Bab III

55 4 2
                                    

"Mas... Semua laki-laki itu sama nggak sih ?."

"Maksudnya ?. Ya laki-laki sama, Ra. Rambutnya pendek, walaupun ada sih yang gondrong. Sukanya pake kaos atau kemeja, nggak ada kan laki-laki yang suka pakai dress ?."

"Ih, mas... Bukan itu. Maksud aku tuh sikapnya. Mas Danu paham lah."

Danu menengok ke arah Zahra yang duduk disampingnya di dalam mobil. Hari ini Zahra terpaksa minta di antar ke kantor karna kondisi kakinya yang belum pulih akibat terjatuh saat jogging 2 hari lalu.

Danu tersenyum, membelai sedikit ujung kepala adiknya sebelum menjawab.

"Masa gara-gara kamu patah hati jadi berpikiran semua cowok itu sama ? Ya nggak gitu, Ra. Memang menurut kamu mas kaya gitu ?. Nggak toh ?."

"Aku sih percaya mas nggak mungkin kaya gitu. Yaaa... Mungkin cowok lain ?. Aku bingung aja mas. Apa sih tujuan mereka ?. Kalau cinta ya jangan disakiti. Kalau cinta ya sama satu orang, bukannya lebih. Mas kan tahu aku sama Riko gimana ?. Dia jelas nyakitin aku."

"Tapi ya mas, kalau ada cowok nih, kadang tuh di depan aku wajahnya kaya mau dikasihani banget, tapi kadang dia kaya playboy yang udah jomblo bertahun-tahun. Kaya cowok mata keranjang gitu. Itu gimana menurut mas ?."

"Cowok kaya gitu lagi dekatin kamu ?."

Zahra diam.

"Salah ngomong lagi." Batinnya.

"Ditanya kok diam ?. Siapa yang kaya gitu ?. Belum ada seminggu loh, Ra. Serius udah bisa move on ?."

Otaknya terus dibuat bekerja sejak kemarin. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan apa saja yang bisa membuat Fattan berubah. Oh bukan, berbeda disetiap waktu pertemuannya dengan Zahra.

Untuk itu Zahra jadi bertanya yang aneh-aneh pada mas Danu. Zahra ingin tahu bagaimana pandangan mas Danu mengenai Fattan, yang tidak bisa dia sebutkan namanya.

Sebagai sesama laki-laki, mungkin Danu lebih paham bagaimana sikap atau karakter laki-laki pada umumnya. Jangankan sikap, mungkin sesama laki-laki tahu dengan jelas apa maksud dan tujuan laki-laki lain yang berniat tidak baik pada seorang wanita.

Tapi Zahra justru tidak bisa menjawab apa yang mas Danu tanyakan tadi.

Bukan tidak bisa, tapi menurut Zahra ini belum saatnya.

Lagi pula ini bukan tentang laki-laki yang menyukai Zahra. Zahra dan Fattan jelas tidak ada hubungan apa-apa. Fattan sudah punya keluarga, punya istri dan anak, tidak mungkin Zahra berniat untuk mendekati laki-laki yang jelas akan menyakiti hati wanita lain.

Ini hanya tentang kecurigaan Zahra pada sikap Fattan yang ingin Zahra ketahui.

Padahal bisa saja Zahra minta dijelaskan pada Bude. Selengkap-lengkapnya. Tentang diri Fattan, tentang latar belakangnya, juga tentang sikapnya.

Mungkin bukan hanya Bude, Zahra juga yakin mas Danu pasti tahu kondisi Fattan.

Tapi Zahra masih ingin menyelidiki ini sendiri. Dia ingin mencari tahu dengan caranya sendiri tanpa diketahui oleh orang lain.

Karna rasa penasarannya terlanjur memuncak. Dan bukan Zahra namanya kalau tidak bisa memecahkan teka-teki ini.

"Ra, kalau mas boleh kasih saran sama kamu. Jangan terlalu buru-buru memberikan hatimu untuk laki-laki manapun yang mendekati kamu. Mas nggak mau kamu seperti kemarin lagi. Dicampakkan laki-laki yang kamu cintai itu nggak enak kan ?. Mas memang nggak tahu rasanya seperti apa. Mas juga nggak pernah berlaku seperti itu sama teman wanita mas, tapi lihat keadaan kamu waktu kamu malam-malam sampai di Jogja sementara kami semua nggak tahu kamu mau datang, itu sudah menggambarkan kalau kamu itu hancur dan kamu pergi sejauh ini untuk menenangkan diri. Entah seperti apa yang sebenarnya kamu rasakan dihati kamu waktu itu."

Jogja, Cinta, dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang