SeulMin - Apologize

865 124 0
                                    

"Hay, gimana kabar kamu?"

Jimin menggaruk tengkuknya pelan. Rasa canggung akibat tak bertemu sepuluh tahun lamanya berada di tengah-tengah mereka. Akibat kesalahannya dulu, pertemanan mereka pecah begitu saja.

Seulgi tersenyum kaku. Ia ketakutan, tentu saja. Hari ini, secara kebetulan Seulgi bertemu dengan Park Jimin, mantan sahabatnya sekaligus orang yang memberinya ketakutan terbesar.

"Canggung banget ya?" tanya Jimin.

"Y-ya," jawab Seulgi tergagap.

Bagaimanapun, kenangan buruk itu tidak akan mungkin Seulgi lupakan begitu saja. Ini sudah sepuluh tahun, tetapi Seulgi tetap dapat mengingat dengan jelas bagaimana segerombolan gadis-gadis dan satu orang laki-laki yang merupakan Jimin. Mereka menggunting rambutnya, merobek bajunya, dan Seulgi masih bisa mengingat bagaimana mereka menyebarkan foto diri Seulgi yang sungguh terlihat menyedihkan dengan keadaan setengah telanjang.

Jimin menghianatinya!

Seulgi marah. Ia menutup diri dari dunia luar. Seulgi tidak percaya dengan kata-kata 'teman' ataupun 'sahabat' lagi. Seakan kata itu tertelan habis di kamus hidup Seulgi. Bagi Seulgi teman dan sahabat hanyalah sampah yang tak selayaknya ada di dunia ini. Seulgi menjadi anti-sosial setelah kejadian tersebut menimpanya.

Ketika ia pindah sekolahpun, seluruh murid-murid mengetahuinya. Mereka menghina Seulgi, padahal bukan Seulgi yang bersalah di sini.

Hingga suatu saat, Seulgi pergi ke luar negeri. Menjadi sesosok murid tidak menonjol dan selalu sendirian. Selalu belajar hingga larut malam hanya dengan satu tujuan.

Membangun perusahaan sukses dan menghancurkan makhluk-makhluk yang memberikan penderitaan besar kepadanya.

"Setelah kejadian itu, aku mencarimu..."

Seulgi diam saja membiarkan Jimin melanjutkan ucapannya, "Tapi kamu menghilang."

Bolehkah Seulgi tertawa keras-keras di hadapan wajah Jimin sekarang? Foto yang merupakan aib mendalam bagi Seulgi tersebar, hampir seluruh Korea Selatan mengetahuinya. Jimin dan gadis-gadis itu kejam, mereka tidak menyensor wajah Seulgi.

"Untuk apa?" Nada suara Seulgi berubah, suaranya bergetar. Jika saja ia tidak mengontrol emosinya, sudah di pastikan air hangat itu akan mengaliri pipi Seulgi.

"Aku mau minta maaf."

Seulgi menghembuskan napasnya kasar. Matanya panas, ia mengelapnya dengan sapu tangan oranye yang selalu dibawanya kemana-mana. Tidak peduli dengan raut wajah Jimin yang terlihat seperti merasa bersalah.

"Tidak perlu," jawab Seulgi pada akhirnya.

Jimin terpaku. Kembali merenungkan kesalahan terbesar yang pernah ia buat hanya demi cintanya kepada gadis tolol yang memainkannya. Mina tidak pernah benar-benar mencintainya. Harusnya Jimin sadar, Mina hanya memanfaatkan Jimin untuk membuat Seulgi keluar dari sekolah mereka.

"Kenapa?" Jimin bertanya lirih.

"Karena semuanya sudah terlambat. Kalian menghancurkan mentalku, kalian membuatku seperti sampah yang sangat menjijikkan jika disentuh. Kalian membuatku tersingkir."

Seulgi tersenyum sebagai formalitas. Apa yang ia ucapkan itu jujur dari hatinya, sayangnya seluruh makian yang sebenarnya sudah ia siapkan harus tertelan kembali karena ia masih memiliki etika di tempat umum. "Terimakasih atas mental disorder yang kuderita, itu semua karena kalian."

Jimin terenyuh, tak sadar bahwa hatinya terasa diremas. Kembali Seulgi melanjutkan dengan tatapan matanya yang menajam dan memberikan kesan yang sangat angkuh, "Lagipula, aku sedang menyingkirkan sampah-sampah seperti kalian. Tunggu saja giliranmu."

Nada bicara Seulgi yang tadinya sangat ketakutan, kini berganti dengan intonasi menekan dan sarkas. Seulgi, ia bukan gadis baik hati yang percaya begitu saja dengan perkataan orang seperti dulu. Seulgi yang dulu telah musnah.

Tidak ada Seulgi tolol yang mau diajak ke gudang belakang sekolah oleh Jimin untuk di jebak. Tidak ada Seulgi lemah yang tidak melawan ketika Jimin dan lainnya mempermainkannya.

Sekarang hanya ada Seulgi dengan segala niat balas dendamnya.

Seulgi mengeluarkan senyum tajamnya.

"Kamu bisa melihat bagaimana keadaan Myoui Mina, Momo, Nayeon, dan lainnya sekarang. Park Jimin yang selanjutnya," lanjut Seulgi dengan ucapan pelan namun menusuk.

Jimin tersenyum lemah, "Aku tahu. Aku sudah merasakan bagaimana keadaan perusahaanku yang terus menurun."

Jimin berdiri dari tempatnya. Ia harus pergi sekarang. Jimin tidak sibuk, hanya saja ia terlalu malu untuk berhadapan dengan Kang Seulgi. Ia merasa ia adalah lelaki terburuk di dunia ini.

"Aku harus pergi sekarang," pamit Jimin.

Seulgi membuang pandangannya. Mau bagaimanapun, sifat asli Seulgi yang tidak tegaan membuat dirinya sedikit iba dengan Jimin. Dilihat darimanapun, Jimin adalah satu-satunya -mantan- teman yang memberinya kenangan terbaik sekaligus terburuk di masa sekolahnya.

Ingin sekali Seulgi berlari menghampiri Jimin yang sudah keluar dari kafe tempat mereka secara tidak sengaja bertemu dan mengucapkan bahwa tadi dirinya bercanda. Tapi, Seulgi tidak akan melakukan hal itu. Ia sudah membangun tekatnya sejak lama.

Di dunia ini, siapa yang menyakiti akan di sakiti. Dan apa yang ditabur akan dituai pula hasilnya. Permintaan maaf tidak akan berguna untuk hati yang telah pecah.

***

Malem-malem enggak bisa tidur hehe.

Maafkan update-an ku ini yang bener-bener aneh. Hehe, soalnya aku lagi sebel sama temen deket aku sendiri waktu masa-masa smp yang bully aku. Setelah beberapa tahun enggak ketemu, aku sama dia ketemu lagi.

Tapi bully nya nggak separah apa yang di lakuin Jimin ke Seulgi kok. Temen aku cuma nebar fitnah aja, hehe. Untung masih ada orang lain yang masih mau temenan sama aku.

See u, btw aku semi-hiatus ya. Tapi kalau aku pingin update aku update hehe.

SCRATCH INKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang