"Senja"
Warnanya jingga. Kenapa kau tenggelam? Kenapa tak memperdulikan orang yang melihatmu? Kenapa kau malah melarikan diri?
Apa kau terluka? Kenapa kau merusak langit dengan lukamu? Kau tak pernah memikirkan langit hingga ia berdarah karena lukamu. Kau hanya terdiam. Diam dengan perlahan hingga hilang. Tak melihat kembali langit yang menunggumu. Bahkan tak pernah ingin kembali lagi. Kau kembali dengan hari baru, tak pernah mengulang dengan hari yang sama.
Seperti itulah kamu. Pergi dan tak pernah kembali lagi. Aku kira kamu beda dari yang lain, nyatanya sama saja. Kamu yang selalu ku damba, namun mungkin kamu telah melupakanku. Kadang aku benci, rindu dan sulit untuk dijelaskan. Sungguh menyiksa, kadang ingin ku akhiri. Mungkin, langit sama sepertiku. Merasakan luka itu.
"Karena kamu adalah senjaku. Aku merindukanmu..
Tiga tahun sudah berlalu tepatnya saat aku mengakhiri masa SMA dan mulai duduk di bangku kuliahan. Aku masih bermain bersama sahabat-sahabatku waktu SMA. Semuanya terasa begitu indah saat bersama menceritakan permasalahan yang dimiliki oleh kami. Hari ini adalah hari dimana setelah lama tak berjumpa dan kami berkumpul lagi.
Aku berjalan memasuki cafe dimana yang sudah dijanjikan.
"Hay day, kami disini." Sahut divya sambil melambaikan tangan ke arah dayana.
Akupun berjalan ke arah mereka sambil tersenyum dan duduk disebelah divya. "Hei kalian apa kabarnya?" Sambil cipika cipiki sama divya dan lena.
"Gue baik day, lu apa kabarnya? Udah move on belum? Hahaha." Kata lena sambil tertawa terbahak-bahak.
"Aku juga baik-baik aja, tapi gatau juga deh hahaha." Sambil menatap ke arah lena dengan wajah bete.
Aku berteman dekat dengan lena daripada divya. Karena divya itu orangnya lumayan pendiam dan agak tertutup. Aku dan lena selalu menceritakan hal-hal apa saja yang kami rasakan walaupun itu urusan pribadi. Lena itu orangnya humble banget walaupun suka ceplas-ceplos kalo lagi ngomong.
"Eh iya nih lu div apa kabarnya? Gimana sama si aldi tu?" Sahut dayana sambil minum coffee yang sudah dipesenin sama sahabatnya.
"Kalian kayak gatau aja. Yahh gaada kemajuan.. gitu-gitu aja sih." Jawab divya sambil menghela nafas.
"Yaiyalah gimana kami mau tau, lu aja ga pernah cerita soal siapapun." Jawab dayana dan lena bareng-bareng.
"Elu len gimana sama arga, masih?" Tanya dayana sambil penasaran.
Arga itu adalah pacar lena waktu SMA. Mereka saling suka sewaktu SMA. Dan akhirnya mereka jadian. Walaupun aku dan divya ga pernah dikenalin sama arga waktu dulu sampai sekarang, bahkan hanya sekali dilihatin fotonya dan itu sudah lama banget hingga lupa seperti apa wajahnya. Aku juga gatau kenapa, mungkin itu yang terbaik untuk lena dan arga.
"Udah enggak day, sambil menunjukkan wajah sedihnya." Jawab lena.
"Jangan sedih gitu dong, kenapa-kenapa cerita sini sama kami berdua." Jawab divya sambil mengelus pundak lena.
"Ga ngapa-ngapa sih cuman hal sepele doang. Soalnya dia udah jarang banget untuk ngehubungi gue jadi yaudah deh gue putusin aja. Lagian juga gue lumayan udah lama sih putus dari dia." Jawab lena sambil wajah sedih.
"Masalah gitu aja len, ampun dah. Cepat banget lu ambil keputusan." Sahut dayana sambil menggelengkan kepalanya.
"Ada sih masalah lainnya tapi ...." jawab lena berhenti dan tiba-tiba ragu untuk menjelaskannya.
"Yaudah deh kalo lu gamau cerita sama kami gaapa-apa kok len, kami paham kok." Kata divya dengan dewasanya.
"Nyesel ga?" Kata dayana tanya ke lena.
"Nyesel sih tapi kalo gue ngehubungi dia lagi. Kayaknya ga bakalan dia balas deh. Tapi ... jujur ya gue masih sayang sama dia." Sambil mengusap air mata yang hampir jatuh ke pipinya.
"Yaudah ga usah sedih-sedih lagi ya. Kita kan disini mau senang-senang, ya enggak day?" Tanya divya untuk menghilangkan rasa sedih lena.
"Iya bener banget tu kata divya, yaudah nanti ada seseorang cowok yang pastinya lebih baik daripada si arga itu yaa len..." Kata dayana untuk menyemangati lena lagi.
"Okedeh bener juga tu. Gue ga bakalan sedih-sedih lagi. Cheerrsss..." Sambil memegang gelas yang berisi coffee dan menodongkan ke arah sahabat-sahabatnya lalu tersenyum.
"Nah gitu dong len, cheeeerssss...." Sahut divya dengan tersenyum kearahku dan lena.
Lalu kamipun saling tertawa terbahak-bahak menceritakan kisah tentang masa SMA tetapi melupakan masalah asmara diantara kami bertiga.
-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja ( ceritamu, milikmu ) (COMPLETED)
RomanceTAMATTT!!! Teruntuk malam, kutitipkan rinduku untuknya. Rindu yang tak bisa kumiliki bahkan senyuman tulus yang tak bisa kudapatkan