22:00 KST
Sejak tadi pagi sepertinya hujan terus mengguyur kota Seoul. Hujan deras pun masih berlangsung malam itu. Baik Jungkook ataupun Sana tidak ada satupun diantara mereka yang bisa memejamkan matanya. Ditambah listrik yang padam membuat Jungkook meringkuk di ranjangnya berusaha untuk terpejam.
Jungkook menatap lekat ke langit-langit kamarnya yang gelap. Sedangkan Sana duduk di nurse station berkutat dengan asuhan keperawatan yang sedang ia kerjakan, sebelum dirinya berhenti sejenak dan bermain-main dengan ballpoint di tangannya.
Senyum tipis tersungging dibibirnya, mengingat apa yang terjadi seharian ini. Sedangkan Jungkook memegang dadanya yang sedaritadi berdegup kencang. Kali pertamanya bagi Jungkook merasakan hal seperti ini. Sungguh aneh.
09:00 KST
Berjalan bersama di trotoar tepi jalan membuat Sana sedikit canggung dengan keadaan saat ini. Tidak ada satupun dari mereka yang berbicara meskipun Jungkook sudah melepaskan maskernya.
"Ahjumma, kau tidak pergi bekerja?" tanya Jungkook datar.
Sana membulatkan matanya mengingat ia seharusnya sudah di rumah sakit sekarang. "Omo!!" dengan segera Sana merogoh isi tas nya dan menghubungi seseorang lewat ponselnya. "Yeoboseyo, Mina-ya eodiya? Begini, aku ada urusan mendadak pagi ini. Bisa kita berganti jadwal? Aku akan menggantikanmu malam ini, eung gwaenchana, aku bisa melakukan double shift. Geurae~ gomawo…"
Sejak pertemuan mereka Sana memutuskan untuk mengikuti Jungkook dan mengenalnya lebih jauh. Awalnya Jungkook bersikeras mengatakan bahwa ia lebih senang menyendiri, tapi akhirnya ia menyerah karena Sana beralasan bahwa ia sudah terlambat bekerja karena dirinya. Jadi mau tidak mau Jungkook harus bersamanya sampai waktu dinasnya tiba.
"Kau mau pergi kesuatu tempat?" tanya Sana.
"Eung,"
"Eodiya?"
"Jib -rumah-."
Setiap pertanyaan yang dilontarkan, Sana selalu mendapatkan jawaban singkat dari Jungkook. 'Ya', 'tidak', 'eung', dan 'oh' Jungkook hanya menjawab semua dengan salah satunya.
Sana mendesah pelan, kesal dengan semua jawaban Jungkook. "Lalu, untuk apa kau pergi ke halte bus jika pada akhirnya kau hanya kembali ke rumah? Bukankah itu hanya membuang waktumu?"
Lagi-lagi pertanyaan Sana dihiraukan Jungkook, Sana merasakan dirinya seperti berbicara dengan robot atau mungkin dinding batu besar tanpa ujung, sulit diraih. Sana menghentikan langkahnya dan membiarkan Jungkook beberapa langkah di depan. Ia mempoutkan bibir sebelum meninju-ninju udara kosong di hadapannya, melampiaskan kekesalan.
Belum selangkah Sana hendak menyusul Jungkook, rintik hujan turun begitu cepat membuat Jungkook dan Sana terpaksa berlari kecil menepi sebentar menyelamatkan diri dari guyuran hujan.
"Aiishh aku tidak tahu hari ini akan hujan." ucap Sana menepuk-nepuk pakaiannya begitu juga Jungkook, ia melepaskan penutup kepalanya memperlihatkan surai hitam kecoklatan yang sedari tadi di tutupinya.
Sana dan Jungkook kembali terjebak dalam keheningan, mereka berdiam diri di depan sebuah ruko berlantai dua, membiarkan percikan air hujan mengenai ujung sepatu mereka. Sana memeluk tubuhnya sendiri menetralisir udara dingin di sekitarnya.
"Jadi, apa rumahmu di sekitar sini? Aku tidak mengira akan bertemu denganmu lagi disini." ucap Sana mencoba lagi. Jungkook hanya menatap lurus kedepan tanpa mempedulikan ucapan Sana. "Apa kau selalu datang dan kembali ke halte bus seperti ini? Itu berarti kau dan aku selalu berada disana selama ini? Wah, aku tidak tahu kota sebesar Seoul menjadi begitu sempit melihat pertemuan kita ini." sambung Sana meracau sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAGATA. (Completed)
FanfictionIf I could do one thing, I would ask time to wait for me, and for you to wait a little bit longer. -Pierre Jeanty-