"Sometimes, the stronger people in the morning, are the people who cried all night."
✨Emily Heather✨
-----
"Mau makan sesuatu, Jess?" Emily menyenderkan tubuhnya pada sofa empuk sembari menatap Jesse yang tampak santai pada posisinya.
"Gak usah repot-repot, gue cuma mau spaghetti with meat sauce, sama jus stroberi ya." Jesse memesan dan menatap maids di rumah Emily tanpa rasa bersalah sama sekali. "Oh iya, jangan kasih susu dijus stroberinya, nanti gue gak bisa minum."
"Baik, Tuan." Maids itu mengangguk sejenak tanda ia mengerti sebelum kemudian ia permisi undur diri dari ruang tamu untuk membuat pesanan Jesse. Emily menatap Jesse dengan pandangan takjub, tak menyangka bahwa lelaki itu ternyata tak punya malu. Dan herannya lagi, Emily sesungguhnya terkejut saat tahu kalau Jesse memintanya mengajari tentang pelarajan.
"Gue gak nyangka kalo lo beneran mau belajar," ucap Emily sembari membuka buku cetaknya. "Gue pikir, lo tipe orang yang free, seakan gak punya beban hidup. Gue pikir, nilai anjlok bukan masalah besar buat lo."
Jesse meringis, "Gue gak pernah masalahin nilai sebenernya." Jesse mengedikkan bahu. "Tapi, bokap gue keras. Kalo sampe ortu gue dipanggil karena nilai gue jeblok, nanti mobil gue bisa disita."
"Segitunya?" Emily menaikan alisnya tertarik. "Tapi, kita baru kenal tadi pagi, lho. Gue gak sangka lo beneran mau nganterin buku sama belajar bareng gue."
"Gue ... gak tau harus minta bantuan siapa lagi." Jesse menghela napas. "Cuma lo orang terpinter yang gue kenal. Dan kita sudah sekelas lebih dari satu bulan, itu berarti kita udah kenal lama, bukan dari tadi pagi," koreksi Jesse.
"Ya, ya." Emily hanya mengangguk-angguk, "Btw, lo gak ngerti di bagian mana?"
Jesse mendekat ke arah Emily dan mengambil buku cetak tebal milik gadis itu. Alisnya bertaut menjadi satu saat ia melihat rumus-rumus asing yang sama sekali tidak ia ketahui fungsinya.
"Gue gak ngerti semua."
Emily menghela napas, "Emang lo gak pernah perhatiin ya kalo guru jelasin?"
"Gak." Jesse kembali mengedikkan bahunya pasrah. "Perhatiin gak perhatiin, apa bedanya? Ujung-ujungnya gue tetep gak ngerti."
Emily kembali menghela napas, "Mudah nyerah banget."
"Siapa? Gue?" Jesse menunjuk dirinya sendiri. "Gue cuma capek perhatiin guru mulu, di saat gue gak ngerti apa-apa." Jesse memutar-mutar penanya sembari menyandarkan kepalanya pada sofa.
"Btw, gue mau nanya," sambung Jesse.
"Tanya apa?" Emily masih fokus memperhatikan buku cetaknya tanpa tertarik untuk menatapi Jesse.
"Lo deket sama Tyler?" tanya Jesse sembari memperhatikan reaksi Emily. "Gue lihat di IG, dia like semua foto lo."
"Jadi lo nge-stalk akun gue?"
Jesse membulatkan matanya sempurna seraya menggeleng cepat, "Enggak! Gue gak sengaja aja lihat!" seru Jesse.
Emily terkekeh geli saat melihat responss Jesse yang rada berlebihan, "Santai aja kali, gue cuma nanya, bukan nuduh," balasnya.
Jesse mendengus, "Jadi bener lo deket dengan dia?"
"Apa urusannya sama lo?" balas Emily.
Jesse mengernyit kesal, "Gak ada sih. Dia kan sahabat gue, jadi gue pengen tahu aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sugar Boy [COMPLETED]
Teen Fiction[Follow dulu untuk kenyamanan bersama🙏] Kehilangan seseorang yang pernah ada sebagai bagian dari hidupnya merupakan pukulan terbesar bagi Emily. Sejak kematian adiknya--Elizabeth, Emily bukan lagi Emily yang sama seperti dulu. Keadaan sudah berubah...