Setelah aku menulis surat dan kado ini selesai, aku pun pergi ke rumah geya.
"Ge, ini aku titip ke kamu yaa. Tolong kasih ini ke arga."
"Iya day, btw ini isinya apaan?"
"Buku hehehe. Eh besok aku ikut ya ge, tapi aku sembunyi gitu."
Keesokan harinya, aku dan geya berjalan di sekitar kampus untuk mencari arga. Tiba-tiba kami melihat arga dari kejauhan, dan dia sedang bersama teman-temannya. Arga berjalan ke arah kami dan aku cepat-cepat untuk sembunyi.
Geya berhenti di tengah jalan dan arga berjalan ke arahnya. Geya langsung memberikan kadoku kepada arga.
"Ga, ini ada sesuatu untuk lu."
"Dari siapa ge?" Tanya arga dengan bingung sambil mengambil kado itu.
"Dayana."
Aku hanya melihat wajah arga terdiam dan datar saat mengetahui itu adalah pemberian dariku. Tak ada ekspresi bahagia dari matanya, tak ada senyuman ataupun ucapan sepatah kata yang keluar dari mulutnya. Dia hanya terdiam.
"Udah ya ga, gue duluan." Sahut geya buru-buru meninggalkan arga.
Geya langsung menghampiriku dan langsung menarikku ke dalam toilet.
"Day, kok dia pas gue sebut nama lu langsung diam gitu. Nggak ada ekspresi sama sekali."
"Entahlah ge, aku juga nggak ngerti sama dia."
"Sebaiknya lu hubungi dia deh day."
"Udahlah ge, biarin aja."
Sesampaiku di rumah, aku terus-terusan kepikiran arga. Jangan-jangan kado dari aku malah dibuang dan suratnya nggak kebaca. Ada sesuatu yang nggak jelas, aku sangat ingin mengetahui apakah arga itu ada kaitannya dengan teman-temanku. Aku mencoba menghubungi divya.
Tuuutttt, tuuuuttt, tuuuuttt, "halo day." Sahut divya dalam telfon.
"Halo div, kamu lagi dimana? Bisa ketemu ga?" Tanyaku dengan serius.
"Gue masih di kampus ni day, kesini aja kalo lu mau day." Jawab divya dalam telfon.
"Iyaya div, aku kesitu ya bentar aku mau mandi dulu yaa." Sahutku dengan cepat.
"Iya day aku tungguin sampe siang. Kalo lu lama gue pulang day. Eh ngomong-ngomong ada apa day sampe mau nyamperin ke kampus?" Tanya divya dalam telfon.
"Udah ah nanti aku ceritaiin div, aku mau mandi dulu. Bye." Jawabku dengan buru-buru.
Divya, dia adalah sahabatku. Dia hampir tau semua ceritaku, bukan tentang cerita percintaan aja yang dia tau. Kebiasaanku dalam sehari-hari bahkan dia sangat dekat dengan keluargaku, so bisa dianggap kayak keluarga sendiri. Divya kuliah di jurusan pendidikan, lebih tepatnya pendidikan matematika. Karena sewaktu SMA dia sangat pintar dalam mata pelajaran matematika, dia juga pintar dalam mata pelajaran fisika. So dia pintar dalam segi matematis daripada teori, makanya dia ga pernah mau pilih jurusan yang ada ilmu sosialnya. Walaupun dia pendiam dan ga banyak omong, tapi dia sangat jujur apalagi tentang persahabatan.
Sesampaiku di kampus, aku mencoba menghubungi divya. Tuuutttt, tuuuuttt, tuuuuttt, "halo div. Aku udah di taman ni, lu dimana?" Tanyaku sambil berjalan menuju taman.
"Eh iya day, bentar yaa gue otw kesana ni." Sahut divya dalam telfon.
Tak lama kemudian.... "Hai day..." Sahut divya sambil memeluk dayana dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja ( ceritamu, milikmu ) (COMPLETED)
RomanceTAMATTT!!! Teruntuk malam, kutitipkan rinduku untuknya. Rindu yang tak bisa kumiliki bahkan senyuman tulus yang tak bisa kudapatkan