9

526 126 11
                                    

"Halo, dengan Think Coffee di sini. Kalau tidak order tidak perlu menelpon."

"Tunggu-tunggu, kok lo tau ini gue? Gue bahkan belum ngomong sama sekali!"

"Ya ... karena biasanya Anda nelpon di jam-jam segini. Jadi hapal sendiri."

"Wah, gue terharu."

"Alah. Mau pesen 'kan?"

"Lo pikir gue nelpon mau ngapain?"

"Gangguin saya?"

"Tau aja."

"Tuh, kaaan! Saya tutup nih teleponnya!"

"Eh! Gue mau pesen kok seriusan! Galak amat lo."

"Ini namanya tegas, ya. Biar Anda gak kurang asem mulu ke saya."

"Wah, Gaia mulai tegas, nih. Applause, applause."

"Harus, dongㅡeh, Anda kok tau nama saya?"

"Ya ... ya gue nanya ke rumput yang bergoyang, lah!"

"Serius, dih, saya 'kan belum pernah kasih tau nama saya."

"Pernah, kok. Lo lupa kali."

"Enggak. Belum pernah."

"Pernah."

"Bohong, nih!"

"Oke, jadi sebenernya gue tau nama lo dari name tag di seragam kafe lo."

"Masa? Orang seragam saya gak ada name tag-nya, kok."

"Anjir...."

"Tuh, kaaan, ketauan boongnya."

"Udah deh gak penting ini kok gue tau darimana."

"Stalker, ya?"

"Enak aja, nggak, lah!"

"Punya orang dalem pasti."

"Celana dalem mah iya."

"Ih!"

"Udah, deh, lupain masalah nama lo itu, oke? Gue pesen Caramel Macchiato satu, Ai."

"Ai?"

"Nickname dari gue buat lo."

"Orang-orang manggil saya Ara, tuh. Dari nama depan saya, Araseli."

"Araseli Gaia...."

"Hooh."

"Artinya apaan?"

"Ke-po."

"Wah, asem lo."

"Ini jadi 'kan pesennya? Alamatnya dimana nih?"

"Ntar juga gue ke kafe."

" ... "

"Ai?"

" ... "

"Araseli?"

" ... "

"Gaia!"

"Ntar dulu...."

"Aㅡ"

Tut tut tut.

"Ra, muka lo kenapa sepet begitu?"

"Gue lagi kepengen makan orang, Dy!"

Think CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang