4. Sepi

601 11 5
                                    

Mateen berjalan dengan yakin meninggalkan Azkha setelah apa yang ia lakukan tidak akan terjadi hal buruk, ia sudah memprediksikan bahwasannya apa yang ia lakukan tidak membahayakan, ia merasa puas atas apa yang ia lakukan hari ini.

Semua semakin gelap gamang dan ia semakin tenggelam kedalam, Azkha sudah tak sadarkan diri ia sudah kehabisan nafas seluruh paru-parunya dipenuhi dengan air sungai.

Anak laki-laki tak jauh beda usianya dengan Mateen ternyata sejak tadi memperhatikan apa yang terjadi di antara Mateen dan Azkha dengan geram berlari sekencang yang ia bisa. Ia adalah salah satu anak laki-laki di Desa Antah Brantah yang selama ini akrab dengan Azkha sesama pengembala kambing. Ia di tempat tersebut untuk menjemput Azkha, biasanya ia mengembala kambingnya bersama Azkha di tempat tersebut, namun karena ia ada urusan yang biasanya mengembala bersama Azkha ia harus merelakan Azkha untuk pergi ke lokasi yang biasa mereka gunakan sebagai tempat mengembala seorang diri. Tepat saat ia datang di lokasi tempat gembala kambing favorit mereka ia mendapati kejadian yang membuat ia geram yang membuat reflek berlari kencang menuju sungai dimana ia melihat kejadian seorang anak laki-laki yang tak ia ketahui identitasnya telah sengaja mendorong Azkha untuk masuk kedalam sungai.

Namanya Panji. Ia adalah sahabat kecil Azkha selain rekan sesama pengembala kambing. Ia sadar betul bahwa teman perempuannya tersebut tidak bisa berenang. Saat Ia melihat kejadian yang menimpa Azkha tanpa pikir panjang Panji langsung menceburkan dirinya kedalam sungai di mana Azkha berada. Sangat khawatir saat glembung udara yang keluar kepermukaan semakin menghilang artinya Azkha sudah tenggelam terlalu dalam.

"Azkha. aku mohon bangun." Dengan mengerakkan tubuh Azkha dengan cukup kencang.

"Apakah kamu baik baik saja ?." ia berharap akan ada suara yang menyahutinya namun tetap nihil hening.

"Aku mohon, setelah kamu bangun aku janji bakalan memanjat pohon kelapa yang selama ini kamu minta tapi aku terlalu takut untuk memanjat pohon kelapa yang terlalu tinggi itu, membuat aku tak pernah memenuhi keinginanmu untuk melihat aku mengambilkan kelapa muda kesukaanmu." dengan panik ia tetap menggerakkan tubuh Azkha seraya berfikir apa yang harus ia lakukan. ia sadar ia tidak berada di lingkungan pemukiman atau tempat padat penduduk tapi ia berada di tempat yang cukup jauh dari pemukiaman. tetap panik serta sedikit menekan dada Azkha menepuk pipinya yang sejak tadi tetap tak ada reaksi.

"Oh, mengapa ide ini muncul begitu lama. Aku harus memberinya CPR bukankah hal seperti itu yang biasanya dilakukan ketika menolong orang yang tenggelam dan tak segera sadarkan diri."

Perlahan sedikit ragu namun demi sahabat kecilnya secepat mungkin ia segera menekan dada Azkha kembali mengarahkan telinnganya kesekitar hidung Azkha berharap mendengar deru nafas namun nihil. secepatnya ia mengambil tindakan membuka jalan pernafasan ia mengangkat dagu Azkha dengan satu tangan. Pada saat yang sama, ia menekan dengan lembut dahi Azkha dengan tangan yang lainnya. tetap nihil deru nafas tak segera ia dengar.

Segera setelah beberapa upaya tak berhasil ia segera menutup mulut Azkha erat dengan mulutnya, menjepit dan menutup hidung Azkha,  dagu Azkha diangkat dan dahi di tahan dengan tangan lainnya, dua nafas keluar dari mulutnya mendarat mulus kedalam paru-paru Azkha yang sudah di penuhi air.

"Uhuk... uhuk. uhuk.." mengerjapkan mata yang sedikit sulit ia buka rasa hangat yang tiba-tiba ia rasakan menyadarkan diriya yang mungkir hampir sampai di alam berbeda. Ia mengeluarkan air yang selama beberapa saat lalu telah bersarang di paru-parunya berkat bantuan dari Panji. air tersebut segera keluar melalui mulutnya karena ruang di paru-parunya telah di gantikan nafas buatan dari Panji.

"Alhamdulillah ya ALLAH, he cebong akhirnya kamu bangun juga kamu tau seberapa khawatirnya aku." seraya memeluk tubuh kecil Azkha dengan sangat erat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 22, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MateenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang