Chapter 1

585 57 10
                                    

Daniel marah besar.

Tapi dia hanya bisa memendamnya saja.


Bagaimana tidak? Malam ini dia mendengar kabar bahwa dia akan dijodohkan.


Ck, kuno sekali bukan?


Di zaman yang sangat modern ini masih saja ada hal-hal seperti perjodohan paksaan. Dan sialnya itu malah menimpa dirinya. Daniel jadi ingin tertawa keras memikirkannya.


Orangtuanya menatap penuh harap padanya yang hanya duduk diam di depan mereka. Daniel masih berusaha mengatur emosinya, ingat? Daniel adalah anak yang sangat mencintai orangtuanya, tetapi dia tidak pernah mengira bahwa Ayah dan Ibunya bisa setega ini merencanakan perjodohan bodoh untuknya.


"Kenapa?" Adalah kata yang akhirnya keluar dari mulutnya setelah berhasil menenangkan diri.


"Maafkan kami, sayang. Tapi kupikir ini adalah hal yang baik. Ayahmu dan temannya sepakat untuk menggabungkan perusahaan kita berdua lewat perjodohan ini. Oh! Jangan berpikir kalau kami hanya mementingkan bisnis perusahan daripada dirimu. Tentu saja tidak begitu, Nak. Kami juga memikirkan masa depanmu." Ibunya tersenyum dengan teduh padanya yang membuat Daniel luluh pada ibunya yang terseyum cantik.


"Aku masih kuliah." Ujar Daniel lemah.


Ayahnya tertawa kecil mendengar perkataan Daniel, "Sudah semester akhir, kan. Tenang saja, kau masih bisa melanjutkan kuliahmu, kau bebas, oke? Kami semua tidak akan menuntut mu. Hanya menikah, tinggal bersama, kau lulus, dan bekerja. Sesederhana itu."


Daniel mendelik, "Sederhana itu katamu! Huh, Ayahㅡ Bagaimana dengan dia?" Ujar Daniel, masih ngotot.


"Loh tenang, Dia anak baik yang mandiri. Meski dia sudah lulus kuliah, dan belum bekerja karena Ayahnya yang melarang, dia akan tinggal di rumah, mengurus dan mengajarimu dengan baik. Daniel, calonmu adalah orang yang cerdas, kau tidak akan rugi. Percaya padaku." Daniel menatap tidak percaya pada Ayahnya.


"Kau tenang sekali." Sindir Daniel pada Ayahnya.


"Aku tahu kau marah padaku, aku minta maaf. Tapi aku percaya padamu, Daniel. Kau bisa mengatasinya seiring berjalannya waktu." Sambung Ayahnya dengan senyum kecil.


"Mereka akan datang sebentar lagi." Satu-satunya wanita di sana berujar kembali. Wanita itu lalu mendudukkan dirinya di samping Daniel, tangannya bermain pada beberapa anak rambut Daniel yang ditata tidak terlalu rapi.


"Kau tahu? Aku memasak banyak makanan kesukaanmu hari ini. Makan yang banyak, ya" Daniel hanya tersenyum. Unmood sekali rasanya meski sudah disogok dengan makanan enak.


Selang beberapa waktu menunggu, bel rumah mereka berbunyi, menandakan tamu yang ditunggu sedaritadi sudah datang. Mereka bertiga lalu menuju ke pintu utama dan menyambut tamu sekaligus calon pasangan Daniel. Tamu yang datang hanya ada dua orang, satunya adalah teman Ayahnya, satunya lagi sudah pasti adalah calonnya.

The Right One [OngNiel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang