Last Bab
-○○-
"Kau baik-baik saja, Naruto?" Tanya Shion pada pria yang sedang membelakanginya sekarang.
Mata Naruto terpejam. "Tinggalkan aku sendiri, Shion." Pintanya dengan suara serak.
Shion mengigit bibirnya, lalu keluar dari kamar itu dalam diam.
Bibir tipisnya terkatup rapat, bersamaan dengan pandangannya yang terlempar pada taman luas ibunya.
"Kenapa kau melakukan semua ini?"
Helaan napas panjang dia keluarkan, sampai saat ini, ingatan akan wajah dan perkataan Sakura masih membekas dan terpatri dikepalanya. Bagai sebuah lem, yang sulit dicabut.
Betapa bodoh dirinya, Naruto tertawa sumbang. Mentertawakan dirinya sendiri.
Sungguh, Naruto tidak berniat untuk menyakiti Sakura. Tapi jika dengan menyakiti, wanita itu sadar dengan perasaannya akan Naruto lakukan, walau disini hatinya lah yang menjadi taruhan.
Bodoh memang, dia membatalkan segala kelansungan pernikahan itu. Setelah begitu susah payah dia mempersiapkan segalanya. Baik dari A sampai Z. Dia ingin pernikahan itu berlangsung bahagia, hingga seluruh media Washington memuat berita dan foto-foto pernikahannya.
Itu yang dia inginkan, sebaik selesai mengucapkan janji suci.
Tapi bodohnya, dia yang telah menyiapkan segalanya agar terlihat sempurna. Tapi dia juga yang menghancurkannya. Matanya memerah, tapi tak urung untuk menangis.
Hatinya sakit, bahkan lebih sakit dari yang Sasuke rasakan. Tapi Naruto tidak ingin mengeluh, inilah yang dia inginkan melepaskan Sakura, agar bisa bersama dengan Sasuke. Dengan dia yang hidup bersama sahabatnya, Shion.
Airmata itu jatuh, tanpa bisa dia tahan. Kebohongan apalagi yang dia umumkan di sini.
Demi tuhan, Naruto sungguh sangat mencintai Sakura, semenjak pertama kali mendengar suara tawanya. Semenjak melihat emelard itu.
Dan sekarang, jangan mempersoalkan, bagaimana perasaannya ketika pernikahan yang telah dia dambakan hampir empat tahun batal begitu saja.
Dan buruknya, Sakura membencinya.
Tiada bayi disini, tiada istri disini. Naruto akui, itu salah satu dari kebohongannya di hadapan keluarganya. Dengan taruhan, kebahagian Sakura.
Didukung oleh Shion sahabatnya, yang suka rela ingin membantu. walau dia merasa bersalah karena menciptakan sebuah kebohongan didepan bayi wanita itu. Mungkin setelah ini Kiba akan membunuhnya di syurga nanti.
"Maaf Kiba". Bisiknya dihati.
Merelakan jiwanya mati, hatinya ditusuk hingga rasanya berdarah. Agar melihat Sakura bahagia bersama Sasuke.
Dari dulu, tiada yang lebih berhak bersama dengan Sakura, selain Sasuke. Naruto telah lama menyakini kenyataan yang tidak serta merta dicetuskan oleh Sakura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt
FanfictionSasusaku Fanfiction Menahan sesuatu yang menyakitkan bukanlah sesuatu yang baru terjadi di dunia ini, itulah yang sering Sakura ingat setiap hari. setelah pria itu mengajukan penceraian dengan membawa wanita lain bersamanya, Sakura tahu, Tiada lagi...