He is My Younger Brother

55 5 3
                                    


Aku dan kaka sekarang sudah duduk di sebuah cafe untuk makan siang. Letak cafenya tidak terlalu jauh dari mall tempat kami berbelanja. Yaaah aku di suruh menemaninya keliling mall mencari peralatan tulis, kurang lebih sekitar satu jam kami mengelilingi mall.

Aku sangat lelah menemaninya keliling mall, padahal aku hanya menemaninya selama satu jam. Biasanya kalau sama mom lebih dari dua jam pun aku sanggup. Tapi ini hanya satu jam, rasanya sudah lima jam. Bagaimana tidak lelah, aku harus mengelilingi mall dengan naik tangga. Dia tidak mau menggunakan lift ataupun escalator untuk memudahkan kami naik ke lantai berikutnya. Dia bilang itu hanya memperlambat saja. Memperlambat dari mana?? Mempermudah iya kali. Dia tidak tau apa yang mana lambat dan yang mana cepat.

Dia benar-benar menyebalkan, menyiksaku dengan naik-turun tangga sampai lantai tiga. Untung saja dia tidak mengajakku sampai ke lantai terakhir. Bisa-bisa kakiku patah karena mengikuti hal gilanya yang tidak ingin naik lift. Ku rasa bukan hanya kakiku saja yang akan patah tapi lehernya juga akan ku patahkan jika dia mengajakku samapai lantai terakhir.

"Bagaiman bisa aku bertemu dengan cowok semenyebalkan dia walaupun tampan sih tapi mana sanggup aku menghadapi sikapnya yang menyebalkan tingkat dewa. Sekarang aku menyesal sempat mengatakan ingin bertemunya lagi saat aku belum tau namanya" pikirku yang sedang melamun memikirkan setiap kata yang ku ucapkan tadi pagi. 

"heeeii.....heeeeiii' kata kaka yang melambaikan tangannya di depan wajahku memecahkan lamunanku.

"Apaan sih" kataku menepis tangannya.

 "Kamu itu ya merajuknya berlebihan. Cuma gara-gara gak naik lift aja. Merajuknya lama banget"katanya sambil mengelus tangannya yang ku tepis. 

"Dia bilang cuma, cuma gak naik lift. Iya kalau cuma satu lantai ini tiga lantai belum lagi pas mau pulang. Dia pikir kakiku kaki baja apa?" gerutuku dalam hati.

"Nah, sekarang makan aja dulu merajuknya nanti lagi" kata kaka yang menyerahkan buku menu kepadaku.

"Udah tau orang merajuk bukannya minta maaf kek" kataku kesal.

"iya iya aku minta maaf. Sekarang cepat, kau mau makan apa?"

"Aku tidak nafsu makan"

"Kau yakin gak mau makan?"

"Enggak, aku nggak naf....

"krucuk...krucuk.."

"oh tidak perutku kenapa kau tidak mau di ajak kompromi. Kenapa kau nemalukan aku di depan bocah kutukupret ini"gerutuku dalam hati.

Aku yakin pipiku sekarang sudah memerah akibat menahan malu.

"Hahahaa..... Kau bilang tidak mau makan tapi perutmu berkata lain. Janganlah terlalu meninggikan egomu. Hahaha...." tawanya begitu pecah. Sampai-sampai dia memegang perutnya karena tidak sanggup menahan tawanya.

"Jangan tertawa. Kau pikir itu lucu" kataku sambil menatap tajam ke arahnya.

"Oke oke aku akan berhenti tertawa dan aku juga akan memesan makanan untukmu. Aku tidak mau membuat anak orang mati kelaparan karenaku. Terserah kau mau memakannya atau tidak yang penting aku sudah memesankannya untukmu jadi bukan salahku lagi kalau kau kelaparan. Satu lagi menurutku sebaiknya kau turunkan sedikit egomu jangan karena egomu yang tinggi itu kau jadi sakit" katanya panjang lebar seperti kak dean yang selalu menceramahi ku jika aku tidak nafsu makan.

Kemudian dia memanggil seorang pelayan dan memasan nasi goreng serta jus jeruk untuk kami berdua. Tidak lama setelah kaka memesan pesanan kami pun segera datang. Saat sedang menikmati makanan kami masing-masing, tak ada satu pun dari kami yang berniat membuka pembicaraan. Sebenarnya aku tidak betah dalam keadaan sunyi senyap seperti ini di antara kami. Aku lebih suka kalau keadaan makan itu di selingi cerita kecil.  Tapi aku harus tahan sedikit rasa ke tidak betahanku. Jaga image dikitlah di depan manusia kutukupret dan menyebalkan ini.

Me And My Younger BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang