WenGa - dream with Sugar

1.7K 265 10
                                    

"Udah deh! Gak usah bahas-bahas yang namanya Candil itu!"

Wendy mengoceh gemas ketika salah satu temannya membahas tentang mantan pacar yang baru memutuskannya tadi pagi.

"Ya lo, kan gue udah bilang, sebagai salah satu mantan Candil, gue ngasih tau lo kalo Candil itu playboy." Joy bersungut tak suka. Mengutuk seseorang bernama Park Chanyeol dalam hati mereka masing-masing.

"Tapi gawang lo belum gol 'kan?"

Suara gadis tertua disana bertanya khawatir. Mereka tahu betul bagaimana sikap Park Chanyeol yang hanya ingin tubuh dari gadis-gadis yang dipacarinnya.

Setelah itu?

Tentu saja ditinggalkan.

Wendy menggeleng, "Syukur aja sih dia udah ketauan selingkuh duluan."

Keadaan tempat nongkrong mereka benar-benar ramai. Tak ada satupun bangku yang kosong, kecuali tepat disebelah Wendy yang digunakan mereka sebagai tempat meletakan tas.

"Buset, kak! Itu orang putih banget,"

Yeri sebagai anggota termuda memekik dan menunjuk kearah seorang lelaki berkulit pucat yang baru saja memasuki cafè tempat mereka bersinggah.

Manis.

Satu kata yang melambangkan lelaki itu ketika tersenyum. Wendy menggulum bibirnya, berpikir, apakah lelaki ini jodohnya? Hehe.

Meskipun lelaki itu tidak tampan, tetapi seluruh orang selalu menatapnya. Lelaki itu seperti memiliki daya tarik tersendiri.

"Itu nyari duduk, Kak. Kasih gih!"

Sontak, keempat teman Wendy itu langsung mengambil tasnya masing-masing yang tadinya diletakkan di kursi kosong sebelah Wendy.

"Boleh duduk sini?"

Seperti tadi, Yeri, Seulgi, Irene, dan juga Joy mengangguk semangat. Membuat lelaki itu menunjukan gummy smile miliknya.

"Makasih,"

"Kak, namanya siapa?" Yeri bertanya tanpa rasa malu, membuat para gadis yang lebih tua darinya itu mendelik memperingati kearahnya.

Lelaki bermata sipit itu tersenyum lebar sekali, hingga matanya benar-benar hilang, "Min Suga, panggil Suga aja."

Keempatnya mengangguk ramah --kecuali Wendy-- menanggapi perkataan yang tak kalah ramah dari Suga.

"Ini kenapa temennya diem aja?"

Seulgi langsung menyahut, "Biasa, dia emang gitu kalo disebelah cogan."

Sialan! Seulgi dan mulut tukang mengada-ada, Wendy benar-benar menggutuknya, agar bibir proposial itu tak bisa tersenyum manis lagi.

Apakah mereka tak melihat wajahnya sekarang? Merah, benar-benar merah. Merona lebih tepatnya, siapa sih yang tidak malu-malu kucing saat disebelah lelaki tampan, apalagi diajak berinteraksi.

"Makan dulu ya," Suga mulai mencomot roti bakar vanila yang baru saja diantar pelayan ketika ia selesai mengucap salam.

"Kalian namanya siapa?" Tanyanya.

Satu persatu mulai mengenalkan nama mereka. Dan yang mendapat giliran terakhir adalah Wendy.

"Mm, Wendy." Ucapnya singkat, menjaga sikap. Seolah-olah elegan.

Cih.

Suga tersenyum lebar sekali lagi. Lalu kembali berucap, "Eh, itu matanya ada kotoran." Wendy dengan cepat menuntup dan menggosok-gosok kedua matanya, dan tak menemukan apapun.

"Bukan disitu, merem dulu."

Setelah dirasa sudah, Wendy kembali membuka kedua matanya.

Keadaan berubah, ia terbangun dari tidurnya. Tidak ada seseorang bernama Min Suga disini. Hanya ada dirinya yang sedang bergelung dibawah selimut hangatnya.

From: Irene
Meet up kuy, cafe langit ya. Anak2 dah pada setuju.

To: Irene
Iya, ntar gue kesana.
Jam brp?

From: Irene
Jam 12an ato 1 keknya
Dtg aja pokoknya.

Sekarang pukul setengah duabelas kurang. Mengapa Irene memberitahunya sangat mendadak? Biar saja ia telat. Lebih baik ia datang terlambat daripada ia tidak mandi.

Selesai bersiap-siap, Wendy segera melajukan sepeda motornya ketempat yang telah dijanjikan. Memarkirkannya dibantu oleh para jukir, dan segera masuk kedalam cafè.

Ramai, sangat ramai. Hanya ada satu meja dengan dua kursi tersisa. Dan tak ada satupun temannya yang datang, teman yang benar-benar sialan.

Masa bodoh, daripada ia berdiri seperti orang tolol, lebih baik ia duduk dan memesan minuman terlebih dahulu. Temannya urusan nanti.

"Ocean blue nya satu ya, mbak."

Setelah pelayan berlalu, ia hanya sibuk dengan ponselnya. Jangan sampai ia sibuk berbicara sendiri, bisa-bisa ia disangka orang gila.

Tolol dan gila, lengkap sudah.

"Sendirian ya, mbak?"

Wendy mendongak, menatap seseorang yang dikiranya sedang berbicara kepadanya.

Wajah lelaki persis dimimpinya, berdiri didepannya, dan bertanya tentang tempat duduk.

"Iya, silahkan Mas."

Lelaki itu terkekeh, "Jangan manggil Mas,"

"Panggil Suga aja, Min Suga."

Find

SCRATCH INKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang