Hatiku terasa tenang sekarang. Hubunganku dan Ferly semakin membaik. Hari ini aku sengaja membawa masakan untuk Ferly. Aku memasak mie goreng seafood kesukaannya hari ini.
Kulangkahkan kakiku dengan penuh percaya diri menuju ruangan Ferly. Kubuka pintu itu pelan-pelan, tetapi tak ada sosoknya. Aku menghela nafas. Kuletakkan tempat makan itu di meja kerja Ferly.
Kucoba bertanya pada salah satu karyawan yang berpapasan denganku.
"Maaf, Nona. Apakah Anda melihat suami saya? Ferly Fernandez? " tanyaku dengan raut wajah bersemangat.
"Oh Pak Ferly, saya lihat tadi menuju ke restoran depan kantor. Mungkin Pak Ferly makan siang di sana," terangnya.
Aku terlambat. Ferly pasti sudah makan sekarang. Ya sudahlah. Lebih baik kususul Ferly sekarang.
Aku ingin menemuinya dan mengabarkan kabar baik untuknya. Ingin kumengatakan kalau aku sekarang hamil. Ferly pasti senang mendengar kabar ini.
***
Begitu memasuki restoran megah ini aku langsung mengedarkan pandanganku ke mana-mana. Kucari Ferly, tetapi tak ketemu. Aku pun bertanya kepada pelayan siapa tahu dia melihat suamiku.
"Permisi, maaf. Apa tadi ada tamu ini?" tanyaku sambil menunjukkan foto suamiku yang menjadi wallpaper ponselku.
Pelayan itu mengangguk.
"Tuan Ferly memesan privat room. Ada di ruangan paling ujung sana," tunjuk pelayan bermata belo itu ke pintu berwarna marun.
Diriku segera berjalan ke sana. Aku benar-benar tak sabar bertemu suamiku.
Kubuka pintu itu dengan raut wajah ceria. Namun, kulihat di sana ada seorang wanita cantik tengah berbicara serius dengan Ferly.
"Katanya kau mau menceraikan istrimu demi aku, Fer?" tanyanya dengan nada sendu.
"Itu tidak mungkin terjadi, Malika. Itu hanya akan ada dimimpimu," jawab Ferly dengan nada ketus.
Aku berdiri mematung menyimak pembicaraan mereka yang serius itu. Aku benar-benar penasaran apa yang mereka bicarakan.
"Lalu, bagaimana dengan janin yang aku kandung? Waktu itu kau sudah berjanji akan bertanggung jawab menikahiku," terang wanita itu seraya mengguncang bahu Ferly kasar. Ferly langsung menyingkirkan tangan wanita itu.
Aku yang mendengar ini benar-benar bingung. Wanita itu hamil dan Ferly tak mau bertanggung jawab.
"Singkirkan tangan kotormu dari tubuhku. Itu salahmu sendiri jadi wanita murahan. Bahkan pelacur saja lebih terhormat darimu," ujar Ferly ketus.
Wanita itu langsung menampar Ferly hingga menimbulkan bunyi. Perempuan itu benar-benar marah dengan pernyataan Ferly.
"Tutup mulutmu, Brengsek! Kau pria terbrengsek yang pernah kutemui. Kalau aku beberkan rahasimu ke publik. Maka, kau akan hancur!" ancam wanita itu dengan raut wajah murka. Banyak lipatan di wajahnya dan terlihat warna kulitnya memerah karena saking kesalnya.
"Tutup mulutmu! Kau sedang berhadapan dengan Ferly Fernandez. Kalau aku mau detik inipun kau bisa kehilangan nyawamu," balas Ferly dengan suara angkuh. Ia juga marah dengan wanita itu.
"Kau memang iblis tak berhati, Fer. Ferly yang kukenal dari dulu sudah berubah. Kau hanya pria arogan dan kejam. Bahkan kau membuang istrimu bertahun-tahun demi kekuasaan, 'kan?"
Wanita itu tersenyum mencela Ferly.
"Apa maksudmu? Jangan asal bicara!"
"Kakekmu tak merestui hubunganmu dengan istrimu, 'kan? Kalau kau mau menjadi penerus perusahaannya, maka kau harus meninggalkan istrimu. Kau membuat drama yang begitu hebat. Kau tuduh istrimu berselingkuh, padahal kau memang ingin meninggalkannya," terang wanita itu yang diakhiri dengan senyuman sinis. Hatiku terasa sakit, jika itu benar. Apakah Ferly sejahat itu? Pria seperti apa yang kunikahi selama ini. Aku benar-benar tak bisa memahami Ferly.
"Jangan asal bicara, Malika!"
"Itu kenyataannya. Saat kau sudah mendapatkan kekuasaan ini, kau mulai serakah. Kau juga ingin mendapatkan istrimu kembali. Agar tak terlihat kau penjahatnya. Kau menuduh istrimu selingkuh dan diakhir cerita kau buat kisah ini hanya salah paham. Hebat bukan?" Wanita itu langsung bertepuk tangan dan menatap suamiku penuh celaan.
Ferly mengepalkan tangannya. Dari mimik wajahnya sudah jelas ia amat marah.
"Kalau bukan wanita. Sudah kupukul dirimu," sahut Ferly dengan tatapan yang begitu tajam. Namun, tak membuat wanita itu ketakutan.
"Logika saja, Fer. Kau bilang istrimu membuang anakmu, tetapi dengan mudahnya kau menemukan anakmu. Tidak mungkin orang yang membuang anaknya akan memberi tahu orang lain. Kalau itu adalah setting-an dari kakak Anne seharusnya dia tak memberi tahu anakmu di mana. Ia cukup bilang istrimu membuang anakmu. Apa saat kau mengambil anakmu di panti asuhan apa orang pantinya tak memberi tahu siapa yang menitipkan anak itu di panti asuhan? Ferly, kau memang cerdas. Namun, aku tak bisa kau bohongi," ejeknya seraya menepuk bahu Ferly pelan.
Tak kuasa kumenahan beban hati ini lagi. Kakiku terasa begitu lemas. Tubuhku luruh ke lantai seketika. Rasanya begitu sesak dadaku mengetahui fakta ini. Dia suamiku, mengkhianatiku.
Tamat
Tapi
Boong7 Oktober 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Memory (LENGKAP)
General FictionAku selalu membayangkan suamiku selalu ada di sisiku. Sepertinya baru kemarin kita bersama. Tertawa dan berbagi suka. Sepertinya baru kemarin kita mengucap janji suci Tahun terus bertambah, tetapi aku tak pernah bisa menemukanmu. Aku merindukanmu su...