Chapter 8

22 7 0
                                    

"PERINGATAN! Yang sudah mendapatkan kelinci silakan mencari sebuah, batu yang lumaya besar. Lalu bedah kelinci kalian, dan ambil hati kelinci tersebut!!"

Suara pemberitahuan yang baru, Alvy hanya terdiam memandang kelinci putih yang tadi Vincent tangkap. Vincent sudah siap dengan batu ditangannya. Alvy masih tak percaya jika game selanjutnya harus membelah hewan. Vincent duduk disebelahnya.

"Alvy, kau tak mau ini terjadi bukan?" Vincent menatap Alvy disebelahnya. "be-belah saja, a-aku ba-bantu." Baru kali ini Alvy gugup, tak seperti biasanya yang tegas serta dingin. Begitulah manusia, pasti ada sisi kelembutan didalam dirinya. Vincent menggenggam tangan Alvy. "ahahaha...tenang saja, ini mungkin memang menyakitkan, tapi." Sikap Vincent berubah, Alvy menarik napas panjang, Vincent menaruh kelinci didalam air. "membuatnya mati, kehabisan napas." Alvy memukul Vincent pelan. "itu namanya menyiksa!! Ah, belati tadi. Kita putus nadinya." Alvy mengambil belati dari dalam tas. Entah kenapa sekarang sikap mereka terbalik.

"hoi! Kau punya belati? Pinjamkan kami, kelompok 9 sudah gugur. Mati terbakar." Seorang laki-laki muncul dar balik batang pohon. Alvy menoleh dengan tatapan dingin. Tak menjawab perkataan laki-laki itu bahkan satu huruf tak ada yang keluar dari mulutnya. "kau dengar tidak? Jangan memaksa kami memakai cara kasar." Salah satu laki-laki itu sudah kesal sekali dengan sikap Alvy. "sudah, sudah, Alvy. Akan meminjamkan belatinya kok. Jadi bersabarlah, kami juga sedang memakainya." Vincent tersenyum lebar sambil memotong nadi-nadi disekitar hati kelincinya. Yang terahkir dia berhasil memotong nadi dan menyuruh Alvy memegang hai kelici tersebut. "ini, jangan lupa kembalikan pada pemiliknya. Oke?'

Vincent mencuci tangannya di air danau. Vincent membantu Alvy berdiri. "kalian pegang saja belati itu." Alvy berjalan menjauh dari sekumpulan kelompok lain. "heh?! Kau memberikan mereka belati? Lalu nanti kita," Vimcent sudah panik saja. Alvy menggeleng. Dengan langkah yang semangat Vincent mengikuti langkah Alvy yang lesu.

#

Ruangan putih serta monitor yang mengawsi semua player terus, menyala. Dua orang berdiri disamping seoang yang duduk dikursi. Menekan-nekan keyboard, dia yang mengendalikan semua player disana. 'BURN' saat dia mengetik kata itu serta targetnya. Tergetnya akan terbakar sampai menjadi abu, api itu tak bisa padam kecuali dipadamkan olehnya.

"bakar, bakar, bakar hahahahaha...menyenangkan sekali," kata seorang yang ada diatas kursi. "Boss? Kau jangan asal membakar player." Kata seorang yang disebelah kanannya. "tidak, mereka hanya boleh membelah kelinci itu dengan belati, yang ada di player penting kita." Tangannya dengan cepat mengetik dan memusnahkan player yang berusaha membelah kelinci tanpa belati. "Boss, tadi kau tak berkata seperti itu." Keluh satu orang yang ada dikirinya. "karena ada adikmu? Menarik...dia juga sudah mulai mencoba membelah kelincinya tanpa belati dari orang penting 'kan?" dia mulai mengetik 'BURN' lagi pada satu terget barunya. "berhenti! Kumohon, kau sudah melukai banyak orang...Pebunuh!" Orang yang ada disebelah kirinya memberontak, mengambil mic dan berbicara disana.

"SEMUA PLAYER DIHARAPKAN MEMBELAH KELINCINYA DENGAN BELATI! MILIK AL..." sekarang yang keluar dari alat pembesar suara hanya ada suara yang nyaring.

"begitu cara mainmu, huh?"

________________________________________________________________________________

BERSAMBUNG....

THANKS YANG UDAH MAMPIR

BACA, SORRY UPDATE LAMA.

HAHAHAHA TROUBLE LAH...

SALAM HSCMJA 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 09, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The gameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang