Bab 3 - Melompati Waktu

106 15 1
                                    

Ghifar sedari tadi sibuk sendiri. Lelaki itu bahkan selalu memegang ponselnya hendak bersiap melaporkan kepada pihak polisi jika nantinya pria misterius ini bertindak macam-macam. Selepas Adara memintanya percaya, Ghifar tak juga melepaskan kepercayaan begitu saja. Dia masih juga menaruh curiga terhadap lelaki aneh ini.

Di dalam mobil sana, Adara duduk di kursi depan sedangkan lelaki itu berada di kursi belakang bersamaan dengan tim medis dari rumah sakit. Adara sendiri yang menelpon mereka. Meski sudah seratus persen menolak, tetap saja Adara melakukannya secara keras kepala.

Dari luar Ghifar memasang wajah tak suka. Selain mengkhawatirkan Adara yang bertemu dengan orang asing, Ghifar juga takut jika nantinya orang ini tersandung dalam kasus berita hoax. Apalagi akhir-akhir ini media sering kali menyorot kehidupan Adara karena karirnya sedang meroket. Kasus sebelumnya saja belum sempat Ghifar selesaikan, apalagi ini ditambah Adara dengan baik hatinya menolong seorang pria misterius.

"Oliv, beliin minum dong. Kopi atau apa gitu, pokoknya yang anget."perintah Adara sambil mengeluarkan kepalanya melewati jendela mobil.

Oliv menyahut. Cewek itu langsung mengangguk sambil mengeluarkan kunci sepeda motor dari dalam tasnya. "Kopi apa mbak?"

"Di depan sana ada kafe kopi nggak ya?"

Oliv menggeleng. "Kurang tau deh, Mbak."

"Coba kamu tanya sama Si Ghifar,"saran Adara kepada Oliv.

Bukannya langsung bertanya, Oliv malah menggeleng pelan meminta maaf. Asisten yang baru dipekerjakan itu rupanya takut dengan sorot serta wajah Ghifar tak ramah. Bahkan lelaki itu seakan tak mau diganggu sama sekali. Mata elangnya lekat memandang ke arah dalam mobil bagian belakang.

"Mas Ghifar lagi serem, Mbak."adu Oliv pelan.

Adara berdecak pelan. Gadis itu sengaja melempar botol bekas air mineral kosong ke arah Ghifar hingga ia terkesiap. "Eh, dodol."

"Ck, apaan lagi sih?"

Adara mendegus kesal. "Cari kopi sana,"

"Gue bukan babu lo, puas?"

"Kan kamu manager sekaligus asisten pribadi aku. Gimana sih, suka labil deh."kata Adara sebal.

"Lo gak gue kasih izin minum kopi."

"Bukan buat aku."

Ghifar menarik napasnya malas. "Buat tuh cowok?"

Adara mengangguk cepat. Dia langsung memberikan beberapa lembar uang untuk diserahkan kepada Ghifar. "Ini uangnya,"

"Bodo amat, sana beli sendirilah. Punya kaki kan?"

Adara mengerutkan keningnya. Kali ini Ghifar benar-benar sedang dalam suasana hati yang tak baik. Bukan Adara namanya kalau ia tak meladeni. Gadis itu bahkan langsung mengambil kacamata hitam nya serta masker yang dapat membantu penyamaran nya.

"Oke, aku akan beli dulu."Adara kini membuka pintu mobil nya sekaligus memijakkan kakinya di bumi hendak membeli kopi seorang diri.

Ghifar langsung menarik tangannya keras. "Cewek nggak peka sekaligus teledor."

"Katanya kamu, aku boleh beli sendiri."

Ghifar mengambil uang itu dari tangan Adara lalu ia bersikap geregetan di depan Adara. "Sini deh, kopi apa?"

"Biasanya cowok suka rasa apa?"

"Rasa kopi,"

"Yaudah kamu atur aja. Oh iya, nanti abis ini kita langsung pulang kan?"

Close to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang