Pt 13 : Serba-serbi Penulis

61 9 0
                                    

sumber : @zheitama from GPScommunity

----

Saya mengambil referensi dari 'Let's Write to Express, not to Impress', 'Troia's Writing 101', dan pengalaman pribadi.

Ada dua macam tipe penulis, yaitu:

A. Penulis yang selalu mempersiapkan outline untuk tulisannya. Riset lengkap, kerangka cerita komplit, dari bab 1 sampai ending jelas. Setelahnya, baru ia menggarap cerita.

B. Penulis yang tidak pakai persiapan sama sekali, langsung menulis saja kalau sudah ada ide di kepala. Walau ide tersebut masih berantakan, samar, dan belum terlihat ujungnya.

Yang manakah kamu? Penulis A atau B?

Baik A maupun B punya kesulitannya masing-masing ↓

✘ Penulis A sering kesulitan dalam menggarap, sebab terlalu terpaku dengan outline cerita yang sudah ada. Selama proses menggarap cerita tersebut, ternyata cerita berkembang di luar outline. Seringkali penulis A kesulitan merangkai kata-kata karena kreativitasnya serasa dibatasi dalam kotak kerangka cerita.

✘ Penulis B sering kesulitan dalam menggarap karena hilang arah, hanya semangat menulis di bab-bab awal cerita. Mencapai bab pertengahan, seringkali nge-blank, entah itu hilang mood atau enggak tau mau menulis apalagi.

Jadi,

※ Tulisan penulis A terlalu terstruktur, monoton, cenderung membosankan.

※ Tulisan penulis B terlalu bebas, ngalor-ngidul, cenderung banyak plotholes.

Karena itu, jadilah keduanya ✔

✔ Jadilah penulis A ketika kamu belum memiliki ide yang jelas. Tulis outline ceritamu dari awal sampai akhir. Tidak perlu mendetail, secukupnya saja agar kamu tetap bisa berimajinasi sebebas mungkin. Outline/kerangka hanya sebagai panduan supaya kamu tidak nyasar atau hilang arah saat menulis.

✔ Jadilah penulis B ketika kamu sudah selesai mencatat outline ceritamu dari awal sampai akhir. Jangan lupa, KONSISTEN. Kamu harus berkomitmen pada dirimu sendiri untuk menulis ceritanya dari awal sampai akhir. Anggaplah menulis adalah perjalanan yang menyenangkan, maka ide akan datang dengan sendirinya.

Berekspresi sebanyak mungkin dalam menulis. Tulislah sebebas-bebasnya, sejelek-jeleknya, sesampah-sampahnya. Baru, maksimalkan pada proses editing.

❗Kalau digambarkan, proses menggarap ceritanya adalah 30% sedangkan editing bisa mencapai 50%

Misal, kalian menulis bab pertama.

※ Ketiklah bab pertama sesuai outline, sebebas mungkin. Biarkan idemu keluar sebanyak mungkin. Jangan pedulikan EBI maupun tanda baca.

※ Setelah kalian mencapai target bab pertama (misal: 1000 kata), mulailah mengedit. Editlah berdasarkan penulisan tanda baca yang tepat, cek Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

※ Masih belum menemukan kesalahan dalam ceritamu? Endapkan.

Saya belajar dari pembimbing ekskul jurnalistik ketika SMP. "Kalau tidak menemukan kesalahan dalam sebuah tulisan, maka endapkan."

WATTPAD TERANGKANLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang