"Kenapa kau memberikan ini padaku?"
"Karena aku menolak lamaranmu, jungkook."
"Tapi bukankah dia ini kakak iparmu?"
Tanya jungkook sambil menghempaskan undangan pernikahan yamg jimin berikan padanya.
"Mau bagaimana lagi. Aku mencintainya."
"Kau bohong!! Kau bohong kan, jimin?!!"
"Tidak, jungkook. Aku sudah lama menunggu kakakku meninggal supaya aku bisa menikah dengannya. Karena itulah aku selalu mengulur waktu untuk menikah denganmu.."
Jawaban jimin membuat jungkook terdiam cukup lama. Kalaupun memang jimin senang mengulur waktu sejak dia mengajaknya menikah setelah lulus sekolah menengah atas sampai sekarang. Tapi jungkook yakin, bukan itu alasannya.
"Jimin... Apa ibuku mendatangimu lagi?"
"Tidak.."
Jawab jimin, menahan air matanya untuk tidak jatuh dari pelupuk matanya yang sipit.
"Ibuku pasti mengancammu lagi kan?"
"Tidak..."
Jawab jimin lagi, dengan air matanya yang mulai jatuh begitu saja.
"Atau ayahku yang melakukannya?"
"Tidak, jungkook.. Tidak... Hiks.. Hiks.. Ini keinginanku.. Hiks.. Tolong biarkan aku bahagia.."
Jimin terisak dalam tangisannya. Dia tidak ingin semuanya jadi seperti ini. Tapi dia tidak punya pilihan lain. Tuhan sama sekali tidak memberikan jimin opsi apapun terkait janji yang sudah terlanjur dilontarkannya pada jisoo.
"Kau bahagia? Kau bahagia untuk menyakitiku seperti ini??"
"Hiks.. Hiks.. Maafkan aku.. hiks.. Hiks.. Maafkan aku, jungkook.. Hiks.. Maaf.."
"Jangan menunduk, lihat aku dan dengarkan ini baik-baik."
Kata jungkook seraya mengeratkan kedua tangannya di pundak sempit jimin. Dia ingin sekali meluapkan rasa sakit ini dalam sebuah tangisan yang memilukan. Tapi dia tetap berusaha untuk jadi orang yang tangguh didepan jimin, walaupun kini ada genangan di kedua sudut matanya yang ditahannya sekuat mungkin untuk tidak terjatuh melewati pipi-pipinya.
"Didepan sungai han ini, aku pernah bersumpah untuk selalu memberikan kebahagiaan padamu. Dan aku akan melakukannya sekarang. Aku akan datang, jimin. Aku akan ada disana, jika dengan begitu kau akan merasa bahagia. Tidak peduli seberapapun hancurnya hatiku nanti.. ketika duduk ataupun berdiri seraya bertepuk tangan sebagai tamu undangan yang baik di pesta pernikahanmu, park jimin..."
Sakit sekali. Jimin merasakan sakit yang menyiksanya. Dia pikir, bukankah seminggu yang lalu jungkook telah memberikan marganya pada jimin saat berkata...
"Mau kah kau menikah denganku, jeon jimin? Kumohon jangan menolakku lagi kali ini.."
Lalu sambil tersenyum malu, jimin berujar..
"Kau ini bagaimana. Margaku kan park. Kalau seperti itu, kau bukan sedang melamarku sekarang.. Namaku kan park jimin.."
Tapi sekarang.. Jimin sungguh menyesal untuk tidak meng-iya-kannya saja ketika jungkook memanggilnya dengan marga yang sama dengan miliknya waktu itu.
Karena kini... Dia malah menyandang marga yang lain. Marga dari orang yang sudah memungutnya dari jalanan.
"Noona kenapa... Bukankah aku sudah mengatakan tentang jungkook padamu.. Kami saling mencintai.. Tapi kenapa noona melakukan ini padaku.."
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Turun Ranjang
FanfictionPermintaan terakhir jisoo sebelum meninggal adalah sebuah pernikahan antara suaminya dengan adik kandungnya sendiri yang bernama Park Jimin. Taehyung yang sangat mencintai jisoo kesulitan dalam menerima jimin sebagai penggantinya sehingga seringkali...