Donghae melirik kearah istrinya yang ikut sarapan bersama mereka. "Apa kegiatanmu hari ini?"
"Aku ada janji dengan temanku setelah itu aku akan menjemput Jeno." Jawabnya dingin.
"Teman? Yang mana?"
"Teman kuliah saat di Amerika."
Namja itu terdiam. "Ah begitu, akhirnya aku mendengar kalau kau punya teman kuliah."
"Eomma." Panggil Jeno dan membuat yeoja itu menoleh lalu tersenyum berbeda saat ia bicara pada suaminya.
"Wae?"
Jeno tersenyum. "Aku tidak ingin sekolah, aku ingin ikut eomma pergi."
"Waeyo? Kenapa tiba-tiba seperti itu?"
Bocah itu menggeleng. "Aku ingin pergi kemanapun bersama eomma. Bolehkan?"
Yeoja itu melirik kedepan. "Boleh, coba izin dulu pada appa."
Jeno tersenyum senang. "Appa bolehkan?"
Donghae mendesah. "Nee."
"Assa."
"Pakai saja mobilku, biar aku pergi naik taksi saja."
"Tidak perlu, kami bisa naik bis."
"Jeno eomma."
Yoona menatap suaminya dan Donghae dapat melihat ada luka di mata itu, luka yang cukup dalam. "Sekalipun keluarga kalian memiliki banyak jasa terhadap keluargaku, tolong jangan buat aku juga seperti itu. Aku bisa melakukannya sendiri."
Donghae hanya diam."Aku akan memberimu cuti." Terang Kyuhyun dan membuat Soojung terkejut.
"Wae? Kenapa tiba-tiba seonsaengnim memberiku cuti? Aku sedang tidak hamil, menikah saja belum."
Namja itu menghela nafas. "Ini demi kakakmu."
"Waeyo? Kenapa dengan Yoona eonni."
"Keluarganya sedang ditimpa masalah, aku ingin kau selalu disampingnya."
"Nde? Tapi seonsaengnim.. aku sudah bersumpah saat menjadi dokter dulu untuk mendahulukan pasien."
Kyuhyun mengangguk. "Kakakmu juga butuh dirimu Jung Soojung." Namja itu menatap yeoja disebrangnya. "Semalam aku menemukannya berjalan seorang diri seperti orang yang sedang banyak masalah. Maaf karena sudah sembarangan memberi wewenang, tapi aku ingin kau selalu disampingnya karena dia butuh seorang penghibur."
Soojung mendesah. "Apa sebesar itu cinta seonsaengnim pada kakakku?"
Namja itu tersenyum miris. "Ya. Meskipun dia sudah meninggalkanku tanpa kabar, aku tetap mencintainya asalkan dia kembali bahagia dan terus tersenyum. Bukankah itu yang namanya cinta sejati, merelakan orang yang kita cintai bahagia bersama orang lain."
Yeoja itu terdiam dan menatap atasannya dengan senduh. "Keurae.. aku menyetujuinya. Berapa lama aku diberi cuti."
"2minggu. Apa cukup?"
"Cukup, sangat cukup. Aku menerima semua ini demi kakakku, jadi seonsaengnim jangan terlalu percaya diri, aku belum memberikan suaraku."
"Arrasseo, aku mengerti."Seohyun tersenyum saat melihat Donghae berjalan mendekat kearahnya, senyuman yeoja itu tidak pernah lepas bahkan saat namja itu duduk didepannya. "Annyeong." Donghae menghela nafas. "Oppa dapat darimana nomor ponselku? Setahuku kita belum berbagi nomor baru."
"Dari istriku." Jawabnya dingin. "Aku mengambilnya dari ponsel istriku."
Senyuman yeoja itu berubah seketika saat mendengat kata 'istri' keluar dari bibir namja itu. "Oh."
Donghae menaruh kedua tangannya diatas meja dan membentuk jarinya seperti huruf A. "Ini peringatan terakhir, jangan pernah ganggu keluargaku."
"Keluarga? Cih yang benar saja. Mana ada yang namanya keluarga kalau yeoja itu tidak melahirkan anakmu."
"Keurae, kau benar." Terang Donghae dan membuat Seohyun tersenyum. "Yeoja itu memang tidak melahirkan anakku, tapi dia yang tidur bersamaku selama ini dan juga dia yang mengurus anakku yang ditinggal ibunya begitu saja." Namja itu terkekeh. "Kau tahu, semua namja beristri sangat iri padaku karena memilikinya." Donghae mencondongkan tubuhnya. "Istriku adalah istri idaman para suami dan kau?"
Namja itu menghela nafas. "Bagaimana aku harus menjelaskannya, yang pasti kau berbeda jauh dari istriku. Aku tidak tahu kenapa Kyuhyun-ssi bersedia menjadi tunanganmu. Aaah matta, sepertinya sama dengan pernikahan kami, karna Cho Kyuhyun berhutang budi pada keluarga Seo yang terhormat."
Seohyun mengepalkan tangannya, yeoja itu tampak menahan amarahnya.
"Ini peringatan terakhirku, jangan pernah sentuh istri dan anakku dalam bentuk apapun. Pesan ancamanmu akan aku abaikan tapi bila aku tahu kau kembali mengirim pesan padanya." Donghae menatap yeoja itu dengan tatapan dingin nan menusuk. "Aku akan melaporkan kepolisian dan tidak segan-segan aku membawa nama keluargamu. Kau mengerti."
"AKU IBU KANDUNGNYA. AKU YANG MELAHIRKAN ANAK ITU, apa aku tidak ada berhak untuk memilikinya." Serunya dan membuat tamu di restoran itu menoleh kearah mereka.
"Ye? Melahirkannya?" Donghae terkekeh. "Yang benar saja, saat bayi itu keluar dari perutmu kau dalam keadaan tidak sadar dan hampir mati. Melahirkannya? Kau hanya mengandungnya itupun hanya sampai 7 bulan. Anak itu tidak keluar dari vaginamu tapi keluar dari perutmu. Jadi jangan terlalu berharap untuk memilikinya. Jung Yoona, yeoja itulah ibu dari anakku."
"Kalau begitu aku akan membawa masalah ini pada pihak kepolisian."
"Silahkan saja. Bawa juga masalah ini ke Komnas Perlindungan Anak atau apalah itu, aku tidak takut. Aku dan keluargaku memiliki semua bukti kalau kau dan keluargamu menelantarkan bayi itu."
Yeoja itu mengeram kesal.
YOU ARE READING
BEIGE
FanfictionAku sangat menyukai warna Beige. Hampir 35% seluruh pakaianku berwarna itu. Namun setelah bertemu dengannya, rasa sukaku pada warna itu menghilang lebih tepatnya setelah membaca sebuah buku bahwa warna Beige merupakan yang kelabu. Ya. Seperti hidupk...