Bab 4 - Logika

151 15 4
                                    

Pradhika memijat pelipisnya. Jika benar dia sudah melompati waktu, artinya kehidupan nya akan berubah. Pradhika tetap tak mau percaya kalau ini nyata, namun dia memang berada di dua puluh tahun kemudian. Bahkan gadis kecil yang selalu menyembunyikan sepatunya ketika ia bertugas di rumah atasannya pun sudah menjadi seorang artis terkenal.

Langkah kaki lelaki itu membawanya pada sebuah taman dekat perumahan. Pradhika menarik napas dalam-dalam. Keadaan sudah berubah, dan dia sendiri bingung harus kemana. Rumah, kendaraan, bahkan statusnya tidak jelas sama sekali. Antara nyata dan fiksi, lelaki itu masih menerka-nerka. Mungkinkah ia benar melompati waktu?

Hampir tengah lama. Namun mata lelaki itu tak juga terpejam. Seragam tugasnya pun berantakan. Banyak noda darah yang tercetak disana, tak hanya itu beberapa lengan bajunya juga sobek bekas kejadian malam itu.

"Ini tahun 2017, dua puluh tahun telah berlalu. Dan kejadian malam itu masih teringat dengan jelas"

Kalimat itu seakan mengiang-ngiang dipikirannya. Jika ia berada disini, lalu bagimana caranya ia kembali lagi ke tahun tersebut?

Pradhika menarik napasnya dalam-dalam. Logika tidak bisa diikutsertakan dalam keadaan seperti ini. Ini sama sekali tidak masuk akal, namun ini benar terjadi. Pradhika mengambil posisi untuk beristirahat sebentar di bangku taman. Dia mengantuk dan merasa lelah, karena tak memiliki tempat tinggal, sementara dia bisa tertidur disana.

Pradhika merebahkan tubuhnya. Matanya menatap ke atas langit hitam yang sama sekali tak terlihat bintang. Belum juga terlelap, dua orang petugas datang berdiri di depannya.

"Mas gelandangan ya?"

Sontak saja Pradhika langsung menggeleng cepat. Dia bukan gelandangan. Apalagi kedua orang petugas ini nampaknya mencurigai dirinya. "Bukan, Pak."

"Bisa saya lihat KTP nya?"

Pradhika menhangguk cepat. Dia langsung mengeluarkan kartu pengenal nya untuk diperlihatkan. Untung saja ia menaruh kartu itu di dalam saku celana nya. Pasti setelah ini petugas itu tak perlu menanyainya lagi. Toh, dia memiliki tanda pengenal. Dahi salah satu petugas yang melihat berkerut. Petugas itu memberi tahu kepada temannya akan keanehan yang ia saksikan sendiri.

"Masnya lahir tahun 1975?"

Pradhika kemudian mengangguk. "Disitu kan ada keterangannya, Pak."

Tak lama kemudian dua orang petugas itu langsung memegang tangan Pradhika hendak dibawa ke pos keamanan. Pradhika tentu saja berontak, dia bukan gelandangan. Dia adalah ajudan dengan pangkat Letnan Satu.

Pradhika menyerah, dia kini telah dibawa oleh petugas. Ya, ini sudah menjadi risiko. Ketika nasib nya harus melompati waktu dan berada dalam dunia ini.

Namun ketika hendak diwawancarai serta diperiksa, polisi yang bertugas itu sedikit terkejut. Keterangan disana menampilkan kalau seseorang bernama Pradhika Askary sudah meninggal. Keadaan semakin kalut ketika tangannya hendak diborgol, untungnya Adara datang kesana secara tiba-tiba untuk menyelamatkan.

"Pak, biar manager saya yang atur masalah ini. Orang ini kenalan saya."jeda Adara yang secara tiba-tiba memotong pembicaraan.

Ghiffar memijat keningnya. Lagi-lagi Adara memanfaatkan dirinya untuk bertindak gegabah seperti ini. "Ya, saya yang atur semuanya. Ini cuman salah paham."

"Cowok ini sodara saya, Pak. Dia bukan orang jahat ataupun gelandangan. Ya emang tadi sempat ada masalah di lokasi syuting, dia jadi berantakan kayak gini."jelas Kinan lagi berusaha meyakinkan.

Pradhika mengerutkan keningnya juga. Dia memang belum mengenal sepenuhnya dan percaya apa yang terjadi dengan dirinya. Dilihat dari wajahnya, ia terlihat bingung. Bahkan dia sama sekali tak mengerti mengapa ia bisa terbawa ke dalam perbedaan masa seperti ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 01, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Close to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang