BR - 1

2.8K 134 1
                                    

"First Meet"

*

Sudah beberapa kali Aisyah melihat ibu nya yang sering membawa laki-laki yang berbeda masuk kedalam rumah nya.

Aisyah sangat enggan melihat sejoli yang sangat menjijikan sedang bercumbu di bawah sana. Rasanya Aisyah ingin sekali menegur perbuatan ibunya itu!

Tapi ia tidak bisa karena ia sedari kecil di ajarkan oleh ayahnya untuk selalu bersikap sopan santun dan mempunyai etika. Yah, itu didikan ayah nya.

Karena tak tahan di dalam kamar sendirian dengan bosan nya. Akhirnya Aisyah memutuskan untuk keluar rumah nya.

Aisyah menuruni anak tangga satu demi satu dengan sengaja nya dia berjalan dengan sebuah hentakan. Seakan sadar akan gangguan kedua sejoli yang tadi asik bermesraan dengan terpaksa berhenti.

"Mau kemana?" Tanya Riyanti ibu dari Aisyah di saat Aisyah sudah sampai bawah hanya tinggal beberapa lagi menuju pintu keluar, terpaksa berhenti. Karena pertanyaan dari ibu nya.

"Mau nyari udara, di sini pengap dan PANAS!" Aisyah menekan kan pada kata panas. Supaya ibu nya sadar akan perbuatan nya.

Setelah menunggu beberapa menit tidak ada jawaban Aisyah memutus kan berjalan kembali dan keluar dari rumah yang menjijikan itu.

"Tuhan, bantu aku!" Ucap Aisyah meminta pertolongan dan mencoba meneguhkan hati nya.

"Huufft," helaan nafas dari Aisyah

Aisyah berjalan menuju sebuah Taman yang berada di ujung komplek rumah nya. Aisyah suka disana karena Taman yang dekat dengan komplek nya itu sering sepi dan hening. Dan disitulah Aisyah sering merenungi nasib nya sebagai seorang anak dari pelacur.

Aisyah melihat-lihat taman itu. Taman itu masih sama seperti 3 hari yang lalu saat Aisyah kesini. Bersih, sepi, dan hening.

Aisyah berjalan menuju ayunan. dan duduk di ayunan tersebut. Memandang lurus, melihat banyak kupu-kupu yang berterbangan kesana-kemari dengan begitu bebas nya tanpa ada hambatan apapun.

Aisyah tersenyum melihat kupu-kupu yang sedang lincah nya berterbangan di udara tersebut.

'Andai hidup aku seperti kupu-kupu yang bebas' batin Aisyah

"Seandai nya hidup bisa kita tentukan, sungguh aku akan memilih hidup bahagia." Ucap Aisyah dengan angin yang berhembus menerpa rambut nya yang panjang dan hitam pekat sehingga rambut nya berterbangan.

"Hidup bahagia apa memang nya yang ingin kamu mau?" Tiba-tiba suara mengagetkan Aisyah yang sedang merenungi nasib nya lagi dan lagi.

Aisyah menoleh ke samping kanan nya tepat di ayunan sedang duduk seorang pria dengan rambut yang berwarna hitam, alis yang tebal, hidung yang mancung bagaikan prosotan anak TK. Tampan, satu kata melintas di benak Aisyah. Laki-laki itu memakai pakaina casual.

"Siapa kamu?" Tanya Aisyah kepada laki-laki di sebalah nya itu.

"Nama aku Irham Nuran Harir tapi, cukup panggil aku Ari." Laki-laki yang bernama Ari itu tersenyum menampilkan deretan gigi nya.

Aisyah salting karena melihat senyum laki-laki tersebut.

"Nama kamu siapa?" Tanya Ari kepada Aisyah yang menunduk sembari memainkan jari-jari nya.

"A-a-ku harus pergi!" Aisyah bangun dari ayunan nya dan mencoba pergi. Namun, usaha nya gagal karena Ari lebih dulu menahan pergelangan tangan nya.

Aisyah yang merasa tangan nya di pegang langsung menghempaskan tangan milik Ari.

"Eh maaf, lagian kamu sih aku nanya sama kamu malah pergi. Aku berasa ngomong sama patung yang semua anggota tubuh patung tersebut mirip sama manusia." Ucap Ari seolah menjelaskan kejadian tadi.

Aisyah yang mendengar penjelasan dari Ari hanya mengerutkan alis nya.

"Nama kamu siapa?" Tanya Ari yang ke dua kali nya pada Aisyah yang masih enggan berbicara.

"Nam-nama aku Aisyah Aqilah." Dengan kegugupan Aisyah memberi tahu kan namanya.

Untuk pertama kali nya Aisyah bertemu dengan seseorang yang ingin mengajak nya berbicara. Biasanya? Jarang sekali bahkan hampir tidak pernah. Kenapa? Karena faktor dari keluarganya, sehingga semua teman nya mengira jika Aisyah pun begitu sama seperti ibu nya. Awalnya semua tidak ada yang tau kecuali dirinya dan Yoriko. Tapi sayang mungkin tuhan belum mengirimkan teman yang sejati, karena tiba-tiba Yoriko membocorkan semuanya. Dan sampai sekarang lah dampak nya, semua teman yang dulu nya masih sering menyapa seakan lenyap entah kemana berubah menjadi seseorang yang seakan enggan melihat orang se menjijikan.

Sungguh dunia terkadang kejam kepada kita, membiarkan kita terluka sendirian. Tanpa ada tempat sandaran yang kita punya.

"Oh Aisyah nama yang indah, by the way aku baru pindah rumah di sini. Cuma iseng jalan eh aku liat kamu lagi duduk sendirian di ayunan yaudah aku samperin deh." Ucap nya lalu tersenyum.

Aisyah yang melihat senyum yang terbit dari wajah Ari seketika pipi nya merasakan panas. Panas apakah ini?

"Tadi aku denger kamu ngomong sendiri tentang kebahagiaan, memangnya kamu tidak bahagia?" Tanya Ari pada Aisyah.

Sekarang mereka berdua sudah duduk kembali di Ayunan tadi.

Aisyah yang di tanya diam.

"Maaf aku tau itu masalah pribadi."

Aisyah tersenyum "Tak apa." Ujar nya seolah menerima permintaan maaf Ari.

"Sepertinya cukup hari ini saja kita mengobrol. Selanjut nya kumohon jangan dekati aku lagi."

Ari mengerutkan kedua alisnya seolah tak mengerti arti perkataan Aisyah tadi.

"Nanti juga kamu tau," Aisyah tersenyum dan bangun dari ayunan tersebut. "Aku harus pergi dulu." Ucap nya lanjut.

Ari diam menatap kepergian Aisyah. Dan di dalam hati nya ia terus bertanya-tanya kenapa? Kenapa Aisyah tidak ingin dirinya berteman dengan Aisyah? Apakah Aisyah anak dari presiden yang berbeda kasta?

*

A/N

Karya kedua, eh sebernya mah pertama. Dan judul awalnya "The Only One" tapi aku ubah jadi "Bad Reputation".

20 pembaca aku next yah ceritanya :) se you.. next chapter

Jangan lupa Vomments

Salam manis

Rliaa

Bad ReputationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang