-Part 3-

494 29 0
                                    

.
.

Bunyi tabrakan badan bus dan pembatas jurang terdengar menggema dipendengaran mereka. Mereka semua sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi.

10 detik kemudian

Sesaat berlalu dan tidak terjadi apa-apa pada mereka. Mereka semua kompak membuka mata dan melihat kesekitar.

"Guys, kalau kalian udah sadar bantuin gue. Capek nihhh,"

Hening sesaat..

Mereka menoleh keluar. Terlihat bus yang mereka tumpangi melayang melawan gravitasi. Pak Dave mengendalikan pepohonan disekitar dan menuntun bus kembali kejalur.

"Fyuuhh gue selamet," komen Ray lalu memandang arah jurang ngeri.

"Untung ada lo Cak? gue kira gue bakalan mati konyol dijurang," komen Agni sambil tersenyum, Cakka mengangguk.

"Gue gitu, gimana Ag? lo jadi naksir dengan gue kan?" tanya Cakka dengan narsisnya, secepat kilat Agni langsung menabok kepala Cakka kesal. Semuanya tersenyum rada geli melihat cowok harujuku.

"Narsis gak ketulungan lo."

"Tapi lo suka kan Ag?"

"Kagak!!"

"Ahahahahaha"

Rio menyentuh kepalanya yang mungkin saja benjol. Tadi kepalanya sempat terbentur besi yang ia tak tau besi apaan. Pria tan itu menatap cairan merah ditangannya.

Rio seketika berharap kepalanya tidak bocor.

Ify memperhatikan gerak-gerik Rio dengan cemas. Lalu setelah merenung dan memantapkan hatinya Gadis cantik khas asia itu mendatangi Rio sambil membawa kotak P3K ditangannya.

"Umnh.. Yo, kepala lo luka kan? biar gue yang ngobatin luka elo. Boleh?," tanya Ify. Rio agak kaget tapi berlahan ia mengangguk.

"Sejak kapan kepala lo berdarah?," tanya Axsel baru menyadari kepala Rio yang kini berdarah.

"Auw! Ehehehe sejak ni bus oleng tadi," jawab Rio sembari meringgis menahan perih akibat luka dikepalanya. Saat ini Ify sedang membersihkan luka Rio menggunakan alkohol dan jadilah Rio menahan perih habis-habisan.

"Sakit?" tanya Ify, Rio mengangguk menanggapi.

Bukan sakit lebih tepatnya perih.

"Sakit-bukan- perih Fy," rengek Rio seperti anak kecil. Axsel disampingnya hanya menatap sohibnya itu datar. Sementara Ify tidak tega melihat kondisi Rio sekarang.

Rionya aja yang lebay Fy.

"Kalau gitu gue panggil Yani dulu ya?"

"Eh??"

Cowok hitam manis itu terlihat kaget melihat Ify berlari kebangku Yani dan Agni. Rio melihat kedua gadis itu saling berbicara sebentar lalu kemudian segera berjalan kearahnya.

"Yo? Kepala lo gak apa? Gue dengar dari Ify kepala lo terbentur dan berdarah," komen gadis itu memeriksa luka Rio sebentar. Rio salting mendadak.

"G-gue baik-baik aja kok, hehehe cuma luka kecil juga!"

Jadi yang tadi merengek siapa?

"Baik gimana? kepala lo berdarah gitu, sudah diberi alkohol ya? kerja bagus Fy," komen yani sambil tersenyum, Ify mengangguk walau terlihat raut wajah kecewanya melihat reaksi Rio saat ini.

Sejenak pandangan Axsel dan Yani bertemu, lalu dengan cepat mereka mengalihkan pandangan ke arah yang lain. Yani menyentuh luka Rio berlahan, pendar putih menyelimuti luka Rio. Beberapa detik kemudian luka tersebut sudah hilang tak berbekas.

MAGIC(Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang