20.

1.8K 66 5
                                    

setelah menghabiskan 3 porsi laksan sekaligus, kami ber-empat langsung pulang ke habitat masing-masing.

Riyan dan Eza pulang menaiki bentor sedangkan aku dan Sean berdiri di depan gerbang hotel menunggu go-car yang telah di pesan lima menit yang lalu.

Secawan madu yang kau berikan
Tapi mengapa kau tumpahkan
Kau balas cinta yang mejanjikan
Dirimu juga yang menghancurkan

Nada dering yang bersumber dari hp Sean membuatku meliriknya tajam.

"Hallo saya Sean Altarik . Ini siapa? Dapat nomor Sean dari mana yah?"

"......"

"Ardiansyah? Anda salah orang kali.  Yang saya pesen tadi go-car bukan lelaki hidung belang seperti anda!"

"...."

" Yah walaupun gue jombol bukan berarti gue homo yah!! Dasar bajingan."

Aku benar-benar pusing mendengar ocehan Sean yang tak penting ini, ku rebut hp'nya yang menenpel di telinga.

"€°÷×<>_°*%'!"

"Maaf pak sepupu saya emang agak gila. Posisi kami di depan gerbang utama hotel aryaduta."

"..."

"Iya pak terima kasih." ucapku mengakhiri percakapan dengan mamang go-car. Aku menatap Sean dengan tatapan membunuh, sehingga membuatnya diam seribu bahasa.

Kurang lebih tiga menit, mobil avanza stop tepat di depan kami.

Aku sangat yakin mobil ini adalah go-car yang di pesan Sean, tanpa bertanya kami berdua langsung masuk ke dalam mobil tersebut.

Di dalam mobil yang ber-AC ini, aku merasakan kenyamanan yang mendalam.

Keringat yang tadinya menetes perlahan kini lenyap begitu saja, lain hal'nya dengan bau badan yang terus bersarang di tubuhku. 😥😀

"Bau apaan nih?" ujar sopir go-car tiba-tiba seraya menutup hidungnya.

Secara spontan aku langsung mencium ketiak yang masih meninggalkan bau masam.

"Sebau-bau'nya badan gue, gak kayak bau telur busuk gini juga kali." batinku menerka-nerka sumber bau yang semakin menyengat.

"Hehehe sorry semua gue kentut di saat yang tidak tepat." ucap Sean yang mendapat plototan tajam dari aku dan mamang go-car.

"Macam mana pula kau ini, bau kentut macam meriam yang bisa membunuh orang, aku tak kuat mencium'nya." ujar supir go-car dengan logat bahasa batak.

Tanpa rasa bersalah sedikit pun Sean bermain game di hp'nya seolah ia tak melakukan kesalahan, aku hanya bisa mengelus dada dengan tingkah Sean yang sangat tak manusiawi.

Kurang lebih setengah jam, mobil avanza yang kami naiki berhenti di halaman rumah ku.

Setelah turun dari mobil, aku dan Sean saling melempar pandang.
Kami berdua bingung mengapa banyak mobil terparkir di halaman rumah.

"Nad kayaknya di rumah lagi ada acara, apa jangan-jangan oma Nega mati terus semua orang datang ngelayat."

"Aduhhh.. aw.. Aw. Sadis amat lo pake acara gigit telinga gue, kalau sampe putus gimana!" bentak Sean marah karena telinga sebelah kirinya ku gigit sampai memerah.

Bagaimana tidak? Manusia laknat ini menyumpahi oma Nega mati.
Yah walaupun aku sedikit kesel dengan oma Nega tapi gak seharusnya perkataan itu keluar dari mulut cucungnya sendiri.

"Lo kalo ngomong suka bener, etdah maksud gue lo kalo ngomong suka ngasal."

"Bego sih boleh tapi jangan kelewat bego deh Nad. Lo pikir pake otak kalo oma Nega mati otomatis semua kekayaannya akan jatuh ke tangan kita. WAHAHAHA!"

Na'Tan (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang