Chapter 2 [Luca Salvatore Mendoza]

14.4K 765 15
                                    

In mulmed; Luca Salvatore Mendoza

---

LUCA POV

"Bagaimana mungkin ada tikus kecil yang berani untuk berhianat pada La Cosa Nostra Dennis?!" ucapku dengan suara rendah dan penuh dengan penekanan. Ya sore saat aku mengadakan rapat di Kantor, aku mendapat kabar bahwa salah satu bawahanku mencoba untuk berhianat dengan mengorek informasi di ruang kerjaku. Tetapi sayang ia gagal mendapatkan informasi, dan berakhir menjadi korban eksekusiku selanjutnya.

Dennis menghela nafas kasar "Itu bukanlah hal besar Luca, tenanglah, dia bahkan tidak berhasil mendapatkan informasi apapun dari La Cosa Nostra".

"Bukankah kau sangat mengenal ku Dennis? Aku benci penghianatan. Sekecil apapun atau sukses dan tidaknya penghianatan itu." Jawabku sarkastik
"Bawa penghianat itu ke ruang eksekusi." Jawabku lalu beranjak keluar meninggalkan ruangan itu.

---

Aku melangkahkan kaki ke ruang kerjaku, disana terdapat satu pintu yang terletak di sebelah rak buku, ruangan itu adalah ruang penyimpanan senjata pribadiku. Aku meletakan tangan dan mataku di layar berwarna biru sebelah pintu untuk melakukan proses Scanning. Ya ruangan ini hanya bisa aku yang memasukinya. Tidak ada yang pernah masuk kesini, terkecuali Dennis tentu saja.

Ketika pintu itu terbuka aku langsung melangkahkan kakiku ke dalam dan menyalakan lampunya. Saat memasuki ruangan mataku disuguhi jajaran senjata dengan beragam jenis. Mulai dari senjata api, pistol, pisau, samurai, tombak, dan sebagainya.

Aku berjalan kearah jajaran dimana koleksi pisauku disimpan, aku mengambil pisau berjenis Jagdkommando. Pisau ini memiliki 3 sisi tajam yang membentuk putaran hingga bagian ujung pisau. Luka yang disebabkan oleh pisau ini bisa mengoyak badan sang korban.

Aku selalu senang bermain pisau dengan para korban, menyayat tubuhnya secara perlahan, menusuk bagian organnya, lalu menyiram lukanya dengan air asam, bukankah membayangkannya saja sudah sangat menyenangkan? hahahaha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku selalu senang bermain pisau dengan para korban, menyayat tubuhnya secara perlahan, menusuk bagian organnya, lalu menyiram lukanya dengan air asam, bukankah membayangkannya saja sudah sangat menyenangkan? hahahaha

Mereka yang ku siksa selalu merintih memohon ampun padaku, tetapi aku menyukainya, suara yang sarat akan keputus asaan itu seperti sebuah nyanyian lullaby untukku. Melihat mereka tersiksa dan mati secara perlahan adalah hiburan tersendiri bagiku.

---

Setelah mengambil pisau aku langsung melangkahkan kaki ke ruang bawah tanah, lebih tepatnya ruangan dimana tempat biasa aku mengeksekusi para korbanku.

Setelah sampai diruang eksekusi, disana hanya ada aku, Dennis, Gio pengawalku dan tentu saja si penghianat. Aku melihat si penghianat sudah diikat disebuah kursi dengan mulut disumpal. Saat ia menatap kearahku, matanya membulat seketika, seperti melihat malaikat maut datang menjeputnya. Ya memang benar hari ini akulah malaikat maut untuknya.

 Ya memang benar hari ini akulah malaikat maut untuknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Capo of LucaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang