Awal pertemuan

124 10 0
                                    

Matahari bersinar terang menyelinap masuk melalui tirai jendela di kamarku dan menembus ke arah tempat tidurku. Aku segera terbangun dari tempat tidurku. Lalu aku melihat jam beker yang terletak di nakas samping tempat tidurku. "Ternyata masih jam 06:00. Aku harus segera mandi sebelum terlambat" kataku sambil menguap. Setelah itu langsung saja aku berlari ke kamar mandi dengan secepat kilat.

Setelah selesai mandi dan berpakaian aku langsung turun ke bawah untuk sarapan. "Morning mom" sapaku pada mommy ku sambil memberi morning kiss.

Ya itu sudah jadi kebiasaan keluargaku setiap pagi memberikan morning kiss ke setiap anggota keluarga.

"Morning sweet. Waahh anak mom sudah besar dan cantik ya" kata mom memujiku. "Ayolah mom jangan selalu menggodaku" kataku sambil tersipu malu. "Ya sudah cepat sarapan dan berangkat sekolah, mom tau kamu tidak mau terlambat ke sekolah iya kan?" tanya mom sambil mengoles selai roti untuknya. "Mom memang tau segalanya" balasku sambil cengar-cengir.

Saat aku menarik kursi untuk duduk aku baru saja menyadari bahwa daddy dan kakak- kakak ku tidak ada di ruang makan.

Aku ini anak ketiga dari tiga bersaudara, kakak ku yang pertama bernama dean winchester dia masih kuliah semester tiga. Randy winchester. Dia kakakku yang paling menyebalkan aku sering memanggilnya kak randy saluja (selalu jail). Dia baru masuk kuliah. Dan aku baru saja naik kelas dua sma. Walaupun mereka menyebalkan tapi aku tetap sayang sama mereka.

Biasanya daddy dan kak dean sudah ada di meja makan. Tapi kalau kak randy mah paling lama bangun. Dia harus di siram pakai air dulu baru bangun.

Sambil mengoles selai cokelat di rotiku aku bertanya pada mom "mom, dimana dad dan kakak?". "Dad sudah pergi pagi sekali ada meeting dan kakak-kakak mu sudah pergi bareng dad karena mereka ada ujian."jawab mom sambil memberi susu cokelat hangat kepadaku. "Lalu aku berangkat dengan siapa mom jika mereka semua pergi?"tanyaku dengan mulut penuh dengan roti. "Maaf honey sepertinya kau harus naik angkutan umum untuk hari ini, karena mom juga tidak bisa mengantarmu."kata mom panjang lebar. "Baiklah mom, tidak apa tapi bisakah mom menjemputku sepulang sekolah nanti"tanyaku. "Tentu, mom akan menjemputmu sepulang sekolah nanti. Sekarang cepat habiskan sarapanmu sebelum nanti terlambat ke sekolah."kata mom. "Iya mom." jawab ku.

Lima menit kemudian aku sudah selesai sarapan. "Mom, aku berangkat ya." sambil menyalami punggung tangan mom. "Iya hati-hati di jalan ya sweet" kata mom sambil melambaikan tangannya.

***

"Akhirnya aku sampai juga di sekolah"batinku. Saat aku sedang menaiki tangga menuju kelas tiba-tiba saja aku terjatuh ke belakang.

"Aaahhhh" teriakku, yang ku rasa bisa membuat seluruh sekolah jadi tuli dadakan gara-gara teriakan ku.

Tapi kurasa aku tidak jadi jatuh ke lantai karena ada tangan yang menahanku dari belakang.

Dengan sesegera mungkin aku berdiri tegap menghadapnya. "Terima kasih telah menolongku" ucapku sambil menyunggingkan senyum manisku.

"Ooh sama-sama. Lain kali hati-hati"katanya.

"Oh my god. Suaranya sangat merdu dan dia juga tampan. Dia pangeran yang sempurna." pikirku yang sedari tadi menatap matanya yang indah.

"Hai apa yang kau pikirkan. Aku tadi bertanya namamu dan kau belum menjawabnya." tanyanya kepadaku.

"Oh maaf aku masih shock dengan kajadian tadi." kataku mencari-cari alasan supaya dia tidak sadar bahwa aku menatapnya sedari tadi.

"Bisakah kau mengulang pertanyaanmu tadi." pintaku.

"Aku tadi menanyakan namamu. Siapa namamu?" tanyanya kepadaku.

"Oh namaku..." belum sempat aku menjawab tiba-tiba temanku memanggilku.

"Dede, cepatlah sebentar lagi upacara. Cepat antar tas mu ke kelas." kata liona dari anak tangga yang paling atas dengan suara cemprengnya yang sangat ku kenal.

"Ya aku segera menyimpannya" jawabku tanpa suara keras seperti yang di lakukannya.

"Maaf ya aku harus segera ke kelas. Sekali lagi terima kasih ya sudah menolongku." kataku sembari pergi meninggalkan dia di anak tangga yang ke lima.

"Oh ya sama-sama."jawabnya.

Samar-samar saat aku menaiki tangga menuju kelas aku mendengar ada yang mengatakan kaka, ku pikir itu adalah nama anak cowok yang telah menolongku tadi. Saat aku melihat ke arahnya dugaanku bahwa namanya adalah kaka ternyata benar. Karena saat aku melihat dia temannya memanggil dia kaka.

Dengan tergesa-gesa aku masuk ke kelas menyimpan tas ku dan menghampiri liana. Liana adalah temanku sejak aku kecil. Bagiku dia seperti keluargaku sendiri.

Sesampainya aku langsung diberikan seribu pertanyaan oleh liana "siapa dia, anak mana, kelas berapa, apa dia kenalan barumu......" tanyanya dengan kecepatan yang melebihi kereta express yang membuat aku pusing.

"Aku tidak terlalu mengenalnya, dia hanya menolongku saat aku hampir terja...." dengan cepat aku menutup mulutku aku takut keceplosan bahwa aku hampir saja terjatuh dari tangga.

Karena jika aku keceplosan tentang apa yang terjadi tadi maka khawatir tingkat dewanya akan kambuh.

"Apa? Ada apa sehingga dia menolongmu? Apakah kau terjatuh? Apa ada yang luka?" tanyanya penuh khawatir.

"Tidak, aku tidak terjatuh. Aku baik-baik saja. Kau tak perlu khawatir li." kataku berusaha untuk meyakinkannya.

"Aku tau kau berbohong. Jadi katakan yang sejujurnya apa yang terjadi di tangga tadi?" tanyanya sambil mendesakku untuk mengatakan yang sebenarnya.

"Umm....umm...sebenarnya ta..."

"Teeeet.....teeeet....teeet" suara bel tanda masuk sekolah berbunyi.

"Ah sudah bel li, ayo kita ke lapangan untuk upacara. Jangan sampai terlambat nanti kita bisa kena hukum." kataku sambil menarik tangan liana untuk keluar kelas menuju lapangan upacara.

"Oke baiklah. Sekarang kau bisa saja bebas dari pertanyaanku. Tapi nanti saat istirahat nanti kau harus menjelaskan semuanya padaku" jelasnya.

"Ah baiklah" kataku pasrah. "Setidaknya aku masih bisa berpikir untuk mencari alasan yang tepat tentang kejadian yang tadi selama upacara sebelum aku menceritakannya kepada liana" pikirku.

Sambil berjalan ke arah lapangan aku berharap bisa bertemu dengan si kaka tadi.

"Aku berharap bertemu dengan si kaka tadi di lapangan upacara, aku belum sempat berkenalan secara langsung dengannya tadi." kataku dalam hati.

***

Ainul Mardliyah
10 oktober 2017

Me And My Younger BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang