Udara cerah kota Bern menyambut kedatangannya Caramel yang baru saja tiba di ibu kota Swiss. Sebuah kereta berhenti di stasiun. Para penumpang berhamburan turun, termasuk Caramel yang masih sedih karena berjam-jam harus berada sendirian dalam perjalanan dari Inggris menuju Swiss. Ia lalu menarik koper miliknya sambil membawa tas milik Dave. Dari kejauhan Sam sudah memperhatikan Caramel yang celingak-celinguk mencari keberadaannya. Selintas terlihat oleh mata indah Caramel sesosok pria berpenampilan super modis yang wajahnya langsung mengembangkan senyum "Cara, my sweet heart" sapa Sam.
Caramel segera menghampiri Sam. Tapi baru saja mulut Caramel terbuka, untuk mengatakan sesuatu, Sam langsung mengangkat tangannya. Ia memberi kode agar Caramel tidak lanjut bicara.
"Lo nggak usah ngomong apa-apa. Dave udah chat gue, kalo dia ketinggalan kereta gara-gara paspornya jatuh."
"Oh udah tau".
"Menurut loh? Loh tau gak siapa yang punya kota ini?
"Siapa? Lo Sam?" Caramel menahan tawa.
"Yaa bukanlah, lu baca aja sejarah Swiss kalau mau tau!"Caramel langsung memasang wajahnya yang seolah berkata, apaan..sih "yuk, jalan sekarang, kita ke apartemen gue sekarang!" Ujar Sam.
Sam langsung membantu Caramel membawa kopernya. "Astagaaaa! Lo bawa apaan sih nih? Anak onta?!" Protes Sam saat mencoba mengangkat koper Caramel yang harus menggunakan tenaga ekstra untuk mengangkatnya.
Caramel hanya tertawa. Sam kemudian menyeret koper Caramel menuju parkiran stasiun kereta. Ia memasukkan koper Caramel ke bagasi belakang mobil mini Cooper-nya.
"Ready? Pasang seat belt ya."
"I am ready."Sam segera menstarter mobil dan menekan gas mobil. Mobil menderu dengan cepat dan langsung keluar dari parkiran.
***
Mini Cooper berwarna merah milik Sam, melaju dengan kecepatan tinggi menyusuri jalanan di kota Bern. Musik hip hop terdengar membahana dari dalam mobil. Sesekali mobil terlihat zig-zag diantara mobil-mobil yang lain. Di sebelahnya Sam, Caramel terlihat berpegangan dengan wajah ketakutan bercampur stres. Beberapa kali Caramel memejamkan matanya.
"Aduh Saam, Saaam..."
"Apaan sih?" Ujar Sam sebal. "Aduh Sam, aduh Sam. Cara! Lo harusnya bersyukur! Lo tau nggak kursi yang Lo dudukin itu udah pernah didudukin sama model-model cewek internasional. Dan Sampe sekarang, mereka masih ngarep untuk duduk disebelah the famous DJ, Sam Antonio, you know?!"
"Aduhhh Sam, serah Lo deh ya! Whatever! Tapi cara Lo nyetir itu bikin gue mual.
Tapi Sam tidak peduli dengan protes cewek di sebelahnya. Ia terus mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan. Mereka melewati banyak pemandangan yang indah diluar sana meski Caramel tidak bisa menikmati pemandangan tersebut. Mobil terus menyusuri jalanan kota yang semakin ramai.
CITTT!
Mendadak Sam mengerem mobilnya dan memundurkannya sedikit. Mobil berhenti tepat di depan booth penjual bunga, yang ada di pinggir jalan. Sam membuka jendela dan langsung mengulurkan tangannya, si penjual bunga adalah seorang pria dengan sigap memberikan bunga ke Sam.
"Thank you my man!" Sam memberikan bunganya ke Caramel. "Welcome to Swiss!"
Tapi belum sempat Caramel berkata-kata, kaki Sam sudah kembali menginjak pedal gas. Lagi-lagi Caramel harus berpegangan dengan wajah stress, sambil mendekap bunga dari Sam.
Tak lama mereka sudah berada di parkiran apartemen Dave. Dan cowok modis dengan skill-nya itu langsung memarkirkan mobil dengan teknik bak seorang drifting profesional. Saat mobil sudah berhenti, Caramel segera keluar dari mobil dengan sempoyongan dan mendadak muntah di tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
London Love Story 2
Random"aku bersyukur, semua hari-hariku begitu berarti. Dan aku, akan tetap minta sama Tuhan untuk ambil nyawa aku satu hari sebelum tuhan ambil nyawanya. Karena, setiap detik jantungnya adalah detik berharga untuk aku." Caramel sangat bahagia. Betapa tid...