Dia Itu

40 8 0
                                    

"Ada apa lagi kak?" tanyaku malas. "Tidak ada, kakak cuma mau nambahkan aja. Kalau besok kau harus cepat datang ya. Dan satu lagi kunci semua jendela dan pintunya. Jika sudah kembalikan kunci pintunya ke pak anto ya." kata kak raylan sambil melempar kunci ke arahku dan dengan santainya dia meninggalkan aku dan liana di aula yang sangat besar.

"Taaapiii kak" sanggah liana. "Tidak ada tapi-tapi. Anggap saja ini hukuman karena tadi ingin menabok kakak" katanya yang berlalu meninggalkan pintu keluar aula.

Mau tidak mau aku dan liana harus menutup jendela dan pintu aula. Setelah itu kami segera mengembalikan kunci aula ke pak anto. Tanpa pikir panjang lagi kami segera menuju kelas. Saat aku hendak membuka pintu kelas, aku berdo'a semoga bukan bu ani yang berada di dalam kelas . Karena jika ibu ani yang berada di dalam kelas, kepalaku bisa pusing. Karena sederatan pertanyaan yang di ajukannya padaku.

"Kriett...kriet...krieett.." bunyi suara pintu kelas saat ku buka.

Saat pintu terbuka keadaan kelas berubah jadi hening dan semua orang melihat ke arah kami berdua. Dan pada saat itu juga aku merasa bersyukur di kelas tidak ada bu ani maupun guru yang lain.

"Ada apa? Kenapa kalian melihat kami seperti itu?"tanya liana yang menunjukkan tatapan tajamnya ke seluruh isi kelas.

"Tidak ada. Kami hanya terkejut saja saat kalian masuk, kami pikir kalian tadi adalah guru. Ehh ternyata bukan" jawab salah seorang dari mereka yang memandangi kami.

Setelah itu aku langsung duduk di tempat dudukku. Aku merasa lapar. Padahal tadi pagi aku sudah sarapan. Kemudian aku melihat jam tanganku ternyata sudah jam 10:15, 30 menit lagi sudah istirahat. Pantas saja perutku terasa lapar.

Menunggu waktu istirahat aku membaca buku sedangkan liana dia menonton film. Teman-temanku yang lain ada yang bernyanyi ada yang main gitar dan lain-lain.

***

"Teeettt.....teeeettt " bunyi bel tanda kemenangan bagi perut yang keroncongan.

Saat mendengar bel istirahat, dengan segera aku mengajak liana ke kantin. Sampai di kantin aku langsung memesan bakso dan pop ice cokelat untukku dan liana. 10 menit kemudian makanan kami sudah diantar oleh bu sinta. Dia adalah salah satu orang yang berjualan di kantin sekolah.

Di sela-sela suasana makan, liana bertanya padaku tentang kejadian tadi pagi di tangga.

"Kau tadi hampir terjatuh dari tangga kan" tanyanya.

"Hhmm" kataku

"Siapa yang menolong mu?" tanyanya.

"Oohh aku tidak terlalu tau banyak tentang dirinya. Aku hanya tau nama panggilannya saja. Karena tadi kami tidak sempat berkenalan" jawabku.

"Serius. Apa kau yakin tidak tau nama lengkapnya?" tanya liana yang tidak yakin terhadapa jawabanku tadi.

"Iya aku serius. Aku hanya tau nama panggilannya saja yaitu kaka" kataku dengan ekspresi berusaha meyakinkannya.

"Waah sayang sekali kau tidak tau nama lengkapnya. Padahal dia ganteng sekali" kata liana dengan mata yang berbinar-binar.

"Yah dan sayang sekali kau terlalu lama makan" kataku yang mengambil satu bakso kecil dari mangkuknya.

"Yaaaahhh" katanya berusaha mengambil baksonya kembali. Tetapai tidak berhasil karena aku lebih cekatan dari liana.

"Hhmmm, de apa kau suka padanya?" tanya liana yang membuatku tersedak bakso yang ku ambil darinya.

"Uhuk..uhuk"

"Apa?? Suka padanya tidak mungkinlah. Aku saja baru pertama bertemu dengannya" jawabku.

"Sudahlah tidak usah bahas itu lagi. Cepat habiskan makananmu. Sebentar lagi masuk" kataku.

***
"Teeett....teeetttt.....teeeett" bunyi bel pulang sekolah.

"Akhirnya pulang juga" kataku dalam hati.

Sehabis istirahat tadi aku tidak lagi berbicara dengan liana karena kami disibukkan oleh tugas-tugas. Dan sekarang pun sepertinya kami tidak akan berbicara karena dia sudah di jemput oleh supirnya.

"Dede, aku duluan ya. Apa kau tidak mau pulang bersamaku?" tanyanya.
"Tidak usah sebentar lagi juga mommy ku sudah datang. Duluan saja. Hati-hati di jalan" kataku sambil melambaikan tangan.

"Daaaahhh, aku duluan. Sampai bertemu besok" kata liana yang juga melambaikan tangan kepadaku.

***

Lima belas menit pun berlalu. Tapi tanda- tanda mom akan datang juga tidak ada. Hampir semua siswa sudah pulang. Tapi mom belum juga datang. Akhirnya aku memutuskan membaca buku saja di taman sekolah. Mom pasti tau kalau aku tidak ada di gerbang sekolah maka aku akan menunggunya di taman sekolah yang tidak terlalu jauh dari gerbang.

"Aahhhh siapa ini?" kataku berusaha melepaskan tangan yang menutup mataku.

"Coba tebak" katanya

Suara ini tidak asing di telingaku. Ini pasti kak raylan, aku sudah hafal betul suaranya.

"Kak raylan, ini kak raylan kan. Tak usah berbohong aku tau itu kakak" jawabku.

"Aaaahhh tidak seru. Kau terlalu cepat menebaknya. Eemmm btw kenapa kau belum pulang?" tanyanya kepadaku.

"Mom belum datang menjemputku. Sebentar lagi mungkin" jawabku.

"Oohhh begitu. Kalau begitu kakak duluan ya. Maaf tidak bisa mengantarmu. Karena kakak sedang terburu-buru" katanya sambil mengacak-ngacak rambutku.

"Iya tidak apa kak. Sebentar lagi juga mom akan datang" kataku merapikan rambutku yang berantakan karena kak raylan.

"Daahhh dede"
"Daaaahhh kaaakk"

Setelah kak raylan pergi aku lanjut membaca ceritaku. Baru saja beberapa halaman sudah ada lagi yang menggangguku. Ada yang mencolek kepala sebelah kiriku. Tapi tidak ada orang saat aku melihat ke arah kiriku.

Kemudian aku melihat ke arah kananku. Dan aku pun terkejut saat mendapati mukaku berada sangat dekat dengan si kaka. Kira-kira satu jengkal tanganku.

"Hahahaha apa kau terkejut?" tanyanya sambil berjalan keliling bangku untuk duduk di sampingku.

"Ya, menurutmu?" kataku jengkel.

"Maaf, btw aku belum tau namamu siapa. Siapa namamu?" katanya sambil menjulurkan  tangannya kepadaku.

"Felicia adeeva. Kau bisa memanggilku dede. Lalu namamu?" kataku yang sedang menjabat tangannya.

"Nama yang bagus. Namaku arka mahendra dan kau bisa memanggilku kaka" katanya sambil tersenyum.

"Terima kasih" kataku tersenyum manis

Dan akhirnya aku menunggu mom dengan di temani arka. Kami bercerita tentang pengalaman kami masing-masing. Dia itu cukup menyenangkan. Dia baik dan lucu. Dan dia juga sangat ramah.

Me And My Younger BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang