-Part 2-

562 25 1
                                    

Rio meletakkan roti dihadapan  Axsel. Pria bersurai silver itu menatap Rio sekilas, lalu mengambil roti yg disodorkan oleh rio tadi.

"Ada apa?" tanya Axsel yang menyadari pria dihadapannya itu menatapnya dari tadi. Rio segera mengambil kursi lalu duduk dihadapan Axsel.

"Gue dengar lo nyelamatin saudari kembar Alvin, beneran?" tanya Rio penasaran, Axsel terdiam sejenak. Lalu mengangguk.

"Dan gue dengar lagi. Lo menolak Yani untuk nyembuhin luka di bahu lo," tambah rio dengan pandangan menuntut, Axsel hanya mengangguk lagi.

"Lo itu begok atau apa sih? gue juga dengar kalau Alvin sudah mulai ngamuk dengan lo," kesal r
Rio sambil menunjuk wajah pria dihadapannya sekarang. Axsel terdiam.

"...biarkan saja," komen Axsel dingin, Rio menepuk jidatnya pelan

"Lo ini ampun dah!" domel Rio geram. Axsel hanya memandang langit, tak mengubris apa yg dikatakan oleh teman kecilnya itu.

Disudut kelas, Ify sedari tadi terus menatap Rio. Tanpa sadar oleh gadis itu sahabatnya yang sedari tadi berada disampingnya  tersenyum kecil melihat tingkah Ify.

Ahh andai Rio tau perasaan sahabatnya ini.

BRAKH..

Bunyi gebrakkan pintu membuat perhatian mereka berdua teralih, mereka melihat Alvin dengan nafas os-ossan sambil terus menatap Yani yang lagi berbincang dengan Agni tajam, semuanya bengong.

"Dasar saudari durhaka! Gue udah sering bangunin elo kenapa hari ini lo gak gantian bangunin gue?" Kesal pria yang terkenal kalem itu. Kecuali bila berhadapan dengan saudarinya itu.

"Sorry Vin, kan gue piket pagi. Harap maklum ya?" Jawab Yani dengan cengiran tak lepas dari wajahnya.

' nih anak pasti sengaja!! ' pikir yang lain kompak.

"Oke stop bro! Ini masih pagi dan situasi hati elo udah panas saja," celetuk Cakka sembari merangkul bahu Alvin. Alvin menatap Cakka dingin.

"Berisik lo!" komen Alvin lalu duduk dibangkunya.

"Alvin versi kedua," komen Yani dan Agni kompak.

"Gue bisa denger!"

"Oke Vin damai."

"Ozy! lo maling buku gue?" Bentak Ray tiba-tiba. Kali ini seluruh perhatian tertuju pada mereka berdua.

"Enak aja lo kata, lihat nih muka gue yang Imut, Manis,dan Ganteng ini, mana mungkin gue maling buku lo!" balas Ozy geram.

"Ha? masih gantengan gue dari  lo Zy, lagian apa hubungannya maling ama muka?"

"Huh? dari segi manapun gue ini lebih dari pada LO?" Sewot Ray, Ozy mendelik tak terima.

"Ha! lebih apaan? lebih gendut iyeee."

"Ngajakin berantem lo?"

"Boleh siapa takut?"

"Kali ini pertarungan kedua tuyul ya," komen Agni menahan tawanya.

****

Suasana santai berubah menjadi tegang ketika kepala sekolah masuk ke dalam kelas. Kepala sekolah memiliki postur tubuh pendek dan janggut panjangnya itu melihat semua murid dengan senyuman tak lepas dari wajah keriputnya.

"Apa Axsel ada di sini?" tanya kepala sekolah, semuanya langsung menatap pria bersurai perak itu.

"Saya pak," Axsel reflek berdiri.

"Istirahat nanti bisa temui bapak dikantor sebentar?" tanya kepala sekolah. Axsel diam sejenak lalu mengangguk.

"... baik"

MAGIC(Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang