8. Rumit

5.9K 768 26
                                    

Kutatap manik mata Ferly lekat. Tak percaya dia setega itu padaku. Aku tidak selingkuh, kenapa dia tak mempercayaiku.

"Fer, aku lelah. Jika kau ingin menceraikanku sekarang, aku ikhlas." Kutatap matanya sedih. Sungguh aku tak mau menjadi benalu dalam hidupnya. Jika wanita tadi adalah kebahagiaannya. Maka aku relakan dia bersatu dengan wanita itu. Daripada aku terluka terus-menerus. Mungkin kisahku dengannya telah berakhir.

Ferly terkekeh.

"Kau pintar sekali. Kalau aku menceraikanmu, kau akan mendapat banyak tunjangan dariku," ejek Ferly dengan senyuman miring.

"Tidak, Fer. Aku tidak butuh uangmu. Aku akan membuat surat pernyataan. Aku tidak butuh harta yang kubutuhkan hanya cinta," jawabku mantap.

Ferly bertepuk tangan.

"Hebat. Jangan-jangan kau sudah menemukan pria yang lebih kaya dari selingkuhanmu itu. Wanita sepertimu itu memang benar-benar berbahaya," balas Ferly seraya menepuk pundakku.

"Fer, cukup. Aku juga punya hati yang bisa merasakan sakit. Kau terus menghinaku." Kusatukan tanganku di depan dada.

"Fer kalau kau memang mencintai wanita tadi. Lebih baik kau nikahi dia dan ceraikan aku. Aku akan pergi menjauh darimu," lanjutku dengan hati yang terluka.

"Apa katamu? Mencintai siapa? Wanita jadi-jadian tadi. Sejak kapan seleraku turun seperti itu," bantah Ferly dengan tatapan tajam. Kalau dia tak mencintai wanita itu, kenapa dirinya membiarkan wanita itu menciumnya.

"Dia sendiri mengaku sebagai kekasihmu."

Ferly tersenyum masam.

"Semua wanita di luar sana sering seperti itu. Memangnya aku, kau yang tukang selingkuh. Jikapun aku berniat berselingkuh bukan dengan wanita murahan seperti itu."

Ferly menarik tanganku. Membuatku meringis kesakitan. Dia membuka pintu di sudut paling ujung yang memperlihatkan sebuah kamar yang luas. Ini tempat istirahat Ferly mungkin, jika dia lembur. Dinding dan keramiknya bewarna biru kaut. Begitu menenangkan.

Ferly melepaskan pegangan tangannya. Kami berdiri tepat di depan cermin.

"Lihat ke arah cermin itu." Tunjuk Ferly pada cermin di depanku dengan raut wajah serius. Aku hanya melihat cermin itu.

"Kau begitu cantik bukan? Wajah alami tanpa polesan. Busana sopan yang sederhana, tetapi tetap membuatmu anggun. Dari penampilan kau sangat sempurna. Buat apa aku melirik wanita murahan seperti tadi, jika istriku berkali lipat lebih baik darinya." Ferly melingkarkan tangannya di pinggangku erat.

"Aku tak mengerti, Fer. Kadang kau manis padaku, kadang kau juga marah padaku. Kenapa kau sering permainkan perasaanku?" Aku mencoba melepaskan tangannya dari pinggangku. Namun, Ferly tak mau melepaskannya.

"Dengarkan baik-baik, Sayang. Aku sampai saat ini masih mencintaimu. Namun, kau malah tega mengkhianatiku. Mana mungkin aku menduakanmu," terangnya padaku.

***

Dikit banget maaf kan. Nanti  update lagi. Ini curi2 waktu kuliah.

Salam, L

Shadow Memory (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang