1. Arneta Afrisa

69 4 0
                                    

Yang kedua saran dan kritik sangat diharapkan buat perbaikan..
Selamat membaca semoga bahagia.. >_<

------
Aku Arneta Afrisa, mama biasanya panggil Tata, aku paling nggak suka suruh ngomong pake lo gue lo guean.
Pecinta sajak walau enggak sampai cinta mati..

Sore ini dibawah teduh mendung di pelataran rumah dan sudah mandi, sebuah lembaran rindu terbuka kembali, kerinduan yang selalu berakhir kecemburuan, menyedihkan.

Aku selalu benci kenangan, aku selalu benci pencitraan walau sajak puisi selalu hadir dengan pencitraan.
Tidak sengaja tadi siang, jadwal bersih bersih gudang, sebuah kenangan itu muncul di gudang belakang rumahku, Aku yang sudah menyimpannya rapat rapat selama 3 tahun terakhir ini kembali dicaci oleh kenangan ini.

Aku sempat mendesah kecewa karena melihat hal itu, sebuah buku harian berwarna biru pemberian seseorang yang meningalkan puing puing cacian kenangan memilukan.

Aku selalu benci mengungkit kenangan, namun apa daya benteng kekuatan yang ku bangun 3 tahun terakhir ini tiba tiba runtuh begitu mudah. Mulanya aku enggan mengambilnya, namun apa daya cacian kenangan membuatku ingin mengingatnya.

Arneta Afrisa, jangan panggil aku Risa, sebab Risalah pembawa kebencian.
Panggil saja aku Tata.

                             ☔☔☔

Tata hanya menatap kosong buku yang sudah 3 tahun ini tidak pernah disentuhnya, tiba tiba suara gemuruh guntur membuyarkan lamunannya.

Dengan segala keberaniannya Tata mulai membuka kembali buku itu, tiba tiba sebuah amplop surat jatuh dari sela sela buku tersebut. Tata hanya menggumam lalu berkata

"ini kan.. haruskah..".

Amplop surat tersebut adalah kenangan misteri terakhir Tata yang sejak 3 tahun lalu tidak pernah dibukanya. Tata tetap tidak berani membukanya walau sekuat keberaniannya.

Langit semakin gelap, namun Tata tetap tidak beranjak dari tempat duduknya hingga adiknya datang menepuk bahunya.

"Kak" sapa Keyla adik Tata, namun Tata hanya menanggapinya dengan gumaman.

Adiknya tau kakaknya sedang ada masalah, sebab dari raut wajahnya sudah terlihat.

Keyla duduk disamping kakaknya lalu mulai berbicara

"kak, keyla mau cerita, tapi kakak biasa aja ya.. "

Lagi lagi Tata hanya menanggapinya dengan gumaman dan sama sekali tidak menatap adiknya.

"Kak, tadi Keyla waktu di Toko buku ketemu sama Kak Dion. Kak Dion bilang sama Keyla kalok...".

Mendengar nama itu disebut Tata langsung menatap adiknya lekat lekat hingga bola matanya membulat dan itu sontak membuat adiknya terdiam.

"Terus ya kak.. " saat Keyla hendak melanjutkan ceritanya tiba tiba Tata beranjak dari duduknya tanpa bicara apapun meninggalkan Keyla seorang diri sambil berkata

"kalok kamu mau nemuin kakak cuman buat bahas nama itu mending nggak usah".

Keyla bingung sekali dengan kakaknya. Ia tidak tau apa apa, yang ia tau kakaknya selalu bahagia jika mendengar nama itu, namun 3 tahun terakhir ini kakaknya memang agak aneh kalau ada orang yang menyebut nama itu.

3 tahun ini Tata memang menyimpan kenangan itu sendirian, ia simpan rapat rapat, dan tidak ada seorangpun yang tahu termasuk sahabat terdekatnya.

                            ☔☔☔

Tata tidak pernah sesedih ini sebelumnya, ia terus mengurung diri di kamar sambil menangis sejadi jadinya. Ia tidak tau harus marah kepada siapa, dirinya sendiri atau seorang yang 5 tahun lalu dikenalnya di UKS yang tega membuatnya seperti ini. Tata menyesal mendengar nama itu lagi, ia merasa sangat terkutuk.
Sore ini seperti ada alarm rindu yang  membangkitkan Tata untuk membuka kembali kenangan itu.

Tata selalu benci mengenang, baru kali ini Tata menjadi seorang gadis yang begitu sedih terlebih karena seseorang yang tidak jelas mencintainya. Tata yang sekarang adalah Tata yang rapuh bukan Risa yang senang membuat orang lain tertawa.

Hujan Akhir Bulan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang