Hari pertama Budi ke sekolah disambut meriah oleh guru-gurunya. Ia senang sekali bisa sekolah, ada banyak anak seusianya di sana.
"Selamat pagi anak-anak"
"Selamat pagi bu guru" diucapkan serempak
"Selamat datang di TK Ceria. Hari ini kita semua akan berkenalan satu persatu. Bu guru akan mulai dari murid yang duduknya paling depan ya."
Ada Tono, Ani, Tuti, Wawan yang sudah mengenalkan diri mereka. Sekarang tiba giliran Budi.
"Ada yang sudah kenal siapa nama teman kalian ini?" bu guru bertanya sebelum Budi mengenalkan dirinya.
"Budi bu guru."
"Iya, kalian pintar sekali! Ini nih Budi yang selama ini diperbincangkan di desa kita."
Sembari mendengarkan perkenalan Budi. Seorang guru pendamping yang berdiri tak jauh dari Budi berbisik kepada guru kelas.
"Apa dia itu anak ajaib?"
"Apa kamu benar tidak tahu mengenai cerita Budi yang bangun dari kematian."
"Maksudmu mati suri?"
"Iya."
Guru pendamping itu adalah warga pendatang, ia baru tinggal di desa dua tahun. Menurutnya ia hanya tahu desas-desus bahwa ada anak ajaib di desa yang bernama Budi, namun ia tak pernah menanyakan lebih mengenai hal itu.
Setelah semua murid selesai memperkenalkan diri, bu guru menata tempat duduk mereka. Meja dan kursi terbuat dari kayu. Kursinya berbentuk panjang yang diduduki dua murid. Budi duduk bersama Tono. Ani duduk bersebelahan dengan Tuti. Ada 24 murid di kelas Budi.
Hari itu, Budi belajar mengenal. Ia mengenal guru dan teman, ia juga mengenal sekolah. Sebelum pulang, bu guru meminta supaya mereka rajin ke sekolah. Dengan sekolah, seseorang bisa pintar dan menjadi berguna bagi sesama.
Sebulan kemudian, Budi tidak pernah diantar ibunya lagi ke sekolah. Ia berangkat dan pulang ke sekolah bersama Ani karena jarak rumah mereka tak seberapa jauh. Mereka selalu tampak ceria. Budi dan Ani berjalan sambil bergandeng tangan. Kaki-kaki mungil mereka menyusuri gang demi gang, kadang di tengah jalan langkah mereka terhenti karena ada ibu-ibu yang ingin mencubit pipi Budi, tak jarang Ani pun ikut jadi sasaran cubitan. Biasanya para ibu itu akan bersantai di teras rumah sambil berbincang-bincang setelah lelah memasak untuk keluarga. Pernah suatu hari, ada seorang ibu yang sedang hamil besar, ia menyapa Budi di tengah jalan, katanya ia ingin mengelus rambut Budi. Sebelum akhirnya wanita hamil itu pergi, ia mengatakan supaya Budi dan Ani berjalan hati-hati. Tak lama berselang, Ani kesandung, ia jatuh dan dengkulnya berdarah. Ani menangis. Budi bingung harus berbuat apa, tak seorangpun ada di sana. Lalu Budi mengatakan kalau ia akan menggandeng tangan Ani supaya tidak jatuh lagi. Sejak hari itu, setiap berangkat dan pulang sekolah, Budi selalu menggandeng tangan Ani.
Budi lebih tua dua bulan dari Ani. Sepulang sekolah, sering mereka bermain bersama. Jika tidak ada rencana bermain dengan Ani, Budi ikut membantu ibunya merawat kebun kecil di belakang rumah. Siang hari setelah kakaknya pulang sekolah, barulah ia bermain dengan kakaknya. Budi pulang sekolah pukul setengah sepuluh dan kakaknya pulang jam 12 siang. Ketika hari jumat, hari libur sekolah, Budi biasanya memaksa ikut bapaknya ke ladang untuk bermain di sana atau memaksa membantu ibunya di dapur. Kakaknya sering meledek Budi karena suka ikut membantu memasak, anak laki-laki kerjanya bukan di dapur. Sang kakak sebenarnya tahu betul alasan Budi membantu ibunya memasak, agar mendapat jatah ikan lebih banyak.
Di rumah, Budi tak pernah lupa menceritakan apapun yang ia alami di sekolah kepada ibunya.
"Hari ini kamu belajar apa Budi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Budi
Fiksi UmumLahir tahun 80-an? Tau sosok Budi yang sering nongol di buku paket sekolah dong, ya. Kangen gak sih sama Budi? Yuk, kangen-kangenan sama Budi sambil nostalgia bareng.