CJ mau curhat bentar, sekarang LMS di peringkat 280 🙈😂😭 Duh, seneng bukan main, dikirain nggak akan sampe segini naiknya 🙈🙈😭
Berkat kalian yang membaca, memberi komen dan vote terima kasih loh 😘😘🤗
Sebelumnya klik dulu yuk tanda star star kayak di langit di pojok kiri 😘😘😘
Happy Reading⏳
Sepulang dari menonton konser kemarin, Livy tak berhenti menatap aneh melihat ketiga lelaki yang ia lihat kemarin di konser yang sama. Ketiganya tidak melihatnya, mereka justru sibuk menyantap sarapannya. Entah perasaannya saja, atau ketiganya menghindari tatapannya agar tidak ditanya. Termasuk Eric. Biasanya lelaki itu dengan ramah merangkul atau menyapanya, namun tidak hari ini."Liv, hari ini kau pergi bersama Christian ya. Tidak apa kan?" setelah sekian lama, Eric akhirnya mengeluarkan suaranya.
Christian mengangkat wajahnya, menatap tajam kakaknya yang seenak hati menyuruhnya. Dia ingin protes namun ayahnya sudah mendengar permintaan Eric. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain menyetujuinya.
"Uhm ... baiklah." kata Livy setuju.
Siapapun yang akan mengantarnya, ia tidak masalah. Asalkan bisa tiba di kampus tepat waktu.
Seusai sarapan, Livy segera mengikuti Christian dari belakang. Ia ingin menanyakan persoalan konser kemarin. Apa itu memang benar-benar mereka? Atau hanya mirip? Tapi ... tidak mungkin kalau mirip, karena itu memang mereka hanya saja ketiganya memakai kacamata. Dan ia tahu betul wajah ketiga lelaki itu karena sudah lebih dari seminggu menetap disini bersama mereka.
"Uhm ... Christian, aku ingin bertanya." Livy mengeluarkan suara di sela jalan mereka menuju taman belakang.
Christian tidak menoleh, namun suaranya bisa terdengar jelas. "Ya?"
"Apa kau pergi menonton konser John Legend kemarin bersama kedua saudaramu? Karena aku melihat kalian disana."
Bagusnya Christian tipe yang paling jago menyembunyikan ekspresi panik, atau lebih tepatnya sangat tenang jika ketahuan. Dia tipe pembohong handal karena ekspresinya yang tak terdeteksi. Christian tetap santai, dia tidak memperlihatkan gerak gerik aneh.
"Pukul berapa?" tanya Christian santai.
"Sekitar pukul tujuh malam. Aku sangat yakin itu kalian. Tapi ... apa yang kalian lakukan disana?" Livy berbalik tanya semakin ingin tahu.
"Tidak. Kemarin aku langsung pulang ke mansion." jawab Christian dengan nada bicara yang santai. Ya, sangat santai bahkan jika dituduh berbohong tidak akan ketahuan.
"Tapi aku ..."
"Mungkin hanya halusinasimu saja. Cepat naik." Christian memotong cepat sembari memberi jalan untuk Livy agar menaiki helikopter lebih dulu.
Bagaimana bisa ia berhalusinasi kalau semua perempuan berteriak histeris menyerukan nama mereka bertiga. Aku bahkan melihat mereka. Tidak mungkin aku berhalusinasi!
Livy memasuki helikopter, setelahnya Christian menyusul. Lelaki itu tampak tenang memakai sabuk pengaman dan membantu Livy memakai sabuknya juga. Tidak ada indikasi mencurigakan dari gelagat lelaki itu.
Livy masih penasaran. Ia sangat yakin dengan apa yang dilihatnya. Itu bukan sekedar halusinasi seperti kata Christian. Sehingga ia memutuskan untuk bertanya lagi, "Jadi ... kau benar tidak kesana? Tapi aku yakin itu wajahmu dan kedua saudaramu."
Christian menoleh sedikit, dia memberikan tatapan datar seperti biasanya. Livy jadi diam melihat tatapan itu.
"Apa aku terlihat berbohong padamu, weird girl?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Man Standing (TAMAT)
Romance#1 LastStandingNation Ketika kebangkrutan melanda keluarganya, Livy terpaksa tinggal bersama teman ayahnya, keluarga Ackles. Arthur Ackles yang kaya raya menyambut kehadiran Livy dengan senang hati. Karena senang dengan kehadiran Livy dalam kelua...