One

1K 112 6
                                    

Houston, Texas, sebulan sebelumnya.

Asap rokok dari cerutu yang dinyalakan membuat ruangan itu penuh bau memuakkan. Beberapa orang mondar-mandir, menggerutu dalam bahasa asing, juga ada sebagian yang duduk manis sambil sesekali menenggak wiski.

Ernest Len diam membiarkan orang-orang itu melakukan sesuka mereka. Pria itu sendiri berdiri dekat jendela sembari memandang keluar. Dan tidak jauh darinya, duduk Vrtnica yang kurang lebih memiliki ekspresi sama dengan ayahnya. Ernest Len mengenakan kemeja putih lengan panjang, tanpa memasang kancing di atas dada juga dengan lengan yang digulung sampai ke siku. Sebagian wajahnya tertutup oleh cambang kasar. Terdapat juga garis-garis putih di rambutnya. Vrtnica sendiri tetap lebih suka memakai gaun terusan yang mirip baju tidur. Hanya rambut hitam dan manik kelamnya yang tampak hidup dari atribut lain tampilan gadis itu.

Suara berisik otomatis lenyap saat mereka mendengar keributan dekat pintu masuk. Beberapa orang berbadan kekar masuk sambil menyeret seseorang dengan kasar. Tubuh pria yang malang itu kemudian dihempaskan begitu saja ke tengah-tengah ruangan. Darah kental bercampur saliva mengotori lantai. Dia berbaring tertelungkup dengan kepala yang mengarah ke kaki Vrtnica.

Satu orang lagi bergabung dengan mereka sambil menghisap rokok. Melihat Ernest yang menoleh lalu menatapnya, dia terkekeh.

"Siapa?" tanya Ernest pada pria berwajah penuh minyak itu-Vrtnica mengenalnya dengan nama Lance.

"Pencuri yang membawa kabur milikmu," jawab Lance lalu menginjak kepala pria malang tadi. Seringainya menjijikkan. "Hanya gara-gara benda sekecil itu. Huh! Kita hampir kehilangan enam puluh juta dolar."

Tangan kiri Ernest menelusur lingkar sabuk celana. Dengan langkahnya yang pelan, dia mendekati pria yang tengah sekarat tadi. Pria itu mengambil pistolnya dan seketika menembakkan satu peluru-persis di tengah-tengah tulang tengkorak.

Tidak ada yang terkejut apalagi berwajah miris. Mereka kumpulan orang-orang keji yang sama sekali tidak menoleransi adanya pengkhianat yang menyebabkan kerugian. Tembakan barusan menciptakan lubang kecil di kepala, dan saat itu dipenuhi genangan darah segar yang kental. Tubuh itu tidak lagi bergerak. Dia mati dengan mata yang masih membuka.

"Dan di mana milikku sekarang?" tanya Ernest lagi.

"Mereka masih mencarinya. Bajingan itu sepertinya membawanya ke Los Angeles atau Chicago petang kemarin. Tidak bisa semudah itu dilacak."

Sambil tetap menatap Lance tajam, Ernest bergerak mundur ke mejanya-satu-satunya meja besar yang ada dalam ruangan bercat gelap tersebut. Jari tengahnya menelusur permukaan meja yang licin, lalu berhenti saat dia merasakan tekstur benda yang diinginkannya.

"узнайте, верно ли то, что он говорит (Cari tahu apakah yang dia katakan benar)." Ernest berkata pelan setelah meraih pisau lipat yang selalu menyertainya ke mana pun dia pergi. Kalimat perintah itu ditujukan pada Vrtnica yang sampai kapan pun akan tetap diam dan hanya bicara ketika diminta saat berada di sisinya.

Vrtnica lantas mengangkat wajah. Lance menghisap lagi rokoknya dengan satu tangan yang lain dimasukkan ke saku celana. Gadis itu memperhatikan semuanya: nada-nada tersembunyi dari matanya yang sayu, bulir keringat yang membasahi wajah dan leher, serta gerak-gerik tubuhnya. Setiap detil terekam dengan amat baik.

Ernest memutar-mutar pisau lipatnya seperti sedang asyik bermain. Namun geraknya kontan berhenti saat Vrtnica mengucapkan satu patah kata-hanya satu kata yang membuat satu orang lagi sampai ke ajalnya untuk hari ini.

"лжец (Liar)."

Ernest kontan menghunuskan pisaunya ke atas meja. Hantamannya membuat hampir semua orang di sana berjengit. Rona mukanya berubah berkali-kali lipat lebih dingin. Lance yang sadar akan sorot mata murka dari pria itu lantas menjauhkan rokok dari mulut.

GlasshouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang