"Ah!"
Jimin melemparkan pisau dengan reflek, ketika jari telunjuknya teriris tanpa dia sadari.
"Eomma, saengie menangis.."
Kata hoseok yang baru saja berlari dari kamar adiknya.
"Namjoon, tolong kau buatkan dia susu. Eomma sedang sibuk."
Jimin bukannya sibuk, dia bahkan melukai dirinya sendiri karena mendengar anaknya yang menangis.
"Tapi-"
"Kemarin eomma membeli susu. Kau ambillah didalam kulkas."
"Aku tidak mau.. bagaimana kalau nanti dia sakit perut."
"Namjoon!! Apa susahnya melakukan apa yang eomma suruh padamu!"
Hoseok bersembunyi dibalik tubuh namjoon. Dia takut sekali. Kenapa jimin selalu saja marah setelah pulang dari rumah sakit.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Jimin, bangun.."
"Apa?!"
Taehyung sudah tidak aneh pada jimin yang menjawabnya dengan nada seperti itu.
"Anak kita menangis.."
Sreeetttt
Jimin menarik selimut sampai menutupi kepalanya. Dia sudah tidak tahan lagi.
"Ji-"
Belum sempat taehyung menyelesaikan apa yang ingin dikatakannya, jimin membuka kembali selimutnya dengan cepat.
"Biarkan saja dia mati seperti yoongi-ku!!"
"Jimin!!"
Bentak taehyung. Ini sudah diluar batas dirinya untuk bisa memaklumi sikap jimin atas hilangnya nyawa yoongi.
"Aku benci!! Hiks.. Hiks.. Aku benci.. Argh!! Hyung... Hiks.. Kenapa kau biarkan aku hidup.. Hiks.. Hiks.. Untuk apa kalau aku tidak bisa memenuhi keinginanmu.. Hiks.. Hiks.. Hyung..."
Taehyung membawa jimin kedalam pelukannya.
"Berapa kali harus kubilang kalau kau adalah hal yang paling kuinginkan dalam hidupku.. Jimin.."
"Hiks.. Hiks.. Kau bohong.. Hiks.."
"Bagaimana caranya untuk membuatmu percaya padaku hum? Katakan apa yang harus kulakukan untuk membuktikannya padamu, jimin.."
Taehyung mendorong sedikit bahu jimin. Menghapus air matanya, sebelum kemudian mendaratkan sebuah ciuman dibibirnya yang penuh dan manis itu.
"Aku mencintaimu.. Aku sangat mencintaimu.."
Kata taehyung sambil mengelus bekas ciumannya dikedua belahan bibir jimin dengan ibu jarinya yang besar.
"Aku tidak hanya mencintaimu karena kelebihan yang kau miliki. Karena itu.. seperti apapun keadaanmu sekarang ini, bukanlah masalah besar untukku, jimin."
Taehyung menyingkirkan poni jimin, lalu menaruh sebuah ciuman hangat disana.
"Kumohon, mengertilah.. Jimin..."
Jimin menyingkirkan tangan-tangan taehyung dari tubuhnya, lalu bangun dan berjalan kearah kamar anaknya. Pasti sudah ada namjoon dan hoseok disana, karena dia tidak mendengar suara tangisan yang kencang seperti tadi.
.
.
."Pergilah ke kamar, jangan tinggalkan seokjin tidur sendirian. Nanti dia menangis."
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Turun Ranjang
FanfictionPermintaan terakhir jisoo sebelum meninggal adalah sebuah pernikahan antara suaminya dengan adik kandungnya sendiri yang bernama Park Jimin. Taehyung yang sangat mencintai jisoo kesulitan dalam menerima jimin sebagai penggantinya sehingga seringkali...