MONOCHROME MEMORY

84 3 0
                                    


Di jam dinding ruang dosen, detak jam masih menunjukkan pukul 07.30. hanya ada satpam penjaga tempat parkir dan beberapa mahasiswa di kelas pagi yang kujumpai di perjalanan menuju ruang dosen.

"Huffftt akhir nya ku temukan juga transkrip nilai ini", ujar ku.

Lalu tak sengaja mata ku tertuju pada foto yang terletak di atas meja kerja,Budi........Dave......dimana kalian? Mengapa aku tak bisa menjumpai mu lagi.

Lalu pikiran ku pun melayang mengingat saat mereka masih bersama ku. Tepat ketika ku di SD waktu itu.

Budi adalah seseorang yang sangat ahli dalam pelajaran matematika. Waktu kelas 2 SD dia sudah hapal perkalian kelipatan 12. Sedangakan aku perkalian kelipatan 7 saja masih tertatih. Aku sangat ingat itu. Maka guru guru pun sering mengikut sertakan nya dalam berbagai lomba-lomba matematika dan memenangkannya berkali-kali. Sampai pada akhirnya dia mengikuti Olimpiade tingkat nasional untuk pertama kali nya. Dan ia berhasil memenangkan olimpiade itu. Namun pada saat ia ikut olimpiade untuk kedua kali nya. Ia melakukan sesuatu hal yang memalukan. Aku mendengar ini dari para guru guru yang mendampingi Budi. Di kertas tepat ia harus menjawab jawaban dari soal matematikanya. Dia bukan menuliskan rumus rumus matematika ia malah menggambar sebuah hutan yang di penuhi dengan pepohonana lalu di samping hutan itu ada bukit yang di atas nya terdapat 1 rumah. Mengapa dia melakukan itu, kami semua pun hingga kini tak tau alasannya. Itu ujar guru pembimbing nya. Aku tahu karena waktu itu,seingat ku....aku menemani nya pada saat ia di panggil keruang guru.

Lain Budi lain pula Dave.

Meski Dave tergolong biasa-biasa saja dalam masalah akademis namun jiwa seni nya sudah nampak dari kecil tepat nya di SD ini. Jika sudah ada jam pelajaran kesenian atau dulu kita menyebut nya pelajaran KTK, dia adalah orang yang paling antusias mengikuti pelajaran ini. Di saat anak anak lain hanya menggambar dua buah gunung di sertai ada matahari di tengah nya lalu terbentang sawah dan jalan raya. Berbeda dengan Dave. Kemampuan berkhayal nya sungguh mengaggumkan. Ia menggambar Angkasa luar, planet-planet, astronot yang sedang mendarat di bulan dengan kapal ulak alik nya atau dia juga pernah menggambar tokoh kartun luar negri tepat nya pada waktu itu seperti kartun shinchan, doraemon, dan teletubies sedang melakukan lomba balap karung untuk merayakan HUT Indonesia. Guru guru pun akhirnya mencoba mengikutkan dia pada suatu lomba antar sekolah satu kecamatan, ternyata dia berhasil juara 1 mengalahkan lawan lawan nya. Itu pun terus berlanjut. Piala demi piala dia koleksi. Setiap setelah upacara bendera jika Dave memenangkan suatu lomba gambar maka kepala sekolah akan memberikan kehormatan kepada Dave untuk maju ke podium untuk menerima penghargaan dari nya. Tiba pada suatu waktu, Dave akan mengikuti sebuah lomba bergengsi yang akan menentukkan harga diri sekolah. Yaa.ini perlombaan tingkat nasional, Dave mewakili DKI Jakarta untuk lomba kali ini. Dan lagi lagi juga sahabatku satu ini melakukan hal yang bisa di bilang memalukkan di kertas A3 yang harus nya ia gambar bukit, gunung atau laut, namun yang terjadi ia malah mencorat corat kertas itu dengan berbagai macam jenis rumus-rumus matematika yang sukar di mengerti. Jelas sekolah menanggung malu mengenai hal ini.

Dan aku? Aku bukanlah siapa-siapa dulu, aku hanya anak yang pemalu dan sulit bergaul namun hanya mereka berdua lah yang setia menemani ku. Mereka mengajak ku bermain sepeda, bermain basket dan bermain permainan yang lainnya. Maka dari itu aku sangat bangga pernah berteman dengan orang hebat seperti mereka.

Dan tanpa sadar air mata ku pun menetes membasahi pipi karena mengingat mereka berdua.

Namun akhirnya kami pun masuk ke SMP yang berbeda dan tidak bertemu hingga saat ini. Namun kami bertiga sempat berfoto bersama. Dan inilah foto yang terpajang di atas meja kerja ku.

Lalu setelah mengenag masa lalu kami, aku kembali menatap dalam dalam foto ini. Aku merasa dan mendengar bisikkan dari hati dan otak ku. Untuk membawa foto ini. Entah untuk apa? Namun rasanya aku harus membawa nya. Lalu aku buka figura foto itu dan mengambil foto nya. Ku simpan di kantong belakang ku.

Lalu tanpa sadar aku kembali mengingat kebohongan ibu.

"Yaa mereka menitipkan itu pada Ibu..."

"Mereka???" lalu kenapa di setiap piagam itu tertera namaku? Bukan nama Budi atau Dave?

AKU Andi BUKAN Budi DIA DaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang