21:00 KST
Takdir selalu memiliki celahnya sendiri untuk memasuki hidup seseorang dan menuntunnya ke arah yang semestinya mereka jalani, meskipun sebenarnya mereka sendiri tidak berniat untuk membuka jalan itu.
Tidak akan ada yang tahu apa lagi yang akan terjadi esok hari. Terkadang semua yang sudah di rencanakan dan di siapkan sebelumnya akan menjadi sia-sia saja bila semuanya tidak sesuai dengan yang di harapkan.
Begitu juga dengan masa depan. Semuanya bisa berubah seiring dengan berjalannya waktu, apa yang akan terjadi dalam tahun-tahun mendatang tergantung dengan apa yang kita lakukan di tahun sebelumnya. Takdir memang lucu. Sekuat apapun kita berusaha, jika memang itu bukanlah takdir yang pantas kita terima maka tidak akan pernah terjadi dengan apa yang kita inginkan.
Sebuah mobil berwana gelap terhenti di depan sebuah flat sederhana. Terlihat mobil tersebut baru saja menurunkan penumpanya di susul satu orang lainnya yang turun dari kursi pengemudi.
Sana sedikit kagum setelah memperhatikan sekelilingnya. Terdapat perubahan besar yang terlihat, sepertinya terjadi rekontruksi besar-besaran yang tidak diketahui Sana. Jalan menuju flat nya tak lagi sempit, bahkan kini sebuah mobil pun bisa melalui jalan tersebut. Beberapa jejeran toko kecil di depan flat nya yang tidak pernah terbuka kini sudah rata tertutup oleh aspal hitam.
"Beristirahatlah." ucap Mingyu yang kini sudah berada di hadapan Sana.
Sedikit canggung Sana membungkukkan sedikit badannya, "Kamsa, ahh gomawo Mingyu-ssi."
"Eung, jangan lupa hubungi aku." ujar Mingyu memberikan kode dengan gerakan tangannya.
"Ne."
Mingyu tersenyum simpul, perlahan mendekati Sana sementara ia mencoba mundur menjaga jarak sedikit ketakutan. Mingyu terheran dirinya baru saja dijauhi oleh kekasihnya sendiri.
Terlihat gurat marah dan kecewa pada wajah Mingyu, tapi detik kemudian ia berusaha menutupnya dengan senyum kecil yang dipaksakan sebelum kemudian ia mengacak-acak rambut depan Sana gemas.
"Aigoo, wanita yang sedang berulang tahun ini seperti baru saja mendapat sebuah musibah. Tersenyumlah sedikit, baiklah aku pergi." ujarnya berjalan memasuki mobil. Sana begitu tidak bereaksi ketika Mingyu menjalankan mobilnya, ia hanya melambaikan tangannya lemas sampai mobil itu menjauh dan menghilang.
Dengan langkah gontai Sana masuk ke dalam flat nya. Ia melemparkan tas kecilnya sembarang dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang kesayangannya. Di tatapnya lekat langit-langit ruangan yang penuh dengan stiker bintang yang menyala.
"Aku sangat yakin, semuanya telah diatur ulang kembali. Bagai sebuah perangkat pada ponsel, semuanya kembali seperti semula saat awal pertama kali membelinya saat kau menekan tombol reset. Semua yang sudah terjadi sebelumnya ternyata belum tentu benar adanya. Tapi," Sana menjeda perkataannya dan bangkit membenarkan posisinya. "Mengapa sejak awal harus Jeon Jungkook? Apa ada sesuatu yang aku lewatkan?" sambungnya.
Jika memang dari awal harus seperti ini, mengapa dirinya harus dipertemukan dengan Jungkook secara berkala? Apa yang Tuhan rencanakan pada dirinya dan Jungkook? Entahlah, selalu ada cara bagaimana dengan pertemuan awal mereka, tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya.
Menyimpan pikirannya sendiri untuk nanti Sana memutuskan untuk pergi membersihkan diri dengan air hangat dan pergi tidur setelahnya. Banyak yang harus ia lakukan besok hari selagi esok adalah waktu liburnya di rumah sakit.
----
08:00 KSTPagi harinya Sana sudah berada di counter dapur sedang memanggang roti dengan toaster. Ia menunggu rotinya meloncat keluar sebelum ponsel di atas meja counter miliknya berdering menandakan panggilan masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAGATA. (Completed)
FanfictionIf I could do one thing, I would ask time to wait for me, and for you to wait a little bit longer. -Pierre Jeanty-