Chapter 2

53 8 7
                                    

Hari yang cerah sangat bagus untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Hari ini Alvy masih terdiam didepan pintu rumah, langkahnya serasa sangat berat. Dia tak tega meninggalkan adiknya sendirian dirumah, tapi apa daya dia tak bisa mengundurkan diri. Jika mengundurkan diri, akan menjadi masalah.

"Kak? Kakak masih disini?" Tangan mungilnya meraih jaket merah Alvy. Lantas hal itu tak bisa membuatnya menolak untuk menengok.

"Ah... Keyle, aku baru saja ingin berangkat!" Ucap Alvy bohong, dia tak bisa meninggalkan Keyle sendirian.

"Mm... masa?" Keyle bergumam sendiri dengan gaya khasnya.

"Iya! Baik-baik dirumah ya! Kakak jalan, sampai jumpa!" Setelah Alvy memeluk Keyle dan meninggalkannya.

"Dah...kakak!!" Dia melambaikan tangannya tinggi-tinggi. Alvy membalas lambaian nya dan langsung berlari kearah sekolah.

#

"

"Alvy Trancy?" Seorang guru mengabsen kehadiran peserta.

"Alvy Trancy? Apa dia belum datang?"

"Sa-saya!" Dengan napas terengah-engah dia mencoba berlari kearah rombongan itu.

"Baik, semuanya masuk kedalam bus!" Perintah guru tadi. Satu persatu anak naik ke bus dengan tertib. Walau terbilang seperti anak TK, sekolah ini mengajarkan etika. Setiap ada yang tak memakai etika, dia akan dihukum entah apa yang akan dia dapat.

#

Alvy duduk sendiri dibelakang dan menghadap jendela. Perasaannya bercampur aduk antara gelisah dan kesal. Dia benar-benar tak bisa berinteraksi dengan siapapun kecuali Steven. Sampai suatu saat, ada perempuan menyapanya.


"Hai! Kau Alvy Trancy kan? Aku Jesicca worth, salam kenal!!" Anak perempuan itu tersenyum sambil mengulurkan tangannya. Alvy menjabat tangan dengan Jesicca tanpa berkata apa apa.
Alvy melepaskan tangannya dan memandang kearah jendela.

"Aku ini senior-mu!! Ayolah, setidaknya beri salam perkenalan!" Jesicca agak kesal dengan sikap Alvy.

"Sudahlah jangan ribut! Alvy kita bisa duduk disini kan?" Sekarang seorang laki-laki yang berbicara dengannya.

"Um, silakan saja!" Alvy tidak perlu menoleh pada orang itu.

"Uh...sombongnya!!" Gerutu Jesicca sambil mengepalkan tangannya.

"Sudahlah Jes, Aku Alexia Edward." Laki laki itu memperkenalkan dirinya. Tapi tetap saja Alvy tak tertarik untuk mengobrol.

"Hei! Setidaknya kita bisa mengobrol!" Ajak Alex.

"Um, baiklah."

"Sepertinya kau tidak niat ya?"

"Memang!"

"Eh?! Lalu untuk apa mendaftarkan diri? Mau dibunuh? Ka-"

"Kita memang akan dibunuh, lebih baik mati dari pada dibunuh oleh teman sendiri bukan?" Tiba - tiba Alvy dengan senyuman menyeringai membuat kedua orang itu kaget.

Kedua senior itu tak mengerti apa yang dimaksud oleh Alvy. Menurut Alvy mereka benar-benar tak berpikir pakai logika, seorang yang mendaftarkan diri untuk mengikuti The game dan senang saat terpilih menjadi salah satu dari 40 orang terpilih, adalah tindakan bodoh.

Dahi Alex mengerut, dia benar-benar tak mengerti apa yang Alvy katakan barusan.

"Kalian seniorku, tapi tak berpikir dengan otak ya?" Alvy bersender pada kursi. Sekarang ia tak lagi tersenyum.

"Apa? Kenapa? Kukira game ini hanya seperti kegiatan, outdoor saja. Dan pasti ada Outbond kan?" Raut wajah Jesicca yang tadi kesal menjadi bingung.

"Coba renungkan baik-baik, setahun yang lalu teman kalian. Fiorentina, terpilih untuk bermain dalam game ini. Sekarang apa dia pernah menampakkan wajahnya?" Walau dia tak memberi tahu mereka secara langsung, Alvy menyuruh seniornya berpikir.

"Mm...iya ya? Kenapa aku tak berpikir tentang itu?" Guman Jesicca. Alex setuju dengan Jesicca.

"Dia mati!" Jawab Alvy sambil memalingkan wajahnya kearah jendela. Lantas Jesicca dan Alex tersentak kaget.

"Ma-maksudnya?"

"Intinya...setiap, seseorang yang bermain game ini. Yang pulang hanya satu!" Kata-kata itu sepertinya sudah membantu memecahkan omongannya yang tadi.

"Masa sih? Kau tahu sampai sedetail itu? Keren..." puji Jesicca. Tapi tak pada Alex.

"Bukan! Yang dia maksud...jika kita kalah kita akan berakhir untuk selamanya, tapi sebaliknya..." Alex terus berpikir keras, dia menyimpulkan penjelasan Alvy Yang singkat itu.

"Jika kita menang, kita akan sangat beruntung!" Lanjut Alvy.

suasana diantara tiga orang itu jadi sunyi, tak ada pembicaraan diantara mereka.

#

Bus berhenti disebuah hotel, instruksidari guru pun terdengar jelas. Semuanya diperintah untuk menuruni bus. Alvy dengan jaket merah, dibarisan paling belakang.

"saya akan memberitahu, teman satu kamar kalian. kamar 001 Jesicca worth dan Elly suitrom!" salah satu guru mulai membacakan, nomor kamar dan teman sekamar.

Setelah sekian lama akhirnya nama Alvy pun disebut.

"kamar 019 Alvy trancy dan Xiar thelockd, kamar 020 Vincent fanthom dan Alexia edward... sialakan kekamar kalian masing-masing! Besok pagi kalian kumpul dilapangan, sekarang free time!!" jelas guru itu, Alvy mengambil kunci dari tangan guru tadi.

#

Alvy melepas jaket merahnya dan menaruhnya diatas ranjang. Xiar thelokd teman sekamarnya, hanya terdiam.

"kau benar, hanya ada satu orang yang bisa menang di game ini." tiba - tiba Xiar berkata seperti itu. dan membuat Alvy bingung.

"maksudmu?"

"aku tidak sengaja mendengar obrolan kalian dibus."

"oh."

"maka dari itu, aku akan memenangkan game ini!!"

~~~~~~~~~~~~~~~
Bersambung....

hai ketemu lagi!! Semoga kalian menikmatinya....

salam HSCMJA

The gameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang