Tepat jam 7 malam dengan suasana yang canggung membuat kedua keluarga ini saling berbicara dalam kalbu.
Sosok yang ditunggu tak kunjung datang.
Semua yang hadir hanya menatap berbagi macam makanan serta minuman yang telah tersedia di atas meja tanpa menyentuhnya sedikit pun.
Yah, malam ini adalah malam di mana keluarga Louis dan keluarga Pavensi mengadakan pertemuan seraya makan malam bersama.
Semua sudah duduk pada posisi masing-masing menunggu sosok tuan putri yang tak tahu dimana berada.
"Emm kami sekeluarga kesini ingin menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada Dastan. " Ucap oma Nega memecahkan keheningan sehingga membuat umi Dastan memandang ke arah Dastan seraya mengelus pelan kepal putra kesayangannya tersebut.
Oma Nega benar-benar tak enak hati melihat kondisi Dastan yang sangat pucat sambil memegang tongkat kecil berwarna kecoklatan.
"Keyllo cepat mintak maaf kepada Dastan. " Lanjut oma Nega.
Keyllo yang tadinya memandang ke arah bawah kini berahli menatap ke arah Dastan dengan pandangan meremahkan
"Sampai kapan pun gue gak sudi buat meminta maaf sama orang yang telah membuat adik gue terluka." Ujar Keyllo dengan pandangan iblis menatap ke arah Dastan.
Dastan diam, ia tak dapat membela diri dengan ucapan Keyllo.
"Keyllo! Gak sepantasnya kamu bicara seperti itu." Kini Devian angkat bicara.
"Tak apa Devian, memang semua yang dikatakan Keyllo ada benarnya dan Dastan memang seharusnya mendapatkan hukuman seperti ini, biar menjadi pelajaran untuk dia dikemudian hari. " Abi Dastan adalah sosok lelaki yang sangat bijaksana, ia tahu bahwa Dastan telah membuat kesalahan dan pantas mendapatkan hukuman yang seharusnya.
Abi Dastan sangat marah kepada anak bungsunya tersebut yang telah melukai calon menantu kesayangannya.
"Apa yang dikatakan abi Dastan benar Devian dan yang seharusnya meminta maaf adalah kami bukanlah Keyllo. " Lanjut umi Dastan dengan tatapan bersalah.
"Maaf, walaupun kata tersebut tak dapat mengobati rasa sakit yang kalian rasakan, terutama Nada." Dastan yang tadinya diam kini berbicara dengan beribu penyesalan di dalam hatinya.
Ia tahu mengapa Nada tak datang di acara yang sangat penting dalam hidup Dastan saat ini.
Yah memang benar keluarga Louis dan keluarga Pavensi sedang mengadakan pertemuan antar keluarga, akan tetapi pertemuan ini bukanlah pertemuan biasa melainkan pertemuan yang luar biasa. Karena di antara kedua keluarga ini akan membicarakan hari pernikahan Nada maupun Dastan yang tinggal menghitung hari.
Dastan tak berharap banyak akan kedatangan gadis yang belakangan ini terus tergambar dipikirnya.
Karena yang diharapkan Dastan adalah keadaan Nada, Dastan sangat berharap Nada baik-baik saja saat ini.
"Nada? " Batin Dastan tak percaya melihat sosok gadis yang ia rindukan hadir tepat dihadapannya.
Semua orang melongo melihat Nada, mereka seolah tak percaya bahwa Nada akan datang pada malam ini.
"Nad." Panggil Dastan yang berusaha berdiri dengan kaki yang gemetaran.
Nada tak sedikit pun menatap ke arah Dastan.
Entah apa yang ingin dilakukan gadis itu. Dastan yang berusaha berdiri dengan tongkatnya terus menatap ke arah Nada tanpa berkedip.
Perlahan cucu dari keluarga Louis tersebut melepas cincin yang melingkar di jari manisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Na'Tan (OPEN PO)
Humor(Sudah Terbit) "Walaupun kita udah nikah, gue tetap gak mau satu kamar sama lo." "Kenapa?" "Yah kali aja lo kesetanan. Terus ngajak gue gituan." "Lalu." "Gue belum siap jadi mama muda di usia 16 tahun." "Yaudah!"