuk tadi terlihat wajah raka yang lelah yang dibalut dengan pucat di wajahnya, aku tertidur di samping raka karena menunggu mbah yang menelfon dokter begitu lama, tak lama seperti ada tangan yang mengusap rambutku dan aku seketika bangun.
"raka kamu udah bangun, ini minum dulu" memberikan air minum
tanpa berkutik raka mneurut dan minum air putih yang sudah disediakan sebelumnya
"thanks ya" ucap nya
"ah iyah your welcome" balasku
"sebentar ko baju gue ganti, lu yang gantiin baju gue ya dih parah lu dasar cewe mesum" terkejutnya dia menyadari bajunya ganti
"heh enak aja yang gantiin baju lu itu mbah bukan gue enak aja ngatain gue mesum" kesal dan pergi ke luar kamar
dari arah berlawanan mbah dan dokter pun tiba dan memeriksa keadaan raka, aku tidak peduli hasilnya apa yang jelas aku kesal padanya dituduh cewe mesum.
***********
hai kawan-kawan maaf perubahan untuk pengucapan sudut pandang ya yang tadinya "gue" jadi "aku" don't forget to read, vote and comment
diusahan update setiap hari ya
dan maaf pula tanpa prolog, akunya lu hehe
see you tomorrow ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Raka dan Lova
Romancekisah seorang gadis dengan impian sederhana persahabatan yang indah cinta sebagai pelengkap namun takdir berkata lain saat cinta yang dia anggap sebagai pelengkapnya pergi sebelum dia mengatakan "aku sayang kamu"