6 | Reset

1.1K 210 37
                                    

16:00 KST

Sisa-sisa terakhir dari rintik hujan masih terasa, tak ayal lagi bagi sebagian warga Seoul memilih untuk berdiam diri di kamar mereka menyelimuti diri dibalik selimutnya yang tebal dan beristirahat setelah penat bekerja.

Tapi lain dari yang lain Sana kini sudah berdiri di depan pintu rumah seseorang, membunyikan bel sampai yang empunya rumah membukanya.

Setelah mendapatkan alamat rumah Jungkook dari Mina, Sana langsung saja meluncur dengan sekali pemberangkatan menggunakan bus.

Ting, tong...

Dua tiga kali Sana mencoba membunyikan bel, telinga dan telapak tangannya mulai memerah, sesekali ia bergidik akibat kedinginan. Ia berharap Jungkook segera membukakan pintu untuknya.

Suara decitan terdengar begitu pintu terbuka, memperlihatkan Jungkook dengan messy hair nya, ia mengenakan hoodie abu-abu dan celana hitam panjang yang sepertinya menjadi tampilan andalannya. Jungkook menautkan alisnya heran begitu melihat Sana ada di depan pintu rumahnya. Oke rumah bibi nya.

"Hai," sapa Sana memperlihatkan telapak tangannya yang memerah.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Jungkook terdengar tidak bersahabat.

"Tidak bisakah kau mengizinkanku masuk terlebih dulu? Kau harus tahu diluar sini dingin."

Jungkook berpikir sejenak sebelum akhirnya ia memutuskan, "Masuklah," ucapnya.

Sana melangkahkan kakinya, hal yang pertama kali ia lakukan adalah memperhatikan sekeliling. Rumah yang berukuran sedang ini begitu nyaman dengan cat berwarna biru langit dan furnitur yang tersusun rapi.

"Kau seorang diri?" tanya Sana menyadari tidak tampak seorangpun disana.

Alih-alih menjawab, Jungkook lebih tertarik pada darimana Sana bisa sampai dihadapannya sekarang. "Darimana kau tahu alamatku?"

"Wah, cantiknya. Eomma mu suka merangkai bunga?" ucap Sana kembali bertanya.

"Mengapa kau tidak menjawab pertanyaanku?" ujar Jungkook.

"Karena kau juga tidak menjawab pertanyaanku."

Jungkook mengerutkan kening, "Yang mana?"

"Yang mana? Semuanya. Boleh aku duduk?" ujar Sana seraya berjalan mendekati sofa empuk berwarna putih dan duduk di atasnya.

"Kau sudah melakukannya."

Sana hanya tersenyum memperlihatkan giginya, "Kau tidak duduk?" ucapnya menepuk-nepuk tempat kosong di sebelahnya.

"Ahjumma?! Apa kau ti,-"

"Tanganmu," potong Sana seraya mengulurkan tangannya.

"Sebenarnya apa yang kau lakukan disini?" ucap Jungkook mulai kesal.

"Ck," Sana berdecak kesal seraya menarik paksa tangan Jungkook sehingga ia terjatuh duduk di sebelahnya. "Aku harus melepas jahitan luka di tanganmu itu." sambungnya.

Jungkook terdiam, mulutnya terkunci begitu mendengar perkataan Sana. Ia tidak menyangka kalau Sana datang menemuinya hanya untuk memperhatikannya. Ini adalah pertemuan singkat tapi cukup membuat Jungkook merasa nyaman dengan Sana.

Jungkook memperhatikan Sana yang terfokus pada tangannya, ia melepaskan jahitan lukanya dengan sangat berhati-hati dan telaten. Memperlakukan Jungkook dengan baik, seolah tidak ingin membuat Jungkook merasa kesakitan.

"Sakit?" tanya Sana saat perlahan ia mulai melepas jahitan luka Jungkook. "Mengapa kau tidak datang ke rumah sakit?" sambungnya.

"Kau bahkan datang dengan sendirinya tanpa aku pinta." ujar Jungkook, maniknya tidak lepas memperhatikan Sana.

ANAGATA. (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang