Bab II

59 4 1
                                    

Hari pertama masuk kantor dilalui Zahra dengan santai. Suasana hati juga sudah mulai membaik. Walaupun banyak hal yang harus Zahra pelajari sebagai kepala cabang pengganti, Zahra tetap melakukan semuanya dengan semangat. Memeriksa berbagai macam berkas tender klien, jadwal meeting, sampai hal terkecil pun dilakukannya, berkeliling, berkenalan dengan semua orang di kantor dan menanyakan berbagai macam hal, sampai menanyakan progress laporan yang sedang mereka susun.

Hari libur yang diberikan kantor 1 hari kemarin benar-benar dimanfaatkan Zahra untuk beristirahat. Merefresh otak dari semua masalah yang dihadapinya di Jakarta. Itulah Zahra, tidak pernah mau larut terlalu lama terhadap masalah apapun yang di alaminya. Zahra sudah cukup tenang bisa pergi ke Jogja untuk melupakan semuanya, dan Bude juga Pakde tidak mencoba mengungkitnya lagi. Hal baik akan datang pada orang yang baik pula. Itu yang Zahra yakini sejak dulu. Dan selagi bisa, Zahra akan berusaha untuk tetap baik kepada siapapun, walaupun berbanding terbalik dengan apa yang dia rasakan beberapa hari lalu.

Begitu keluar kantor, jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Cukup membuat kota Jogja di malam hari terlihat sepi. Hanya ada beberapa mobil yang berlalu lalang, juga suara gesekan pada wajan milik penjual nasi goreng pinggir jalan yang tidak jauh dari tempat dia berdiri sekarang.

"Bu, mau makan nasi goreng dulu ?." Tawar Fanny yang tiba-tiba muncul dibelakangnya.

Fanny lah yang hari ini banyak membantu Zahra menyusun jadwal pekerjaan yang harus dia selesaikan, dia juga yang menemani Zahra lembur, jadi begitu tawaran itu datang, tidak perlu waktu lama bagi Zahra untuk mengangguk, lalu berjalan mendekati gerobak si penjual.

"Mas, Aku seperti biasa ya. Kalau Bu Zahra ?." Tanya Fanny.

"Nasi goreng saja mas, jangan terlalu pedas." Jelas Zahra. Langsung kepada si penjual yang menggunakan batik khas Jogja.

Si penjual nasi goreng yang sudah menerima pesanannya langsung bergerak membuatkan menu makan malam untuk Zahra dan Fanny. Mereka duduk berhadapan selagi menunggu. Dan baru sehari Zahra masuk kantor, dia sudah dibuat kagum dengan Fanny yang menurutnya memiliki loyalitas tinggi pada perusahaan.

Disaat yang lain mungkin akan menolak jika diperintahkan lembur, Fanny, justru tidak seperti itu. Dia justru yang tadi menanyakan hal itu terlebih dulu pada Zahra, bahkan sebelum Zahra menyuruhnya.

"Fanny... Umur kita sama kan ? Kalau diluar kantor jangan panggil 'Ibu' ya ?. Panggil Zahra saja."

"Aduh, ya nggak enak toh, Bu. Ibu kan atasan saya." Tolak Fanny, halus. 

"Nggak apa-apa, saya atasan kamu kalau di dalam gedung itu, ini kan sudah di luar." Balas Zahra lagi.

Dia ingin merasa nyaman di kantor. Termasuk dengan Fanny yang memang sebelumnya bekerja sebagai sekretaris pak Hartono, yang sekarang pun masih menempati posisi yang sama, menjadi Sekretaris Zahra.

Fanny tersenyum lembut dan mengangguk samar. Zahra mengerti, pasti ada rasa tidak enak, tapi di sisi lain, Zahra pun akan merasa jauh lebih tidak enak, dan sebenarnya jauh dari kata pantas untuk di panggil seperti itu sekalipun dia sedang memimpin kantor cabang.

"Kamu pulang naik apa, Fan ?. Eh, tunggu-tunggu, biar aku aja yang bayar !."

Nasi goreng ini lezatnya bukan main. Entah karena Zahra terlalu lelah dan lapar atau memang karna nasi goreng yang dia makan memang kenyataannya enak, dia sampai tidak lihat Fanny yang sudah menyelesaikan makannya terlebih dulu berdiri, sedang mengulurkan selembar uang di tangannya ke penjual nasi goreng.

Jogja, Cinta, dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang