3. Balas Membalas

453 11 1
                                    

Dengan nafas yang masih tersengal-sengal Azkha dan sahabatnya memasuki ruangan kelas dengan ngos-ngosan. "Maaf, Pak tadi kami dari kamar mandi" bohong Azkha agar tidak dapat amukan dari guru yang terkenal killer tersebut.

Tok Tok Tok.

"Permisi" semua mata tertuju kearah suara. suara tersebut tentu Azkha sangat mengenalinya yup itu suara Pangiran Muda Abdul Mateen yang selama ini Azkha hina sebagai cowok dekil dan tengil karena memang Azkha tak menyadari musuh yang dihadapinya saat ini adalah seorang pangeran.

"Masuk, kenapa kamu terlambat masuk jam pelajaran bapak ?" dengan nada tenang namun tegas.

"Maaf Pak, Saya tadi dari kantin karena kelaparan dan ternyata saya tidak mengetahui jika waktu istirahat sudah habis." dengan wajah datar dan sok cool.

"Baiklah kali ini Bapak maafkan karena kamu murid baru di sini, tapi lain kali Bapak tidak akan mentoleransi keterlambatan"

Pukul menunjukan 12:30 saatnya para siswa-siswi berhamburan untuk bergegas pulang ke kediaman masing-masing.

Dengan langkah gontai dan tak bersemangat laki-laki yang sedang menjadi trending topic di SMP tersebut menyambar sepedah gowes yang terparkir di sudut parkiran, ia masih mengingta dengan jelas insiden yang membuatnya klabakan saat di kantin, Ia berfikir keras untuk membalaskan dendamnya. "Aku tidak akan tinggal diam dengan apa yang telah gadis tengil itu lakukan padaku." dengan senyum evil namun menggemaskan.

----------

"Wakel, Wakeeellllllllllllllll."

"Iya, ada apa Pangeran." dengan wajah cengo melihat pangerannya yang baru pulang sekolah namun sudah emosi seperti singa mengamuk.

"Kau tahu gadis cilik yang sempat kita temui saat pertama datang ke desa antah brantah ini ?."

"OooOOoo, Dia adalah Azkha salah satu anak dari warga sekitar yang cukup disegani, ada apa Tuanku sehingga bertanya hal seperti itu ?."

"Setelah ini tolong tunjukkan rumah gadis itu, aku hanya igin menjalin hubungan dengan abaik agar selama di Desa Antahbrantah ini aku sedikit ada hiburan."

"Apa maksud pangiranku dengan hiburan ?, jangan macam-macam pangiran kita tidak sedang tinggal di Brunei tapi Indonesia yang negaranya lebih luas berpuluh atau beratus kali lipat dari negara kita". degan nada sedikit khawatir dengan apa yang akan dilakukan pangirannya.

"Huh, Wakeel usir semua kekhawatiranmu itu aku hanya ingin memperbaiki hubungan saja setelah insiden itu hitung-hitung mencari teman selama di Negara ini."

"Baiklah, saya akan mengantarkan adanda ke rumah gadis tersebut."

---------

"Pak aku tak pamet angon wedus disek."

Dengan tergesa-gesa Azkha segera berlari menuju kandang kambing kesayangannya yang sudah ia anggap sebagai teman, mengingat Azkha hanya anak tunggal dari keluarga tersebut serta kesehariannya hanya ia habiskan untuk menggembala kambing serta bermain dengan beberapa teman di desa terebut.

Dari kejauhan tampak satu anak laki-laki serta pengal pribadinya yang mana tak ada warga desa tersebut yang tahu bahwasannya dua laki-laki asing yang mereka anggap dari kota tersebut merupakan seorang yang merupakan keturunan dari seorang raja yang terkenal dengan kearifan serta kebijaksanaannya.

"Wakeel, kau lihat sendiri bukan gadis cilik itu begitu lucu dan sepertinya dia merupakan anak yang berbakti kepada orang tuanya, dibanding bermain berlama-lama dengan temannya ia lebih memilih menggembala kambing milik orang tuanya, bukankah menggembala merupakan salah satu pekerjaan yang butuh kesaaran, maka dari itu aku berniat menjadikannya teman agar aku terpengaruh atas aura positif yang ia pancarkan." Dengan nada sedikit bijak ia menghasut pengawalnya dengan sejuta reason yang bisa membuat pengawal tersebut percaya seratus persen serta tidak mencurigai atas rencana yang sudah ia susun.

MateenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang