Satu Hari Bersamanya

8 0 0
                                    


setiap malam raka menelfonku tidak ada percakapan yang terbangun hanya beberapa kalimat biasa "membosankan" pekikku. banyak kalimat yang membuatku menjadi berfikir lebih keras lagi aku harus mengerti setiap kalimat yang menurutku berputar-putar. 

Raka Soerya Atmadja laki-laki yang sedang dekat denganku dia adalah laki-laki terkeras kepala yang selama ini aku kenal tapi mungkinkah aku mulai mencintainya ? seberapa kerasnya aku menolaknya untuk hadir didalam kehidupanku yang rumit ini semakin keras pula dia mendekatiku bahkan hampir setengah dari nafasku adalah dirinya. 

raka menelfonku malam-malam tepat pukul 02:00 dini hari disaat orang lain sedang terlelap tidur 

"siapa si jam segini nelfon" kesalku 

aku mengambil hp yang tersimpan atas nakas tanpa melihat siapa yang menelfon aku geser icon warna hijau dan menyimpannya di atas telingaku 

"hallo" 

"va lo udah tidur ?" tanyanya

"i,,ya" 

"gue ganggu ya ?"

"ba,,,ngeettt" jawabku dengan setengah sadar

"gue di depan kamar lo nih" 

mendengar pernyataan tadi seketika aku kaget bukan main aku mengambil hp lalu melihat nama yang tertera di layar di hp si penelfon tadi "raka rese" mataku melebar saat nama yang tertera di layar hp aku beranjak dari tempat tidur untuk melihatnya di balik jendela kamar dan ternyata benar adanya rada melambaikan tangannya di bawah sana.

"dasar anak kunyuk gila kali ini orang ganggu orang istirahat" gerutuku sepanjang perjalanan menuju ke bawah karena kamarku berada di lantai atas, aku mengenakan piayama berwarna navy dengan rambut yang masih berantakan dan mata yang masih berat untuk melek, saat kubuka pintu raka sedang duduk di bangku halaman depan rumah aku melihat ada cahaya dibalik tubuhnya, "itu cahaya apaan ya, masa dia superman ah enggak mungkin ini cuma halusinasi kek nya" aku berjalan menuju raka dan berdiri di belakangnya, 

"raka gue tau lo itu emang gila tapi gak segila ini dong lo tau ini jam berapa ? gue masih ngantuk" rengekku 

raka hanya mendengar tanpa membalas rengekanku dia berdiri lalu berbalik menghadapku betapa terkejutnya aku raka membawa kue bolu lengkap dengan lilin yang sudah menyala dengan angka 17 

"loh i,,ini apaan?" tanyaku terbata bata 

"hari ini gue ulang tahun dan gue pengen rayain cuma berdua sama lo va, lo mau kan ?" 

"haah,, ii,,ya tapi gue belom bikin kado dan gue gak tau kalo sekarang lo ulang tahun"

"santai aja va" raka tersenyum dengan manisnya 

tangan satu memegang kue dan tangan satunya menarik tanganku untuk duduk di bangku taman kini kami saling berhadapan 

"sini biar kuenya yang gue pegang" 

raka memberikan kuenya ke tanganku dengan hati-hati

"sebelum niup lilin lo harus make a wish dulu" pintaku 

"oke" jawabnya singkat 

raka memejamkan matanya 

"Tuhan di umurku yang sekarang aku hanya ingin berterimakasih Engkau telah memberikannya untukku, seseorang yang selalu membuatku gila, membuatku ingin selalu di dekatnya, jaga dia saat aku tiada janji satu hal ini untukku Tuhan aku tidak akan meminta lebih dari ini" selesai memanjatkan permohonannya raka membuka mata lalu meniup lilinya. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Raka dan LovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang