BAB 23

40 5 1
                                    

Malam tiba, sekali lagi Fendy sedang bersama Nisa di kamarnya. Mereka sedang duduk disofa yang menghadap keluar jendela. Membawa segelas anggur di masing2 tangan mereka. Mereka hanya terdiam menikmati heningnya malam dan dinginnya udara pada dini hari. Ya. Jam menunjukkan pukul 01:00 am.

Tak ada suara sedikitpun diruangan itu. Yang terdengar hanyalah suara sesapan bibir mereka saat menyeruput anggur dan desah nafas yang terengah-engah saat mereka selesai berciuman sesekali. Tak ada yang mengganggu malam mereka. Tak ada yang berani mengganggunya. Bahkan detikan jam pun seolah mati melihat begitu saling mencintainya kedua manusia itu.

Nisa bersandar pada bahu Fendy. Dengan sedikit kesan manja dia menggeliat. Fendy mengerang merasakan Nisa menggeliat ditubuhnya. Dan dengan cepat dia menarik wajah Nisa agar menghadapnya dan menciumnya. Ciuman yang dalam dan kasar. Nisa hanya diam sambil sesekali mendesah. Ia tidak membalas ciuman Fendy. Tapi ia menikmatinya.

Fendy menarik dirinya. Ia tidak mau apa yang dilakukannya akan membawa dia dan Nisa berakhir di atas ranjang. Karena saat baru tiba tadi, Nisa terus berkata ia sedang lelah. Dan wajahnyapun sangat pucat. Fendy melihat gadisnya itu benar2 lelah. Dan dia pasti hanya ingin istirahat juga tidur. Fendy kembali memeluknya.

"Apa yang membuatmu sangat lelah hari ini, Nisa?" Tanya Fendy. Nisa hanya diam sambil sedikit menggeliat lagi.

"Katakan padaku,ada apa Nisa. Sampai-sampai kau tidak mau membalas ciumanku" tuntut Fendy. Nisa menghembuskan nafas berat. Ia juga tak tahu kenapa ia selelah ini.

"Terkadang ada sesuatu yang hanya bisa dirasakan namun tak bisa diungkapkan, Fendy"

Fendy terdiam. Suara Nisa sedikit parau. Fendy sedikit khawatir dengan itu.

"Setidaknya katakan sesuatu. Jangan diam saja" Pinta Fendy dengan sedikit memohon.

Mereka diam untuk beberapa saat. Sejenak Nisa berpikir. Betapa lelah dirinya hidup seperti ini. Sungguh melelahkan. Setiap ia pergi selalu dikejar oleh siapapun. Hanya ingin mencari sesuap nasi saja, ia harus berlarian keliling kota. Berkejar-kejaran dengan orang yang mengenalinya. Bahkan ia harus tinggal didalam pelosok hutan untuk menutupi jejaknya. Beradu dengan hawa dingin dan bahaya yang selalu mengikuti kemanapun langkahnya. Nisa merasakan sakit. Sakit yang tak dapat dieja. Ia benar-benar jatuh sejatuh-jatuhnya.
Namun kini, ia kembali berada dipelukan Fendy. Fendy yang dikiranya telah pergi dan menghilang dari kehidupannya. Ternyata sekarang Fendy berada disisinya. Dia kuat sekarang. Dia merasa, sangat lega. Dipundak Fendy sekarang ia bersandar. Dipundak Fendy sekarang ia meluapkan semuanya. Ia menyandarkan semua yang terjadi di kehidupannya sejenak. Ia melupakan derita hidupnya sebentar. Setidaknya, ia merasa tak pernah mengalami semua ini. Meskipun hanya sejenak.

"Aku sangat mencintaimu, Nisa"  Ucap Fendy sebelum dia menghabiskan anggurnya kemudian menyandarkan kepalanya ke belakang dan tertidur pulas.

Nisa yang mendengar kalimat itu merasa seolah hatinya benar-benar lega. Dia tersenyum simpul dan menyesap anggurnya lagi. Sungguh sangat bahagia dirinya. Akhirnya seorang lelaki yang sempat pergi dari kehidupannya kini sudah berada disampingnya lagi. Sungguh rindu hatinya dengan suasana seperti ini. Nisa menikmati malam ini. Ia tidak ingin pagi menggantikannya.

Ia meyakinkan dirinya sendiri, bahwa apa yang dialaminya sekarang itu benar terjadi. Bukan hanya ilusi. Dan ia meyakinkan dirinya bahwa Ayahnya telah salah. Ia belum pulang kerumah karena ia benci dengan ucapan Ayahnya terhadap Fendy kemarin. Ayahnya mengira Fendy hanya memanfaatkan dirinya supaya bisa menangkap keluarganya. Namun ia tidak percaya sama sekali. Ia tidak percaya kalau lelaki yang sekarang menjadi sandarannya itu akan menghianatinya. Fendy mencintainya. Dan ia juga sangat mencintai Fendy.

Nisa menyandarkan kepalanya di dada bidang Fendy yang setengah telanjang. Nisa ingin tidur walau hanya sebentar di pelukan Fendy. Ia ingin merasakan bahwa ia bisa tidur dengan sangat lelap tanpa takut akan apapun. Ia mulai tertidur.

Tiba-tiba suara pintu yang di dobrak memekakkan telinga Nisa juga Fendy. Keduanya langsung melonjat berdiri dari sofa itu dan mendapati bahwa pintu kamar Fendylah yang tengah di dobrak.

Merek berdua melihat ke arah yang sama. Beberapa polisi bersenjata masuk dan memenuhi ruangan itu. Fendy dan Nisa terkejut. Mereka kebingungan melihat apa yang terjadi. Mereka hanya diam di tempat mereka berdiri tadi.

"Ada apa ini ?" Tanya Fendy spontan dengan nada terkejut.

Tak ada yang menjawabnya. Kini semua senjata mengarah padanya dan Nisa. Lalu seseorang dengan pakaian resmi masuk dari lubang pintu yang sudah di dobrak tadi. Seorang lelaki paruh baya dan Fendy tahu siapa itu dari bagaimana orang itu berjalan.

"Apa-apaan ini, Ayah ?"  Tanya Fendy pada Robby McGregor yang dengan santai masuk ke dalam kamarnya.

"Ayah?" Nisa sangat terkejut. Benar-benar lebih terkejut daripada para polisi yang mendobrak kamar Fendy. Fendy hanya terdiam mendengar pertanyaan Nisa. Nisa memalingkan wajahnya menghadap Fendy. Nisa tidak pernah tahu kalau Robby McGregor adalah Ayah dari Fendy. Atau ia tidak pernah menyadarinya?

"Hahahaa.. iya Nisa. Itu benar. Ayah" Kalimat yang dilontarkan Robby lebih seperti celaan daripada menjawab pertanyaan.

Nisa diam. Begitu juga dengan Fendy. Fendy tak menjawab ataupun menyanggah perkataan Ayahnya. Karena memang ia mengakui bahwa Robby adalah Ayahnya.

"Kau itu seperti kumbang yang masuk ke dalam mulut bunga berwarna indah, padahal bunga itu diam-diam membunuhmu" Kalimat Robby membuat Nisa berfikir sejenak.

"Apa maksudmu?" Sebenarnya Nisa sedikit paham dengan maksud ucapan Robby. Namun ia langsung membuang pikiran itu. Berharap bukan itu yang akan diucapkan oleh Robby.

"Kau pikir kenapa anakku menyuruhmu untuk mengunjunginya? Tidak ada penjahat yang cukup ceroboh hingga memasuki rumah musuhnya dan bercinta disana" Nisa tertegun mendengar kalimat Robby. Benar juga. Kenapa Nisa tak pernah berfikir bahwa Fendy menyuruhnya datang ke rumah Presiden adalah untuk menjebaknya? Ternyata benar ucapan Ayahnya.

"Fendy tidak mencintaimu, Nisa" ungkapan Robby bernada cemoohan di telinga Nisa.

"Ayah cukup!"  Balas Fendy kepada Ayahnya karena melihat wajah Nisa mulai memucat.

"Dia itu sangat cerdas sepertiku. Dia tidak hanya berhasil membawamu ke rumah ini, namun ia juga bisa membuatmu dengan mudah memberikan informasi dan juga membuatmu dengan mudah membuka kakimu itu untuknya" Nisa ingat kejadian malam. Ketika ia dan Fendy bergulat di atas ranjang hingga ia tak bisa berkata apapun jika mengingat kejadian itu. Malam yang penuh gairah dan nafsu. Ia memang telah resmi memberikan keperawanannya kepada Fendy kemarin malam. Dan ternyata tanpa dia sadari, Fendy mencoba menguras informasi mengenai dirinya di saat yang bersamaan.

Nisa menatap ke arah Fendy. Fendy juga balik menatapnya. Fendy menunjukkan raut muka yang terkejut sambil menggelengkan kepalanya pertanda bahwa semua itu salah.

"Nisa..Nisa, harusnya kau percaya pada apa yang dikatakan Ayahmu kemarin..."  Nisa terkejut mendengar singgungan kata Ayahnya dalam kalimat Robby. Namun di sisi lain dia juga mengamini ucapan Robby. Ia benar-benar sangat bodoh karena lebih percaya pada Fendy daripada Ayahnya. Dimana Fendy sudah jelas-jelas menjebaknya.

"Mungkin kau mau minta maaf kepada Herman William?" Nisa langsung memikirkan Ayahnya. Bagaimana dengan Ayahnya? Apa yang terjadi dengan Ayahnya sekarang?

"Kubawakan Herman William untuk mendengar ucapan maafmu yang terakhir, Nisa"  Dua orang polisi masuk sambil membawa seorang lelaki dengan borgol ditangannya yang berlumuran darah. Dari postur tubuh lelaki itu, Nisa langsung tahu itu siapa.

"Ayah?"

#Maaf ya guys baru update, soalnya ini lagi sibuk banget.
Maaf juga kalau bahasanya masih acak-acakan. Soalnya masih amatir. Maklum yaaa..
Koment dan saran ditunggu yaa
Semoga pada suka sama ceritanya
Jangan lupa voted dan promoted ke yang lain yaa..
Makasihhh

FAR (Saat Kau meninggalkanku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang